-->

MASIFNYA ALGORITMA DIGITAL KAPITALISTIK MENJERUMUSKAN GENERASI PENERUS


Oleh : Irawati Tri Kurnia
(Ibu Peduli Umat)

Memprihatinkan. Ini dampak penggunaan hasil dari perkembangan teknologi, tapi tanpa control mandiri dan pengawasan melekat. Banyaknya generasi muda Indonesia yang mengalami gangguan kesehatan mental akibat screen time yang berlebihan, alias pemakaian gadget yang parah. 
Sebanyak 98,7% penduduk Indonesia berusia 16 tahun ke atas menggunakan ponsel untuk online, mengacu laporan Digital 2025 Global Overview. Ini melampaui Filipina dan Afrika Selatan yang mencatat 98,5% (www.cnbcindonesia.com, Sabtu 29 November 2025) (1). 

Sedangkan dari sisi gender, perempuan usia 16-24 tahun tercatat sebagai pengguna ponsel paling aktif dengan durasi 4 jam 44 menit per hari; sedangkan laki-laki usia 25-44 tahun cenderung lebih banyak menggunakan komputer. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin bergantung pada internet, terutama lewat ponsel; seiring dengan perkembangan dunia digital. Mirisnya, di Indonesia tidak ada pembatasan usia untuk menggunakan medsos, berbeda dengan beberapa negara yang sudah melakukan pembatasan ini, seperti Malaysia, Australia, Selandia Baru, Belanda, Norwegia, Inggris, dan Belgia (www.cnnindonesia.com, Senin 24 November 2025) (2). Padahal media sosial, juga AI, terbukti berbahaya bagi kesehatan mental. 

Media digital dalam sistem kapitalisme menjadi alat yang merusak mental generasi muda karena sebatas jadi pasar konsumen saja, demi keuntungan perusahaan digital ala kapitalisme sekuler. Terbukti raksasa teknologi Meta (induk perusahaan Facebook dan Instagram) menghentikan penelitian proyek mereka sendiri yaitu 'Project Mercury’ yang bertujuan mengukur dampak media sosial terhadap pengguna. Ini karena ternyata telah ditemukan bukti kuat bahwa produk mereka membahayakan kesehatan mental pengguna (www.kumparan.com, Rabu 26 November 2025) (3).

Negara juga tidak memiliki komitmen untuk melindungi generasi muda, calon pemimpin masa depan. Paparan masif media sosial di kalangan generasi muda mempengaruhi cara berpikir, bersikap, gaya hidup mereka, dan cara mereka memahami agama. Dulu belajar agama bertumpu pada guru dan majelis ilmu, kini berganti pada algoritma media sosial yang kental nilai sekuler kapitalistiknya, yang menganggap agama itu urusan pribadi (www.kompas.com, Jumat 28 November 2025) (4). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kesepian sebagai salah satu masalah kesehatan utama masyarakat global, terutama di kalangan anak muda. Laporan WHO yang dirilis akhir Juni 2025 memperkirakan 16 persen penduduk dunia dilanda kesepian, sehingga mulailah minat melakukan persahabatan dengan AI untuk mengatasinya. 

Persahabatan dengan AI memang kontroversial. Menurut artikel di Guardian, 2 Agustus 2024, sejumlah orang berpendapat hal itu membantu orang merasa kurang terisolasi, dan yang lain khawatir relasi dengan AI menggantikan koneksi nyata manusia, sehingga memperparah kesepian. Penggunaan teman AI bisa berdampak buruk bagi remaja yang kesepian dan rentan. Pada Februari 2024, seorang remaja berusia 14 tahun di Florida, Amerika Serikat, meninggal secara tragis setelah chatbot Character.AI mendorongnya bertindak berdasarkan pikirannya untuk bunuh diri.
Investigasi pada April 2025 Common Sense Media dan Brainstorm Lab for Mental Health Universitas Stanford AS menemukan, saat penggunanya menunjukkan tanda-tanda gangguan mental, bot tak mengintervensi dan tak menantang pikiran berbahaya penggunanya (www.kompas.com, Jumat 28 November 2025) (5).

Masifnya algoritma digital yang merusak ini menancapkan nilai-nilai yang bertolak belakang dengan standar syariat. Akibatnya generasi muda muslim akan semakin jauh dari Islam. Potensi besar generasi muda sebagai pelopor perubahan akan mati, karena sebatas menjadi mangsa pasar empuk bagi cuan kapitalis. 

Berbeda dengan Islam. Islam memiliki seperangkat konsep hidup yang lengkap berupa mabda (ideologi) yang terdiri dari pemikiran yang terdiri dari akidah, syariah; dan metode aplikatifnya. Secara akidah, dalam Islam, kebenaran itu bersifat tetap; tidak relatif sebagaimana yang diyakini oleh orang Barat sebagai akibat dari penggunaan metode ilmiah, yang konsep ini banyak menebar racun di media sosial. Apa saja yang datang dari Allah bersifat baku, tetap, dan tidak berubah. Allah Swt berfirman :
“Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali kalian menjadi orang yang ragu (terhadap kebenaran yang datang dari Tuhanmu)." (QS Al-Baqarah [2]: 147). 

