-->

PENEMBAKAN PARA ZIONIS, BUKTI ZIONIS MAKIN SADIS


Oleh : Evi Derni Sp.d

PBB Uni Eropa dan kelompok-kelompok HAM mengecam serangan Israel di Gaza yang menewaskan 5 jurnalis Al jazeera. Serangan itu terjadi pada minggu 10 Agustus 2025 dan menewaskan koresponden senior Anas Al Sharif bersama empat rekannya. Israel menuduh Sharif sebagai anggota kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Hamas. Al Jazeera menyebut empat karyawan lainnya yang tewas adalah koresponden Muhammed qreiqeh. Juru kamera Ibrahim Zaher, Muhammed Naufal, dan moamen aliwa. Serangan tersebut menghantam tenda yang digunakan jurnalis di luar gerbang utama rumah sakit.(kompas.com 12/08/2025).

Komite perlindungan jurnalis (CPJ) pada Juli lalu pernah menegaskan, entitas Zionis melakukan pola pelebelan jurnalis sebagai militan tanpa memberi bukti yang kredibel. Militer zionis telah melontarkan tuduhan serupa terhadap jurnalis lain di Gaza pada awal perang. Al jazeera menyebut serangan yang menewaskan para jurnalisnya sebagai upaya untuk membungkam suara-suara yang mengungkap pendudukan Zionis di Gaza. Terlebih lagi wartawan internasional dilarang bepergian ke Gaza oleh Zionis kecuali untuk perjalanan yang dikontrol ketat oleh militer. Serangan maut terhadap para jurnalis tersebut terjadi di tengah meningkatnya kritik terhadap keputusan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang hendak memperluas perang di jalur Gaza. Tidak pelak penembakan itu diduga untuk menutupi kejahatan keji yang akan mereka lakukan.

Penembakan kepada para jurnalis masih belum menjadi tahapan klimaks dari genosida di Gaza. Kondisi di Gaza justru makin miris pasca peristiwa penembakan para jurnalis itu. Sejak perang brutal yang dilancarkan zionis Yahudi di Gaza korban jiwa sangat besar yakni lebih dari 61.400 tewas dan 153.000 lebih luka-luka. Semua kondisi yang makin memburuk di Gaza sejatinya tidak terlepas dari hasil sidang darurat dewan keamanan PBB yang membahas rencana penjajah Zionis Yahudi merebut dan menduduki Gaza sepenuhnya dan mengusir warga Palestina dari utara ke selatan. Pelaksanaan sidang itu diminta oleh Denmark Prancis Yunani Inggris dan Slovenia. Empat dari lima anggota tetap dewan keamanan PBB mengecam rencana Zionis untuk menduduki Gaza, yakni : Rusia, Cina, Inggris dan Prancis. Hanya AS yang mendukung tindakan zionis. Pejabat perwakilan AS membela hak Zionis untuk membela diri sekaligus menyalahkan sikap keras kepala Hamas atas masalah-masalah di kawasan tersebut. Dengan menyatakan bahwa Hamas menolak untuk menerima gencatan senjata. Kondisi ini turut menguntungkan Zionis bersamaan dengan adanya pernyataan sikap para pemimpin negeri Muslim dalam Deklarasi New York yaitu Deklarasi bersama yang menyerukan Hamas untuk melucuti persenjataan mereka, membebaskan semua Sandra, mengakhiri kekuasaan Hamas di Gaza dan menyerahkan kekuasaan atas jalur Gaza kepada otoritas Palestina. Para pemimpin negeri Muslim tetap saja diam tanpa selangkah pun mengirimkan pasukan militer.

Pembunuhan para jurnalis termasuk langkah sadis yang zionis ambil. Tindakan keji ini pada hakikatnya untuk membungkam media agar tidak menyiarkan kejahatan genosida di Gaza. Pembunuhan jurnalis tidak hanya menghilangkan nyawa manusia tapi juga wujud tindakan pengecut untuk mematikan nyawa perjuangan rakyat Gaza agar kejahatan zionis di Gaza dapat terlaksana secara sunyi senyap.

Jika kita mencermati semua ini tidak ada kalimat yang tepat selain umat harus sadar, saudara Muslim kita di Gaza adalah bagaikan satu tubuh dengan kita. Tidak pantas kaum Muslim egois apalagi memilih menjunjung tinggi Nasionalisme dan merasa bahwa Gaza bukan urusan kita. Allah ta'ala berfirman di dalam Al-Quran: "orang-orang yang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya kamu mendapat rahmat"(TQS Al-hujurat:10).
Rasulullah SAW juga telah banyak menekankan persaudaraan umat Islam. Diantaranya di dalam hadits:"Orang mukmin dengan mukmin lain bagaikan bangunan. Masing-masing saling menguatkan satu sama lain"(HR.Bukhari dan Muslim).

Gaza adalah bukti telanjang atas kegagalan Nasionalisme dan sistem negara bangsa (nation state). Nasib miris Gaza juga menunjukkan betapa lemahnya dunia Islam saat ini. Padahal jumlah umat Islam mencapai lebih dari 1,8 miliar jiwa. Selama ini Gaza berjuang sendiri bahkan pemberitaan perihal Gaza agar dunia tidak melupakannya kini tengah dibungkam. Namun sungguh Gaza sangatlah istimewa. Peristiwa penembakan jurnalis tidak akan memadamkan perjuangan rakyat Gaza.

Pada saat yang sama kaum Muslim harus bersatu dan wajib menolong rakyat Gaza. Hendaklah kaum Muslim dari seluruh dunia terus-menerus mengobarkan perjuangan rakyat Gaza hingga tanah mereka terbebas seutuhnya dari cengkraman Zionis. Kaum Muslim tidak boleh berhenti untuk berisik membela gaza agar menjadi wa'yul amm (kesadaran umum)dan ro'yul amm ( opini umum) di seluruh dunia. Allah ta'ala berfirman di dalam Al-Quran "jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama maka kalian wajib menolong mereka (TQS.Al-anfal : 72).

Perjuangan para jurnalis yang terus berada di garis depan memberitakan nasib saudara Muslim kita di Gaza dan Palestina pada umumnya, hendaknya menjadi motivasi besar bagi kita untuk berkontribusi menuju pembebasan hakiki bagi mereka.

Pembebasan hakiki tersebut tidak lain adalah bersatunya kaum Muslimin menggalang kekuatan dalam satu kepemimpinan yang akan mengkomandai pasukan kaum Muslimin untuk melaksanakan aktivitas Jihad fisabilillah oleh seorang Khalifah untuk mengusir Zionis Israel sebagai satu-satunya solusi untuk membebaskan Palestina dari penjajahan. Begitu juga dengan negeri-negeri kaum Muslimin di belahan bumi lainnya yang masih terjajah hingga saat ini. Wallahualam bishowab