Sistem Kesehatan dalam Paradigma Islam
Oleh : Siti Asri Mardiyati
Tragedi kemanusiaan kembali terjadi di negeri ini. Seorang balita bernama Raya dari Sukabumi meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan, tubuhnya dipenuhi cacing gelang. Kisah tragis ini terekam dalam sebuah video yang beredar luas di media sosial dan diberitakan oleh Beritasatu.com (29/7/2025). Fenomena ini menyoroti lemahnya sistem kesehatan dan perlindungan anak di Indonesia.
Tragedi Raya: Antara Kemiskinan dan Sistem yang Gagal
Raya, bocah berusia tiga tahun, dirawat di RSUD R Syamsudin SH, Kota Sukabumi setelah dievakuasi oleh lembaga sosial Rumah Teduh pada 13 Juli 2025. CT scan menunjukkan infeksi parasit yang sangat parah. Bahkan, seekor cacing sepanjang 15 sentimeter sempat keluar dari hidungnya; tanda infeksi telah menyebar ke organ vital termasuk saluran pernapasan dan otak. Raya juga diduga mengalami komplikasi tuberkulosis meningitis yang memperburuk keadaannya (Beritasatu.com).
Kondisi tempat tinggal Raya dan keluarganya juga sangat memprihatinkan. Mereka hidup dalam kemiskinan ekstrem, menempati rumah semi-permanen yang sempat roboh dan kemudian diperbaiki warga. Sehari-hari, Raya bermain di kolong rumah panggung yang kotor dan penuh kotoran ayam; lingkungan yang jelas menjadi sumber penyakit.
Namun yang lebih ironis, proses perawatan medis pun terhambat oleh persoalan administrasi. Raya tidak memiliki kartu keluarga, akta kelahiran, atau BPJS. Pihak rumah sakit sempat memberi tenggat tiga kali 24 jam untuk melengkapi dokumen, tetapi berkas tidak kunjung rampung. Akibatnya, biaya perawatan berubah menjadi beban mandiri, dan dalam sembilan hari, tagihan mencapai puluhan juta rupiah. Harga yang mustahil dibayar oleh keluarga semiskin mereka.
Paradigma Islam: Negara Bukan Penonton, Tapi Penanggung Jawab
Dalam sistem Islam, negara tidak hanya berfungsi sebagai regulator, melainkan sebagai ra’in (pengurus) yang bertanggung jawab penuh atas urusan rakyatnya. Sistem kesehatan tidak dijalankan berdasarkan logika kapitalisme yang menempatkan pelayanan sebagai komoditas, melainkan sebagai bentuk ibadah dan amanah.
Negara dalam sistem Islam menjamin layanan kesehatan gratis dan tanpa syarat administrasi. Setiap warga, apakah ia memiliki dokumen atau tidak, berhak atas pelayanan medis yang cepat dan tuntas. Dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya bekerja tidak hanya sebagai profesional, tetapi sebagai pelayan umat yang bertanggung jawab di hadapan Allah.
Jika kasus seperti Raya terjadi dalam sistem Khilafah, maka deteksi dini akan langsung dilakukan oleh aparat kesehatan masyarakat. Negara akan menyelidiki sanitasi rumah, kualitas air, kondisi lingkungan sekitar, dan segera menyediakan solusi baik berupa perbaikan tempat tinggal, air bersih, maupun edukasi kesehatan.
Penanggulangan yang Terintegrasi dan Berkelanjutan
Negara Islam tidak menunggu penyakit menyebar sebelum bertindak. Saat ada tanda wabah, seperti cacing keluar dari tubuh seorang anak, investigasi epidemiologis langsung dilakukan. Ahli kesehatan masyarakat akan diterjunkan untuk mengecek sekolah, rumah warga, dan fasilitas umum lainnya.
Selain itu, pengobatan diberikan secara gratis dan berkelanjutan. Pasien tidak dibiarkan pulang tanpa kontrol lanjutan. Dana untuk semua kebutuhan ini diambil dari baitulmal (kas negara), bukan dari sumbangan atau utang.
Lebih jauh lagi, ketika orang tua tidak mampu secara ekonomi atau mental, negara wajib menanggung nafkah keluarga tersebut, termasuk tempat tinggal dan pendidikan anak-anaknya. Bila ada anak meninggal karena kelalaian pengurusan, pejabat lokal seperti wali atau amil kesehatan bisa dimintai pertanggungjawaban langsung oleh Khalifah.
Sejarah mencatat, Khalifah Umar bin Khaththab ra. bahkan rela memanggul sendiri karung gandum untuk rakyatnya yang kelaparan. Itu menunjukkan bahwa dalam sistem Islam, nyawa rakyat adalah amanah besar yang tidak boleh diremehkan.
Tragedi yang Seharusnya Tidak Terjadi
Kasus meninggalnya Raya bukan hanya tragedi pribadi, tetapi juga kegagalan sistemik. Jika sistem Islam diterapkan, tidak akan ada lagi anak kecil yang nyawanya melayang karena miskin dan tak berdokumen. Negara akan hadir sebagai pelindung sejati, bukan sekadar pengatur.
Dengan paradigma Islam, pelayanan kesehatan dilakukan secara preventif, kuratif, dan holistik. Semua warga mendapatkan haknya atas kesehatan, tempat tinggal yang layak, dan lingkungan yang sehat. Tak ada birokrasi yang menghambat, tak ada rumah sakit yang menolak pasien karena "data belum lengkap", dan tak ada keluarga yang kehilangan anak hanya karena tidak mampu membayar tagihan.
Inilah solusi mendasar yang ditawarkan oleh sistem Islam bukan tambal sulam kebijakan, melainkan perubahan paradigma menuju kepengurusan rakyat secara total dan bertanggung jawab.
Wallahu a’lam bi ash - sawab
Posting Komentar