-->

Kesadaran Umat, Kunci Pembebasan Palestina


Oleh : Dian Pertiwi

Gaza masih menggelora. Israel terus melancarkan serangan. Bahkan, serangan-serangan di pinggiran kota kini sudah menuju pusat Kota Gaza. Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, mengeluarkan perintah untuk mengambil alih pusat Kota Gaza dengan dalih menumpas kelompok Hamas yang disebut sebagai kelompok militan Islamis Palestina. Keputusan yang mendapat dukungan penuh dari Donald Trump selaku presiden Amerika Serikat, (Republika.co.id) 

Serangan ini semakin menambah daftar panjang kejahatan Israel. Jumlah korban tewas akibat perang terus bertambah. Tak hanya warga sipil, bahkan jurnalis dan tenaga medis pun menjadi korban kebengisan Israel.

Belum lagi, blokade yang dilakukan Israel terhadap Palestina yang membuat bantuan kemanusiaan tidak dapat memasuki wilayah Gaza. Banyak warga Palestina yang meninggal karena kelaparan, terutama anak-anak dan lansia. 

Fenomena genosida ini memicu respon kemarahan umat manusia. Kemarahan ini memicu beragam inisiatif untuk membantu Warga Palestina. Salah satunya melahirkan armada sipil internasional yang saat ini tengah berlayar di Laut Mediterania, membawa misi kemanusiaan sekaligus pesan politik. Misi ini dinamakan Global Sumud Flotilla (GSF). GSF terdiri dari 50 kapal dengan ratusan relawan dari 44 negara beragam latar belakang. Mulai dari aktivis, jurnalis, tenaga medis, hingga politisi dan figur publik.

Namun, aksi ini bukan tanpa halangan. Israel jelas menentang misi kemanusiaan itu. Angkatan Laut Israel berupaya menggagalkan armada GSF sampai di Palestina. Bahkan, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, meminta supaya para aktivis ditetapkan sebagai “teroris” dan akan menyita kapal-kapal mereka.

Israel tampaknya belum jera menampakkan kekejian. Protes internasional bahkan tidak membuat mereka menghentikan serangan ke Palestina. Sebaliknya, Israel justru menyerang pihak-pihak yang ingin membantu Palestina. 

Kekejaman Israel ini tidak luput dari minimnya dukungan dari pemimpin-pemimpin Islam terhadap Palestina. Para pemimpin Islam tak berani mengambil langkah nyata untuk memerangi Israel. Lebih parah lagi, para penguasa Arab yang diharapkan mampu membantu mengusir Israel dari tanah Palestina justru menjalin hubungan erat dengan Amerika Serikat yang jelas-jelas mendukung Israel.

Negara-negara Arab yang diharapkan mampu menjadi garda terdepan membela Palestina, justru membentuk Aliansi Abraham. Aliansi ini terdiri dari negara-negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Sudan, Bahrain, dan Maroko. Salah satu tujuan aliansi tersebut adalah normalisasi hubungan antara negara Arab dan Israel dengan Amerika sebagai motor penggeraknya. Sebuah perjanjian yang sangat melukai Bangsa Palestina dan umat muslim pada umumnya.

Pengkhianatan yang dilakukan Bangsa-Bangsa Arab membuat Israel semakin merasa di atas angin. Pembantaian rakyat Palestina mustahil dihentikan jika saudara seiman justru memalingkan muka.

Bahkan tekanan dari dunia luas tidak membuat Israel gentar. Israel justru meningkatkan serangan, membantai warga Palestina yang masih tersisa demi menguasai tanah mereka. 

Membebaskan Palestina tidak cukup hanya dengan kecaman dan perjanjian-perjanjian di balik meja. Perlu upaya yang nyata untuk menghentikan kekejaman Israel. Satu-satunya cara adalah dengan jihad fisabilillah. Seperti yang tertuang dalam firman Allah Swt. berikut.

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُم

“Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian.” (QS Al-Baqarah [2]: 190).

Ayat tersebut jelas menyebutkan hukum jihad fi sabilillah adalah fardu ain saat negeri kaum muslim diserang atau dijajah, seperti yang terjadi di Palestina saat ini.
Namun, bagaimana mungkin kaum muslim dapat berjihad tanpa adanya satu komando? Sementara komando jihad hanya mungkin dilakukan oleh sebuah negara. Sampai hari ini, tidak ada satu negara pun yang berani menyerukan jihad untuk memerangi Israel. Padahal kekejaman mereka kian nyata. Negara-negara yang memiliki penduduk mayoritas Islam pun tidak memiliki nyali. Bahkan mereka memilih menjadi kacung-kacung Yahudi.

Umat muslim sampai hari ini masih terpecah belah. Mereka dikotak-kotakkan oleh nasionalisme serta konsep negara-bangsa. Umat muslim tidak menyadari satu hal yang pasti; persaudaraan atas dasar aqidah. Selama umat muslim masih terpecah belah, kedamaian di Palestina sulit terwujud.

Peran ulama sangat dibutuhkan untuk menyadarkan umat muslim agar tetap berada dalam satu kesatuan, tanpa sekat negara bangsa. Umat muslim harus berada dalam satu komando dan hidup dalam sistem Islam. Sistem yang berlandaskan Al-quran dan Hadist serta menerapkan hukum-hukum Islam secara kaffah. Dengan demikian, umat muslim memiliki kemampuan untuk melakukan jihad fisabilillah demi membela Bangsa Palestina.

Hal ini tentu akan sulit terwujud apabila umat muslim belum memiliki pemahaman menyeluruh tentang Islam. Tanpa aqidah yang tertanam kuat, umat muslim tak akan mampu memegang hukum syara’.

Oleh sebab itu, sebagai umat muslim, sudah saatnya bagi kita untuk mempelajari Islam secara kaffah. Tanamkan tauhid dalam diri kita, keluarga, dan orang-orang di sekitar serta teladani Rasulullah Saw. Tanpa hal tersebut, mustahil kita mampu membela Palestina. 

Jika seluruh umat muslim sudah memiliki pemikiran Islam, maka penegakan sistem Islam dalam sebuah negara bukan lagi angan-angan. Dengan demikian, umat Islam memiliki kemampuan untuk berjihad fisabilillah demi membebaskan saudara-saudara di Palestina dari kekejaman Israel. 
Wallahualam.