Untuk syariah dan aplikatifnya, Islam memiliki syariah berkaitan dengan bentuk negara berupa Khilafah; yang memiliki visi misi mewujudkan generasi terbaik sekaligus pemimpin peradaban sehingga berkomitmen kuat terhadap kualitas generasi muda. Negara Khilafah memiliki fungsi utama sebagai raa’in (pengurus rakyat) dan junnah (pelindung/perisai rakyat). Hal ini sesuai sabda Rasulullah saw :
“Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Ia akan dijadikan perisai, yang mana orang-orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah dan adil, maka dengannya, ia akan mendapatkan pahala. Namun, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan sabda Nabi tersebut, Khilafah wajib menjaga dan menyelamatkan generasi, baik di dunia nyata dan di ruang digital (dunia maya). Khilafah akan memastikan bahwa setiap kebijakan digital, pendidikan, dan informasi selalu berpihak pada penjagaan akidah, akhlak, dan intelektualitas umat. 

Khilafah independent, tidak bergantung pada kekuatan asing; termasuk dalam bidang teknologi digital. Kemandirian akan membuat Khilafah mampu mengembangkan sendiri infrastruktur digital, perangkat lunak, keamanan siber, dan teknologi kecerdasan buatan yang ditujukan sepenuhnya untuk kemaslahatan Islam dan kaum muslim. Maka otomatis Khilafah akan mampu melakukab penyaringan ketat terhadap seluruh konten yang merusak akidah, kepribadian Islam, dan struktur sosial umat menggunakan teknologi yang paling mutakhir. 

Khilafah akan melakukan langkah preventif untuk membentengi generasi muda dari pengaruh media digital; yaitu menerapkan sistem pendidikan Islam, optimalisasi peran orang tua sebagai madrasah ula, dan sinergi masyarakat untuk amar makruf nahi mungkar. Khilafah juga melakukan serangkaian upaya pencegahan dengan mengawasi konten media (hanya boleh yang sesuai Islam) dan memberi sanksi bagi yang mem-posting tayangan yang tidak islami. Membatasi medsos yang boleh ada dalam Khilafah, tidak semua medsos boleh ada dalam khilafah. Membatasi usia generasi yang boleh mengakses medsos. Mengatur penggunaan AI agar tidak berdampak buruk pada generasi.  

Ruang digital, oleh Khilafah, justru diarahkan menjadi sarana pendidikan Islam, penyebaran dakwah, dan media propaganda negara untuk menunjukkan kekuatan peradaban dan ketangguhan umat Islam kepada dunia. Penegakan syariat Islam kafah oleh Khilafah akan menghilangkan akar-akar kerusakan yang saat ini subur di ruang digital; baik pornografi, kriminalitas, penipuan, maupun liberalisasi. Oleh karena itu, perjuangan menegakkan Khilafah bukan sekadar kewajiban syar'i, tetapi juga kebutuhan mendesak demi menyelamatkan generasi dari kehancuran peradaban modern.

Generasi muda memiliki potensi luar biasa. Mereka berada pada puncak kekuatan fisik, vitalitas, energi, dan mental. Sesuai sabda Rasulullah saw :
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum datang masa tuamu.” (HR Al-Hakim dan al-Baihaqi). 
Rasulullah membina para sahabat dengan mabda (ideologi) Islam, sehingga terbentuk sosok tangguh yang mempunyai kepribadian Islam yang utuh, di mana pola pikir dan pola sikapnya sama-sama Islami. Ada Ali bin Abi Thalib usia 8 tahun, ada Thalhah bin ‘Ubaidillah usia 11 tahun, ada Sa’ad bin Abi Waqash usia 17 tahun, ada Utsman bin Affan usia 20 tahun; dan masih banyak lagi para pemuda yang setelah dibina oleh Rasul menjadi sahabat Nabi yang luar biasa. Mereka teladan sejati bagi para pemuda muslim saat ini. Maka sudah saatnya pemuda muslim hari ini menyadari bahwa mereka bukanlah objek penjajahan digital. Namun, mereka adalah agen perubahan menuju kebangkitan Islam, sebagaimana generasi pendahulu mereka.

Potensi pemuda muslim yang dahsyat ini tentu hanya bisa diaktifkan dengan adanya pembinaan Islam kafah berkepribadian muslim sejati, yang akan berpikir dan berperilaku islami. Ini akan mewujudkan kesadaran dalam diri generasi muda bahwa Allah tidak menciptakan mereka menjadi generasi follower medsos ala kapitalisme yang menyesatkan, tapi menjadi pemimpin di muka bumi. Sesuai firman Allah :
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'" (TQS Al-Baqarah: 30).

Pembinaan Islam kafah juga akan mampu mencetak generasi pejuang yang layak untuk mengemban dakwah. Melalui aktivitas dakwah, umat akan menegakkan kembali Khilafah Islamiah yang akan menjadi perisai untuk melindungi generasi dan mengembalikan posisinya sebagai pemimpin peradaban yang mulia. Sesuai firman Allah surah An-Nur ayat 55 :
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kalian yang beriman dan beramal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.” 

Wallahualam Bisawab

Catatan Kaki : 
(1) https://www.cnbcindonesia.com/tech/20251129102801-37-689608/indonesia-negara-nomor-1-di-dunia-warga-ri-sudah-kecanduan-akut 
(2) https://www.cnnindonesia.com/internasional/20251124151614-113-1298916/daftar-negara-larang-anak-anak-main-medsos-ri-kapan
(3) https://kumparan.com/kumparantech/meta-diduga-setop-riset-usai-temukan-bukti-medsosnya-bahayakan-kesehatan-mental-26JL5Teo8RG
(4) https://www.kompas.id/artikel/remaja-jompo-dan-bahaya-digital-dementia
(5) https://www.kompas.id/artikel/dua-sisi-teman-digital-akal-imitasi?