Ruang Digital Kapitalis Kian Merusak Generasi
Oleh: Hamnah B. Lin
Ruang digital hari ini berkembang menjadi arena yang serba cepat dan tak jarang berbahaya. Satu unggahan dapat membuka peluang, namun dalam sekejap juga bisa menjatuhkan reputasi seseorang. Media sosial yang awalnya dimaknai sebagai ruang berekspresi, kini juga menjadi ladang subur bagi hoaks, ujaran kebencian, dan polarisasi yang mudah menyebar tanpa filter.
Masalahnya, batas antara ruang privat dan ruang publik kian kabur. Bagi generasi muda yang tumbuh bersama internet, kemampuan membaca konteks dan memahami konsekuensi setiap unggahan menjadi tantangan tersendiri. Di tengah derasnya informasi, kesalahan kecil sering berbuntut dampak sosial yang besar, mulai dari perundungan digital hingga penyebaran misinformasi yang sulit dibendung.
Ruang digital kita dipenuhi konten yang merusak: pornografi, judi online, pinjol, cyberbullying, hingga propaganda moderasi agama. Konten itu membentuk pola pikir, mengubah sikap, bahkan memengaruhi cara anak-anak beragama. Lahirlah generasi muslim yang rapuh menjadi dua pribadi: satu untuk dunia maya, satu untuk dunia nyata. Tanpa penjagaan, mereka tumbuh dalam kelelahan jiwa.
Kemajuan digital hari ini adalah nikmat yang patut kita syukuri. Caranya dengan menggunakan ruang digital dalam kebaikan dan kemaslahatan manusia, bukan untuk merusak bahkan menyebabkan bahaya bagi manusia.
Negara sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan di negeri ini berdiri tanpa visi penjagaan generasi. Ia tak sanggup menciptakan ruang digital yang aman, karena pijakannya bukan wahyu, bukan penjagaan akhlak, bukan keselamatan iman. Anak-anak pun dibiarkan berhadapan langsung dengan industri yang tak peduli pada masa depan mereka. Mereka ditempa oleh konten, bukan oleh nilai. Dibimbing algoritma, bukan akhlak, ditemani layar, bukan keluarga. Inilah awal lahirnya kelelahan kolektif: generasi yang retak dari dalam.
Adalah Islam yang berasal dari Allah, mampu menyelamatkan generasi dari segala macam dampak buruk kemajuan digital hari ini. Negara Islam adalah ra’in wa junnah pelindung dan perisai umat. Negara yang memiliki visi menyelamatkan generasi, bukan sekadar membiarkan mereka bertarung sendirian menghadapi dunia digital. Negara Islam yakni khilafah memiliki beberapa langkah dalam melindungi generasi:
1. Melindungi rakyat di dunia nyata dan dunia digital Khilafah memastikan seluruh kebijakan pendidikan, teknologi, budaya dibangun atas asas penjagaan akidah dan akhlak.
Allah berfirman, yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…”
(TQS. At-Tahrim: 6)
Ayat ini memang ditujukan kepada para ayah, tetapi Allah tidak membiarkan mereka berjuang sendiri. Allah hadirkan masyarakat yang saling menolong, dan negara yang memimpin dan menjaga mereka.
2. Menyaring ketat konten merusak dengan teknologi terbaik Khilafah menggunakan teknologi tercanggih untuk memfilter semua konten berbahaya. Bukan setengah-setengah. Bukan sekadar imbauan moral. Tetapi sistem keamanan digital yang kokoh, seragam, dan berorientasi syariah. Ruang digital dijadikan medan pendidikan, pencerdasan, dan penguatan dakwah bukan tempat tumbuhnya kerusakan.
3. Penegakan syariat yang memutus akar kerusakan Ketika syariat ditegakkan secara kaffah, seluruh industri yang menghasilkan konten merusak pornografi, perdagangan manusia, riba, perjudian, propaganda sekularisasi akan hilang dari akar.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangan…”
(HR. Muslim)
Di level negara, tangan itu adalah kekuasaan yang adil dan berdasarkan wahyu. Sudah saatnya kembali kepada Islam untuk selamatkan generasi.
Wallahu a'lam bissowab.

Posting Komentar