-->

Viral Bendera "One Piece", Rakyat Lelah dengan Ketidakadilan


Oleh : Dinda Kusuma W T

Agustus selalu identik dengan peringatan hari kemerdekaan. Pada bulan ini, hampir seluruh penjuru Indonesia dihiasi dengan warna merah dan putih. Entah bendera, hiasan, umbul-umbul, cat pagar dan lain sebagainya. Sudah menjadi tradisi, Indonesia mendadak merah dan putih di bulan Agustus. 

Namun, ada yang berbeda di tahun ini. Ada sebuah bendera unik menyaingi Sang Merah Putih yang viral di media sosial. Alih-alih mengibarkan bendera Merah Putih, sebagian masyarakat justru mengibarkan bendera hitam bergambar tengkorak Jolly Roger bertopi jerami. Lambang kru ”Bajak Laut Topi Jerami” pimpinan Monkey D Luffy di serial anime One Piece dipasang di rumah-rumah hingga kendaraan. Masyarakat juga mengunggah bendera One Piece itu di media sosial, seperti Instagram, X, Tiktok, hingga Facebook. Tak jarang, ada pula yang mengganti foto profil di media sosial mereka menjadi lambang One Piece (kompas.id, 05/08/2025).

Entah bagaimana dan siapa yang mengawali, namun viralnya simbol bajak laut ala anime ini pasalnya menggambarkan kekecewaan masyarakat terhadap negara. Merdeka delapan puluh tahun silam, namun kesejahteraan tidak juga diraih, justru berbagai ketidakadilan makin menjadi-jadi. Dari tahun ke tahun, rakyat makin ditekan dan diperas. Lelah dengan kondisi negeri yang "semerawut ini" pengibaran bendera one piece adalah simbol muaknya hati rakyat. Jika dulu rakyat teriak "merdeka" tiap peringatan kemerdekaan, kini rakyat teriak "benarkah kita sudah merdeka?"

Kekecewaan rakyat yang memuncak, dipicu oleh beberapa kebijakan pemerintah yang baru-baru ini tidak masuk akal. Sangat kentara bahwa kebijakan tersebut diberlakukan hanya untuk memeras keringat rakyat. Diantaranya, tanah yang "nganggur" dua tahun akan diambil oleh negara, rekening tanpa transaksi tiga bulan akan diblokir, hingga penjualan data pribadi rakyat pada Amerika. Masih banyak lagi kebijakan yang sangat jauh dari kata bijak. Wajar jika rakyat kehilangan kepercayaannya terhadap pemerintah.

Disisi lain, rakyat harus bergelut dengan tekanan untuk memenuhi hajat hidupnya. Euforia kemerdekaan kini seperti perayaan kosong tanpa makna. Bahkan terasa bagaikan pengkhianatan. Rakyat dipaksa merayakan ditengah tingginya kemiskinan, fenomena PHK massal, pendidikan mahal, kesehatan mahal dan lain sebagainya. Belum lagi berbagai fakta kerusakan sosial. Maraknya bullying hingga merenggut nyawa, kriminalitas yang makin kejam dan sadis, serta berbagai kasus hukum yang jauh dari keadilan. Pada dasarnya rakyat tidak pernah merdeka.

Ironisnya, kesengsaraan yang dirasakan rakyat, sangat bertolak belakang dengan kehidupan para penguasa yang serba nyaman. Bayangkan saja, gaji Dirut Pertamina kabarnya mencapai 21,8 miliar, mirisnya Pertamina mengklaim mengalami defisit atau rugi. Anggota DPR RI menerima gaji pokok lebih dari 50 juta perbulan. Nominal tersebut belum ditambah tunjangan biaya perjalanan dinas. Selain itu, para anggota DPR juga menerima fasilitas berupa rumah jabatan serta anggaran pemeliharaan rumah jabatan. Fantastisnya, anggota DPR akan menerima tunjangan pensiun setelah masa jabatannya yang hanya 5 tahun itu berakhir. Kenyamanan dan kemewahan tersebut dinikmati oleh seluruh pejabat, oligarki dan kroni-kroninya. 

Pertanyaan besarnya, dari mana sumber pembiayaan kemewahan mereka? Ya, tentu saja dari uang rakyat. Dari berbagai pajak dan pungutan yang dibebankan kepada rakyat. Dari hasil pengelolaan SDA yang hasilnya tidak pernah sampai ke tangan rakyat, namun hanya dinikmati segelintir orang. Dari "jual negara" berkedok kebijakan untuk rakyat, namun faktanya rakyat hanya menanggung imbasnya saja. Tentu saja, ada saatnya rakyat merasa muak.

Namun demikian, alih-alih mengibarkan bendera "one piece", ada sebuah cara untuk menyelematkan negeri ini dari kehancuran, yaitu kembali pada sistem Rahmatan Lil Alamin, Islam. Rakyat harus menyadari bahwa kapitalisme dan sekulerisme telah menggiring bangsa ini pada jurang kehancuran. Inilah saatnya diterapkan aturan islam secara sempurna dibawah kibaran satu bendera yang menyatukan umat seluruh dunia. 
Wallahu a'lam bishsawab.