Normalisasi dengan Zionis, Perangkap AS Melanggengkan Penjajahan
Oleh : Endang Setyowati
Tragedi di Gaza masih terus terjadi hingga kini, korban terus berjatuhan.
Sementara negeri-negeri Muslim justru Normalisasi dengan Zionis. Yang mana itu merupakan sebuah bentuk pengkhianatan terhadap saudaranya di Gaza.
Seperti yang dilansir oleh Antara, (08/11/ 2025), Hamas mengecam upaya Kazakhstan memulihkan hubungan dengan Israel dengan bergabung dalam Perjanjian Abraham (Abraham Accords).
Dalam pernyataannya yang dirilis pada Jumat (7/11), kelompok perlawanan Palestina itu menyebut langkah Kazakhstan itu sebagai pembenaran atas tindakan Israel yang telah menewaskan lebih dari 68.800 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023.
"Deklarasi Kazakhstan untuk bergabung dengan Abraham Accords dan memperkuat hubungan dengan entitas kriminal Zionis [Israel] adalah langkah yang tidak bisa diterima dan memalukan," kata Hamas.
Presiden AS Donald Trump kemudian secara resmi mengumumkan bahwa Kazakhstan akan bergabung dengan negara-negara yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel.
Pada 2020, AS meluncurkan proses untuk memulihkan hubungan Israel-Arab dan menandatangani serangkaian dokumen yang dikenal sebagai Abraham Accords. Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko bergabung dalam perjanjian itu.
Di sisi lain, Turki mengumumkan surat perintah panangkapan terhadap PM Israel seperti yang dilansir dari Tvonenews.com (09/11/ 2025),
Hubungan antara Ankara dan Tel Aviv kembali memanas setelah pemerintah Turki mengumumkan penerbitan surat penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta sejumlah pejabat senior Israel atas dugaan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza
Langkah ini diumumkan Jumat (7/11/2025) dan menandai eskalasi terbaru ketegangan diplomatik kedua negara yang sebelumnya sudah renggang akibat perang di Jalur Gaza.
Kantor kejaksaan Istanbul menyatakan total ada 37 tersangka yang menjadi target.
Pemerintah Israel memberikan reaksi tegas terhadap pengumuman tersebut. Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menolak tuduhan itu. Mereka menilai sistem peradilan Turki tidak bersikap independen, dan menyebut langkah Ankara sebagai bentuk propaganda politik.
Namun demikian apakah ada tindak nyata dari Turki? Nyatanya tidak. Hanya sampai pada gertakan itu saja tanpa mau menurunkan militernya untuk melawan penjajah Zionis. Dan semua negeri kaum Muslim bersikap sama, yaitu hanya mengecam tanpa ada tindakan nyata.
Selama keputusan terhadap Palestina tunduk pada kepentingan Barat dan tekungkung dengan ide nasionalisme, Penjajahan di Palestina akan terus berlanjut. Beginilah ketika di dunia saat ini menerapkan aturan bukan dari sang pencipta. Dan tersekat oleh nasionalisme maka sampai kapanpun tidak akan ada yang bisa membantu Palestina dari deritanya.
Penderitaan Palestina berawal dari runtuhnya Khilafah Ustmaniyah yang berada di Turki pada 3 Maret 1924 oleh laknatullah Mustafa Kemal yang bekerjasama dengan Inggris, hingga terbentuklah negara Israel. Pada tahun 1947 PBB mengeluarkan resolusi yang berisi pembagian wilayah mandat Palestina yang dikuasai oleh Inggris menjadi dua negara independen yaitu : satu negara Arab dan satu negara Yahudi.
Setahun kemudian pada 14 Mei 1948, entitas penjajah Yahudi dengan dukungan Barat mendeklarasikan berdirinya negara Israel yang menjadi malapetaka(Nakba) bagi rakyat Palestina. Sekitar 700.000 hingga 750.000 orang Palestina kehilangan tempat tinggal dan menjadi mengungsi akibat diusir oleh entitas Zionis.
Zionis menjajah, ibarat merampok rumah hingga mengusir pemilik rumah aslinya. Maka untuk mengusir para Zionis tersebut yaitu dengan cara kaum Muslim bersatu dalam satu komando yaitu komando dari Khalifah untuk memimpin jihad fii sabilillah.
Khilafah akan menghapus batas imajiner nasionalisme dan menggabungkan seluruh negeri Muslim ke pangkuannya. Selanjutnya Khilafah akan menghimpun kekuatan militer seluruh negeri Muslim hingga Khilafah mempunyai militer yang kuat baik dari segi personil aktif, personel cadangan, persenjataan maupun anggaran.
Sehingga gabungan kekuatan militer ini akan mampu melawan dan mengalahkan Zionis Yahudi dan tuannya yaitu AS, Inggris dan kroninya hingga Zionis lenyap dari bumi.
Kelak ketika Khilafah tegak akan menjadikan pembebasan Palestina sebagai agenda utamanya.
Akan mengirimkan militer dari negeri-negeri yang terdekat dulu dari Palestina seperti: Lebanon, Yaman, Yordania, Mesir, Suriah, Turki, negeri Arab dll.
Sedangkan negeri yang jauh dari Palestina seperti Indonesia, Malaysia, Brunai dll tetap dalam posisi siap siaga sehingga ketika di butuhkan sewaktu-waktu maka langsung diberangkatkan.
Khilafah sebagai junnah akan mencabut Penjajahan hingga akar-akarnya dari bumi Palestina,
Ini sebagaimana Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan datang hari kiamat sehingga kaum muslim memerangi kaum Yahudi dan membunuh mereka sehingga bersembunyilah orang-orang Yahudi di belakang batu atau kayu lantas batu atau kayu itu berkata, ‘Wahai orang mukmin! Wahai hamba Allah! Ini ada orang Yahudi di belakangku. Kemarilah dan bunuhlah dia.’ Kecuali pohon al-gharqad (yang tidak berbuat demikian) karena ia termasuk pohon Yahudi.” (HR Bukhari dan Muslim).
Maka kaum Muslim harus menyadari pentingnya perjuangan mengembalikan kehidupan Islam mengikuti metode Rasulullah saw ini dengan menegakkan daulah Khilafah 'ala minhajin nubuwwah agar kaum Muslim terbebas dari penjajahan.
Wallahu a'lam bi showab

Posting Komentar