Kasus Raya, Potret Buram Lemahnya Perlindungan Negara terhadap Anak
Oleh : Henise
Nama Raya, balita berusia empat tahun asal Sukabumi, kini menjadi simbol luka kolektif bangsa ini. Ia meninggal dunia dengan kondisi memilukan: tubuhnya terinfeksi ribuan cacing hingga tak mampu lagi bertahan. Cerita hidupnya singkat, namun penuh kepedihan—tinggal di rumah yang jauh dari layak, dengan ayah sakit-sakitan dan ibu yang juga memiliki keterbatasan.
Lebih menyedihkan lagi, perhatian serius dari pejabat dan pihak berwenang baru muncul setelah kisah pilu Raya terangkat ke publik. Padahal penderitaan itu sudah lama ada, hanya saja tersembunyi di balik tembok kemiskinan yang sering luput dari radar negara.
Layanan Kesehatan yang Masih Jauh dari Rakyat Kecil
Kasus Raya bukan sekadar kisah tragis seorang anak, tapi potret buram sistem kesehatan di negeri ini. Bagaimana mungkin seorang anak bisa terserang ribuan cacing tanpa penanganan medis sejak awal? Mengapa layanan kesehatan tidak menjangkau keluarga miskin seperti Raya?
Pertama, ini menunjukkan jaminan kesehatan yang seharusnya diberikan negara ternyata belum mampu menyentuh semua lapisan rakyat. Anak-anak miskin, yang seharusnya paling dilindungi, justru sering terabaikan.
Kedua, mekanisme layanan kesehatan yang ada masih sebatas formalitas. Prosedur yang rumit, birokrasi yang berbelit, dan keterbatasan fasilitas membuat layanan kesehatan sulit diakses mereka yang paling membutuhkan.
Ketiga, kasus ini menegaskan adanya abainya negara dalam melindungi kelompok lemah. Rakyat miskin seringkali dibiarkan berjuang sendiri di tengah kondisi sosial dan lingkungan yang tidak sehat. Negara seolah hanya hadir setelah tragedi terjadi, bukan sebelum itu untuk mencegah.
Keempat, semua ini tidak bisa dilepaskan dari akar persoalan: penerapan sistem kapitalisme. Dalam sistem ini, kesehatan diperlakukan sebagai komoditas. Yang punya uang bisa membeli akses terbaik, sementara rakyat kecil terpaksa bertahan dengan kondisi apa adanya. Inilah mengapa ada kesenjangan besar antara mereka yang berprivilege dan mereka yang miskin.
Islam: Negara Penanggung Jawab, Masyarakat yang Peduli
Islam memandang kesehatan bukan sekadar urusan pribadi, melainkan hak dasar rakyat yang wajib ditanggung oleh negara. Dalam sistem Islam, negara berfungsi sebagai rā‘in (pengurus rakyat) yang memastikan setiap orang—kaya atau miskin—mendapatkan perlindungan dan layanan kesehatan terbaik.
Ada beberapa prinsip penting yang ditawarkan Islam:
1. Negara wajib menjamin kesejahteraan rakyat, terutama kelompok lemah.
Anak-anak seperti Raya seharusnya menjadi prioritas, karena mereka adalah amanah Allah yang harus dijaga kehidupannya. Rasulullah ﷺ bersabda: “Seorang imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka.” (HR. Bukhari-Muslim).
2. Kesehatan gratis dan fasilitas terbaik.
Dalam sejarah Khilafah, rumah sakit dibangun megah dengan fasilitas mutakhir pada zamannya, gratis untuk semua orang tanpa diskriminasi. Tidak ada birokrasi berbelit, sehingga layanan bisa diakses cepat dan mudah.
3. Kepedulian sosial yang hidup di masyarakat.
Dalam Islam, setiap Muslim merasa bertanggung jawab atas kondisi saudaranya. Tidak ada yang membiarkan tetangganya kelaparan atau sakit parah tanpa pertolongan. Budaya tolong-menolong ini dibangun oleh iman, bukan sekadar belas kasihan sesaat.
4. Dana yang cukup untuk pelayanan publik.
Dalam sistem Islam, negara memiliki sumber keuangan yang besar melalui pengelolaan kekayaan alam dan pos-pos pendapatan syariah. Dana ini digunakan untuk membiayai layanan dasar rakyat, termasuk kesehatan, tanpa harus bergantung pada swasta atau hutang.
Penutup
Kematian Raya seharusnya menjadi alarm keras bagi kita semua. Ia meninggal bukan semata karena penyakit, melainkan karena lemahnya sistem yang gagal melindunginya sejak awal. Ia lahir di tengah kemiskinan, hidup dalam keterbatasan, dan wafat tanpa pernah merasakan hadirnya negara yang benar-benar melindungi.
Tragedi ini seharusnya membuka mata kita, bahwa kapitalisme hanya melahirkan kesenjangan dan abai terhadap nasib kaum lemah. Sementara Islam menawarkan sistem yang menjadikan negara sebagai pelindung sejati bagi rakyatnya, sekaligus membangun kepedulian sosial yang nyata di tengah masyarakat.
Kasus Raya memang menyakitkan, tapi jangan sampai ia hanya jadi cerita viral sesaat. Semoga kisah pilunya menyadarkan kita bahwa sudah saatnya memperjuangkan perubahan sistem yang benar-benar menjamin kehidupan anak-anak bangsa—sebagaimana Islam pernah mewujudkannya.
Wallahu a'lam
Posting Komentar