Dampak Negatif Media Sosial di Sistem Sekuler Liberal Melahirkan Fenomena Lonely in the Crowd pada Gen-Z
Oleh : Ummu Maryam
Media sosial kini menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Khususnya bagi generasi Z, yang lahir di era kemajuan teknologi yang pesat. Hampir setiap aktivitas mereka selalu terhubung dan dibagikan di platform media sosial. Bahkan, interaksi aktif generasi Z di aplikasi seperti TikTok ternyata mencerminkan perasaan kesepian dan kurangnya hubungan sosial di kehidupan nyata. Ini tentunya menjadi hal yang membahayakan kesehatan mental generasi tersebut.
Menurut laporan Global Digital Report dari Data Reportal, diperkirakan akan ada 5,25 miliar pengguna aktif media sosial pada tahun 2025 (times Indonesia. co. id/18/9/25).
Sementara itu, jumlah populasi dunia diprediksi mencapai 8,2 miliar pada awal tahun 2025. Untuk pengguna internet di Indonesia, angkanya mencapai 221 juta, yang setara dengan 79,5 persen dari total populasi. Menariknya, 9,27 persen dari pengguna tersebut adalah anak-anak di bawah 12 tahun. Data BPS terbaru dari 2024 menunjukkan bahwa 39,7 persen anak usia dini telah menggunakan ponsel. Sementara itu, 35,57 persen telah terhubung ke internet. Di daerah terbelakang, anak-anak berusia 13 hingga 14 tahun bahkan telah mengalami kecanduan dalam mengakses media sosial (komdigi. go. id/27/2/25).
Fenomena ini kemudian menjadi perhatian sekelompok mahasiswa jurusan ilmu komunikasi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Mereka menamai penelitian mereka "Kesepian di keramaian: eksplorasi literasi media digital tentang fenomena kesepian di TikTok melalui kajian hiperrealitas audiovisual." Penelitian ini berhasil mendapatkan dukungan dalam program kreativitas mahasiswa riset sosial humaniora (PKM-RSH) 2025 dan memperoleh dana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Konsep ini muncul dari kebiasaan sehari-hari Gen Z yang terikat dengan linimasa TikTok. Tim penelitian yang dipimpin oleh Fifin Anggela Prista menemukan hubungan yang kuat antara penggunaan media sosial yang berlebihan dengan perasaan kesepian, rasa tidak aman, bahkan masalah kesehatan mental.
Dampak Negatif Media Sosial dalam Sistem Sekuler Liberal
Di zaman digital sekarang, banyak orang merasakan kesepian meskipun aktif di media sosial. Mereka terlihat terkoneksi tetapi sebenarnya tidak ada interaksi sosial yang memenuhi kebutuhan sebagai makhluk sosial. Generasi Z dianggap sebagai kelompok yang paling merasakan kesepian, kurang percaya diri, dan menghadapi berbagai masalah kesehatan mental saat ini. Hal ini tentu bukan hanya karena kurangnya pemahaman digital atau pengelolaan penggunaan perangkat. Namun, kita bisa melihat bahwa industri kapitalis telah menciptakan suasana di media sosial yang membawa dampak buruk. Salah satunya adalah munculnya perilaku antisosial di kalangan masyarakat. Mereka menjadi kesulitan untuk bersosialisasi di dunia nyata. Ketika berkumpul dengan teman atau keluarga, kehangatan interaksi hanya menjadi formalitas, yang kemudian tergantikan oleh kesibukan melihat layar ponsel masing-masing. Bahkan di dalam keluarga, hubungan antaranggota menjadi terasa jauh.
Perilaku antisosial dan perasaan kesepian ini membawa dampak negatif dan merugikan masyarakat. Terutama bagi generasi muda yang sebenarnya memiliki potensi besar untuk menghasilkan karya produktif. Namun sikap tersebut menghasilkan generasi yang rentan dengan berbagai masalah kesehatan mental. Kepedulian terhadap isu sekitarnya menjadi menurun. Terlebih lagi, mereka tidak mampu memperhatikan masalah umat, karena terjebak dalam kesepian yang dialaminya. Padahal isu-isu umat seharusnya menjadi perhatian generasi muda agar mereka aktif terlibat dalam solusi untuk mengangkat umat dari keterpurukan yang sangat mendalam saat ini.
Teknologi Digital dalam Perspektif Islam
Memang, saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan manusia sangat terkait dengan media sosial. Media sosial telah menjadi elemen penting dalam hampir semua aspek masyarakat untuk mempermudah komunikasi, berbagi informasi, memperluas relasi, serta sebagai alat promosi produk dan jasa. Kita harus mengakui bahwa manfaat teknologi memberikan banyak kemudahan, tetapi tetap penting bagi kita untuk meresponsnya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan efek negatif yang merusak masyarakat.
Dalam konteks ini, masyarakat perlu menyadari bahwa pengaruh media sosial yang tidak dikelola dengan baik akan membuat banyak orang semakin antisosial dan merasa kesepian di tengah keramaian. Fenomena ini jelas berpotensi merugikan masyarakat. Masyarakat harus menjadikan Islam sebagai identitas utama. Umat perlu memilih media sosial sebagai platform untuk menyebarkan Islam dan memperluas pengetahuan tentang kebaikan. Dengan cara ini, umat tidak akan terus-menerus menjadi korban dari sistem sekuler yang membuat mereka menghabiskan waktu di depan layar tanpa ada manfaat.
Garda terdepan dalam pengaturan semua aspek ini tentunya adalah peran pemerintah yang bertugas mengendalikan penggunaan dunia digital. Pemerintah seharusnya mengatur dan mengawasi semua akses informasi untuk melindungi masyarakat dari konten yang berbahaya. Tugasnya adalah memastikan keamanan data dan menyajikan informasi yang akurat bagi masyarakat. Negara memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang mendukung produktivitas masyarakat, terutama generasi muda, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital dan berkontribusi dalam mengatasi berbagai masalah sosial. Dengan demikian, generasi Muslim akan tumbuh menjadi generasi yang mahir dalam teknologi modern dan memiliki karakter yang unggul sesuai nilai-nilai Islam.
Posting Komentar