Gen Z Wajib Menolak Two State Solution
Oleh : Ummu Aqila
Dari Bandung ke Maroko: Gelombang Kesadaran Baru.
Aksi Solidaritas dengan Sumud Flotilla yang digelar oleh komunitas Students for Justice in Palestine (SJP) Bandung menggema hingga mancanegara. Aksi ini bukan sekadar kegiatan simbolik, tetapi seruan moral melawan penjajahan. Kapal-kapal Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan — obat-obatan, makanan, dan harapan bagi warga Gaza — ditahan paksa oleh Israel. Dunia menyaksikan lagi bagaimana rezim Zionis memperlakukan kemanusiaan seolah tak punya nilai.
Ketika kapal pembawa bantuan dihadang dan aktivis kemanusiaan ditangkap, itu bukan sekadar serangan terhadap rakyat Palestina, tetapi pukulan terhadap seluruh nilai kemanusiaan global. Reaksi dunia pun cepat. Di London, Paris, Roma, hingga Brussel, masyarakat dari berbagai latar belakang turun ke jalan menyerukan kemerdekaan Palestina.
Bahkan di dunia Arab, gelombang protes Gen Z di Maroko menjadi tanda bahwa kesadaran politik umat tengah bangkit. Mereka menolak diam terhadap pencegatan kapal Sumud Flotilla, menuntut keadilan, dan menegaskan bahwa Palestina tidak membutuhkan kompromi palsu seperti yang diusung Barat dalam konsep “Two State Solution.”
Kesadaran Politik Gen Z Muslim Sedang Tumbuh
Generasi Z tumbuh di era media digital yang terbuka. Mereka menyaksikan langsung penderitaan rakyat Gaza, bukan dari media arus utama, tetapi dari video dan laporan langsung warga Palestina. Fakta-fakta itu membangunkan nurani dan meneguhkan bahwa isu Palestina bukan sekadar politik internasional, tapi ujian iman dan kemanusiaan.
Kepedulian ini patut diapresiasi. Namun, kepedulian saja tidak cukup. Kesadaran itu perlu diarahkan agar tidak terjebak dalam narasi global yang menyesatkan. Gen Z perlu memahami bahwa konflik Palestina bukan sekadar perebutan wilayah dua negara, tetapi penjajahan ideologis dan fisik atas tanah umat Islam.
“Two State Solution”: Damai Semu, Legalisasi Penjajahan
Konsep Two State Solution yang sering diusung oleh Amerika Serikat dan sekutunya hanyalah topeng perdamaian. Di balik jargon “dua negara hidup berdampingan”, terdapat agenda melegalkan pendudukan Zionis atas tanah Palestina. Wilayah yang dijanjikan untuk Palestina hanyalah fragmen kecil, sementara Israel terus memperluas kekuasaan di Yerusalem dan Tepi Barat.
Sejarah menjadi saksi: sejak Perjanjian Oslo 1993, setiap diplomasi hanya memperkuat cengkeraman Zionis. Mereka tak pernah berniat berdamai, sebab yang mereka pahami hanyalah kekuatan senjata dan kekuasaan.
Allah SWT telah memperingatkan dalam firman-Nya:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu hingga engkau mengikuti agama mereka.” (QS. Al-Baqarah: 120)
Ayat ini menegaskan bahwa kompromi dengan penjajah bukan jalan keselamatan. Perdamaian hakiki hanya akan terwujud ketika keadilan ditegakkan berdasarkan syariat Allah, bukan diplomasi yang menguntungkan pihak penindas.
Jihad dan Khilafah: Jalan Hakiki Pembebasan Palestina
Palestina tidak akan merdeka melalui resolusi PBB, konferensi damai, atau tekanan diplomatik. Semua itu sudah berulang kali gagal. Pembebasan sejati hanya bisa dicapai melalui jihad fi sabilillah dan persatuan umat di bawah kepemimpinan Islam (Khilafah).
Rasulullah ﷺ dan para sahabat telah mencontohkan bagaimana kekuasaan Islam menjadi pelindung bagi umat dan pembebas bagi negeri yang terjajah. Allah berfirman:
“Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah (penindasan) dan agama hanya bagi Allah semata.” (QS. Al-Baqarah: 193)
Jihad bukanlah kekerasan buta, melainkan pembelaan terhadap kehormatan dan kemanusiaan. Inilah ajaran Islam yang sejati — melawan penindasan dengan kekuatan, bukan dengan kompromi.
Seruan untuk Gen Z Muslim
Wahai generasi muda Muslim, jangan tertipu oleh narasi “perdamaian dua negara”. Itu bukan solusi, melainkan penjara diplomatik bagi rakyat Palestina. Kini saatnya Gen Z memimpin perubahan: berpikir kritis, berani menolak kebohongan politik global, dan kembali pada ajaran Islam yang kaffah.
Gunakan kekuatan media sosialmu untuk menyuarakan kebenaran, mendidik opini publik, dan menghidupkan semangat perjuangan. Jadilah generasi yang tidak hanya bersuara, tetapi juga berdiri di atas prinsip iman dan keadilan.
Sebab sesungguhnya, membela Palestina bukan hanya bentuk solidaritas — itu bagian dari kewajiban iman.
Wallahu 'alambishowab
Posting Komentar