-->

Fatherless Fenomena, Dampak Penerapan Sistem Kehidupan Buatan Manusia


Oleh : Fatimah Abdul (Aktivis Muslimah)

Sempat trending di social media, isu fatherless tengah menghantui generasi muda saat ini. Apa itu Fatherless? Adalah suatu kondisi ketidakhadiran sosok ayah dalam pengasuhan anak. Berdasarkan hasil penelitian, bahwasannya Indonesia menempati urutan ke-3 sebagai negara dengan angka fatherless tertinggi di dunia (voi.id, 11/10/2025). Hal ini tidak bisa diabaikan karena sosok seorang ayah sangatlah penting dalam bangunan rumah tangga keluarga. Sama halnya seperti seorang ibu, sosok ayah sangat dibutuhkan karena ayah merupakan seorang kepala keluarga yang menjadi panutan dan sosok yang menentukan bahtera sebuah rumah tangga akan dibawa kemana arah dan tujuannya.

Penyebab masalah fatherless ada beberapa hal, salah satu diantaranya adalah karena sosok ayah harus bekerja mencari nafkah sehingga peran ayah dalam mengasuh putra putrinya menjadi terganggu dan terbatas dari sisi waktu. Selain itu masih adanya anggapan dikalangan masyarakat bahwa mengasuh anak adalah tugas seorang ibu, bapak bertugas mencari nafkah. Jadi, beban mendidik anak dilimpahkan pada ibunya. 

Pangkal Penyebab Isu Fatherless

Jika dicermati, fenomena fatherless disebabkan karena dominasi pekerjaan seorang ayah demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga peran ayah sebagai pendidik menjadi hilang. Faktor ekonomi menjadi hal yang paling banyak ditemukan dari sekian banyak kasus yang ada. Kebutuhan ekonomi seringkali memaksa orang tua bekerja lebih keras sehingga menyita banyak waktu dan anak menjadi terabaikan. Meskipun ada penyebab yang lain seperti kematian ataupun karena ibu memutuskan untuk menjadi orang tua tunggal atau biasa disebut dengan “single mother“.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi ini sesungguhnya lahir dari sistem hidup kapitalistik. Dalam kehidupan semuanya diukur dengan materi dan keuntungan serta asas manfaat. Dalam dunia ekonomi, pengusaha sebagai pemilik perusahaan akan senantiasa menginginkan tenaga kerja untuk direkrut sehingga para orang tua akan terfokus perhatiannya pada pekerjaan. Ditambah lagi kondisi ekonomi negeri ini tidak dalam kondisi yang baik. Kemudian harga-harga kebutuhan pokok yang semakin mahal, sementara kebutuhan primer rakyat tidak dijamin oleh negara. Inilah yang memaksa rakyat untuk terus bekerja keras. Terlebih lagi dalam hal pendidikan dan kesehatan rakyat harus merogoh kocek lebih dalam lagi karena keduanya juga tidak ditanggung oleh negara kepada setiap warga negaranya. 

Selain itu, hilangnya peran kepemimpinan, pengayoman atau penopang pada diri seorang ayah, baik dari sisi sebagai penyuplai nafkah keluarga dan juga sebagai pemberi rasa aman dan perlindungan. Inilah yang membuat kondisi anak tanpa adanya peran ayah sangat rentan terhadap gempuran masalah. Ketahanan terhadap tekanan problematika kehidupan juga menjadi sangat lemah.

Dampak yang ditimbulkan atas ketiadaan peran seorang ayah bervariasi. Ada beberapa psikolog yang menyebutkan bahwa dampak fatherless pada anak adalah memunculkan rasa minder, lebih emosional atau ketidakstabilan emosi. Ada juga psikolog yang mengatakan bahwa kondisi fatherless dapat memicu kenakalan pada remaja (kompas.id, 10/10/2025).
Seorang anak yang tumbuh tanpa sosok seorang ayah besar kemungkinan menjadi anak yang kurang percaya diri sehingga rentan terhadap bullying atau korban tindak kekerasan baik itu kekerasan verbal, mental, physical atau pun secara seksual. Ini sangat berbahaya dan merupakan ancaman terhadap kelangsungan hidup bangsa apabila generasi muda Indonesia banyak yang berada pada posisi atau kondisi fatherless.

Bangunan Keluarga Dalam Islam

Islam memandang bahwasannya kehadiran ibu dan ayah memiliki peranan yang sama-sama penting dalam proses tumbuh kembang anak. Seorang ayah memiliki peranan sebagai pemberi nafkah sekaligus menjadi suri tauladan atau contoh dalam keluarga. Seorang ayah dituntut untuk memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari, giat bekerja, ringan tangan (dalam hal membantu pekerjaan rumah), jujur, tanggung jawab, berani, mengayomi dan lain sebagainya sehingga anak akan melihat, mencontoh perilaku dari sosok ayahnya dan kelak diharapkan ia akan mampu bersikap yang sama.

Begitu pula dengan ibu, ia memiliki tugas yang sangat penting dan mulia yaitu menyusui, mengasuh, mendidik dan mengatur rumah tangga. Bukan imbalan uang atau materi yang akan seorang ibu dapatkan tatkala ia melakukan perannya dengan baik, melainkan posisi mulia yang akan diraih disisi Allah SWT.

Negara juga akan memberikan kontribusinya terhadap bangunan keluarga dengan cara mensupport setiap ayah dengan membuka lapangan pekerjaan yang luas dengan gaji yang layak dan jam kerja yang manusiawi sehingga mereka akan mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Dengan demikian para ayah akan mampu untuk menghidupi keluarga mereka tanpa harus meninggalkan keluarga dalam jangka waktu yang lama yang membuat fungsinya sebagai pelindung dan pengayom keluarga menjadi terganggu. 

Hebatnya lagi negara akan menjamin kebutuhan yang bersifat kolektif seperti kebutuhan akan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan publik. Setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam memperoleh layanan tersebut dengan harga yang terjangkau bahkan gratis apabila keuangan negara dalam keadaan yang sangat baik. Ini berlaku baik untuk warga negara muslim maupun non-muslim. Sistem perwalian dalam Islam islam juga akan menjamin setiap anak akan tetap memiliki figur seorang ayah. Misalkan dalam satu keluarga figur ayah telah tiada maka perlindungan dan pengayoman itu akan dilanjutkan oleh kakeknya, paman (saudara laki-laki ayah) ataupun kakak laki-laki yang sudah dewasa dan mampu baik secara fisik maupun finansial, atau saudara dekat lain yang mampu. Dengan demikian figur seorang ayah tidak akan serta merta hilang begitu saja di saat sang ayah telah meniggal dunia. Demikianlah Islam menjaga generasi dan juga warga negaranya dari segala kemungkinan hal buruk yang akan terjadi. Syariat islam akan benar-benar menyelesaikan problmatika kehidupan dengan cara yang sangat baik dan sempurna. Syariat Islam memang pantas untuk diperjuangkan. Wallahua'lam bishawab [].