Menjadikan Santri Sebagai Pelopor Perubahan
Oleh: Hamnah B. Lin
Kementerian Agama (Kemenag) RI resmi merilis logo terbaru untuk peringatan Hari Santri Nasional 2025. Kemenag mengangkat tema "Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia". Peluncuran logo dilakukan dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional yang diperingati setiap 22 Oktober sejak penetapan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 ( Radar Bojonegoro, 07/10/2025 ).
Santri merupakan pelajar di lembaga pendidikan pesantren. Pesantren menyelenggarakan pendidikan dengan misi mengader umat menjadi tafaqquh fiddin dan memotivasi kader ulama sebagai warasat al-anbiya. Pesantren berperan juga menyebarkan agama Islam dengan dakwah dan jihad.
Semestinya, eksistensi pesantren ditujukan untuk terus melahirkan kader ulama yang bervisi surga, bermisi penerus aktivitas para nabi, serta membangkitkan umat dan memperjuangkan tegaknya peradaban Islam. Peran strategis santri adalah untuk kebangkitan Islam. Gagasan kembalinya peradaban Islam melalui penerapan syariat Islam kafah tidak akan pernah bisa dihilangkan dari benak umat Islam, apalagi soal Khilafah. Para santri dan ulama mengetahui bahwa hal itu merupakan ajaran Islam dan menjadi bagian dari sejarah dunia.
Oleh karenanya, penguasa sekuler dan jajarannya berupaya melawan itu semua bagaikan menghalangi terangnya siang dan gelapnya malam. Mereka tidak mungkin membiarkan para santri dan ulama menjadi bagian yang mengancam kekuasaan mereka. Akhirnya, mereka membungkus perjuangan tersebut dengan berbagai istilah, seperti radikal, radikalisme Islam, teroris, fundamentalis, dsb.
Santri dan pesantren hari ini menghadapi dua tantangan besar, yaitu internal dan eksternal. Secara internal, santri dan pondok pesantren tengah diterpa badai ketakpercayaan. Beberapa kasus menimpa pesantren dan menyedot perhatian publik sehingga membentuk opini negatif tentang pesantren.
Padahal, kasus yang terjadi tentulah dilakukan oleh oknum. Namun, pesantren terus diserang, seolah prestasi dan sumbangsihnya terhadap umat selama ini menjadi sirna. Oleh karenanya, saat ini, santri dan pesantren harus berjuang melawan narasi negatif tentang dirinya. Sementara itu, negara hadir bukan sebagai pemberi solusi, tetapi justru turut menuding. Sungguh kondisi yang berat.
Selanjutnya banyaknya kriminalitas, bahkan di kalangan pesantren, merupakan gambaran rusaknya tatanan kehidupan tempat kita tinggal hari ini. Inilah yang menjadi tantangan kedua yang santri hadapi. Tantangan ini bersifat eksternal.
Solusi terhadap aneka kerusakan ini sebenarnya hanya satu, yaitu menerapkan syariat Islam dalam kehidupan individu, masyarakat, dan negara. Namun, solusi ini selalu ditolak oleh rezim yang menghendaki status quo.
Sebaliknya, umat justru dijauhkan dari solusi Islam, yaitu dengan mencitraburukkan ajaran Islam seperti hijab, Khilafah, dan jihad sehingga umat tidak mengetahui solusi sahih atas masalah yang dihadapinya. Padahal, kapitalisme yang dijalankan rezim saat ini merupakan biang kerok atas segala kerusakan yang menimpa umat.
Inilah peran strategis santri yang harus terwujud. Dengan bekal tsaqafah Islam yang dimilikinya, santri bertanggung jawab secara keilmuan untuk mendakwahkan Islam kafah ke tengah umat. Jika yang berdakwah adalah para santri yang memiliki bekal penguasaan terhadap turats warisan para ulama, umat akan lebih mudah mendapatkan pemahaman.
Penguasaan tsaqafah juga akan menjadi bekal para santri untuk berhujah terhadap orang yang belum paham, juga terhadap para pembenci Islam sebab pada hakikatnya Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi. Pemikiran Islam itu unggul dan tidak akan bisa diungguli oleh pemikiran kufur, yakni demokrasi, sekularisme, liberalisme, dan sebagainya.
Oleh karenanya, ilmu yang santri miliki merupakan bekal amunisi untuk berdakwah di tengah umat. Persis sebagaimana wali sanga dan para ulama terdahulu yang juga mendarmabaktikan ilmu Islamnya untuk mendakwahkan Islam ke tengah masyarakat hingga terwujud perubahan pemikiran yang efektif.
Inilah peran santri yang sesungguhnya, yaitu menerjunkan mereka ke dalam dakwah Islam kafah. Dengan mengambil peran dakwah ini, para santri akan menjadi generasi terbaik sebagaimana yang Allah Swt. kabarkan dalam firman-Nya,
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
Allahu a'lam.
Posting Komentar