-->

Krisis Gaza (Pelaparan Sistemis) danMomentum Kebangkitan Umat


Oleh : Adelusiana

Jakarta, CNBC Indonesia - Negeri-negeri Arab dan Muslim, yakni, Qatar, Arab Saudi dan Mesir untuk pertama kalinya resmi mendesak Hamas melucuti senjata dan memberikan kekuasaan atas jalur Gaza pada otoritas Palestina (PA). Himbauan tersebut diumumkan dalam deklarasi bersama yang disampaikan dalam konferensi perserikatan bangsa-bangsa (PBB) di New York, Selasa (29/7/2025).

Mesir malah menekan imam besar Al Azhar agar mencabut pernyataan tentang zionis. Pernyataan itu menggambarkan situasi di Gaza sebagai genosida total dan menyatakan bahwa blokade telah menyebabkan kelaparan sistemis yang sengaja.

Di sisi lain, semakin banyak negara yang berencana mengakui Palestina sebagai negara setelah terbukanya beberapa kejahatan zionis Yahudi yang disaksikan di dunia. Diantaranya Perancis, ia akan secara formal mengakui negara Palestina pada sidang umum PBB bulan September yang akan datang. Hal ini dipertegas oleh presiden Emmanuel Macron dalam pengumuman nya.

Jika Hamas melucuti senjatanya, maka rakyat bisa kehilangan satu-satunya alat perlawanan terhadap agresi zionis, seruan pelucutan senjata tanpa jaminan perlindungan hanyalah menyerahkan Gaza pada penjajahan terbuka. Di sisi lain, pengakuan negara Palestina termasuk oleh Perancis bukanlah solusi hakiki, seperti yang kita ketahui bahwa solusi 2 negara tidak menghapuskan penjajahan karena entitas zionis tetap eksis di atas tanah umat Islam dan terus menindas rakyat Palestina dengan legitimasi internasional.

Sungguh penguasa negeri-negeri Muslim hari ini ibarat buta dan tuli seakan tidak melihat dan mendengar penderitaan, jeritan, saudara-saudara mereka di Gaza. Seolah-olah tidak ada lagi ikatan iman yang menghubungkan hati mereka dengan nasib kaum muslimin yang tengah dizalimi oleh penjajah Zionis. Padahal Allah subhanahu wa ta'ala telah mengingatkan bahwa ukhuwah Islamiyah adalah landasan utama yang mengikat setiap muslim tanpa memandang batas-batas geografis atau kepentingan politik.

Namun realitanya ikatan shahih itu kini telah rusak oleh keratusan terhadap jabatan dan kekuasaan. Para pemimpin itu lebih memilih mempertahankan kedudukan mereka dengan menjalin aliansi bersama musuh-musuh Allah, bahkan jika itu harus dibayar dengan darah dan air mata umat Islam di Palestina. Kepentingan dunia sudah menutup mata mereka dari kebenaran, membungkam suara hati nurani, dan membungkusnya dalam ilusi kekuatan semu.

Padahal sejatinya mereka telah terjerumus ke dalam jurang kelemahan yang dalam di hadapan musuh-musuh Islam. Mereka tunduk pada tekanan diplomatik dan kepentingan politik, namun lalai terhadap perintah Allah dan RasulNya untuk memberikan pertolongan kepada Gaza. Diamnya mereka atas genosida di Gaza bukan hanya menunjukkan kekosongan moral, tetapi juga menjadi bukti nyata mereka telah jauh berpaling dari ajaran Islam yang memerintahkan untuk bersatu sesama muslim, berani dan tegas di hadapan kebatilan.

Umat Islam harus faham bahwa merekalah umat terbaik yang Allah sebutkan dalam Al-Qur'an:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ للنَّاسِ تأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ
 وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰلهِ 

"Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali 'Imran: 110).
Kemuliaan umat ini bukan sekedar pujian, tetapi amanah yang harus diwujudkan dalam realitas kehidupan.

Janji Allah untuk memperkuat kejayaan umat Islam pun telah dijelaskan oleh Allah dengan sangat tegas. Allah SWT berfirman: “Dan Allah telah menjanjika kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa.” (QS. An-Nur: 55).

Sejarah telah membuktikan betapa janji Allah itu benar-benar terealisasi melalui perjuangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, para sahabat, dan para khalifah sepanjang peradaban Islam yang mulia. Kisah Khalifah Al-Mu'tashim Billah yang mengerahkan pasukan membela kehormatan seorang muslimah yang mendapatkan pelecehan di Amuriyah, juga sikap tegas Sultan Abdul Hamid 2 menolak menjual tanah Palestina untuk zionis, walaupun di iming-imingi kemewahan yang berlimpah. Inilah potret nyata seorang pemimpin yang melindungi kemuliaan agama dan umatnya.

Namun kemuliaan itu kini telah tertutup oleh debu ke tertundukkan dan ketidakpedulian penguasa muslim terhadap amanah ukhuwah Islamiyah. Kemuliaan umat tidak akan kembali dengan sendirinya, Ia harus diperjuangkan dengan kesadaran dan kesungguhan. Umat harus dibangkitkan kesadarannya akan janji Allah yang pasti terjadi dan didorong untuk berjuang mewujudkannya kembali.

Upaya besar ini tidak bisa dilakukan tanpa kepemimpinan ideologis yang tulus, yakni jamaah dakwah yang menjadikan Islam sebagai satu-satunya landasan perjuangan serta mengikuti metode (thariqah) Rasulullah Saw secara murni dan konsisten. Dengan rahmat Allah, perjuangan yang lurus di atas jalan kenabian inilah yang akan mendatangkan pertolongan Allah dan mengantarkan umat menuju kemuliaannya yang sejati.

Perjuangan pembebasan Palestina pun tak akan terwujud dengan diplomasi atau kompromi solusi 2 negara melainkan dengan tegaknya sistem Islam yang akan menyerukan jihad sebagai solusi tuntas. Mengerahkan segenap potensi umat Islam untuk mengakhiri penjajahan zionis di atas bumi Al-Quds.

Momen genosida di Gaza saat ini harusnya dijadikan sebagai pemantik kebangkitan umat Islam, karena sudah semakin jelas urgensinya persatuan ummat dalam satu institusi untuk membangunkan kesadaran mereka dari kelalaian, dan mengarahkan mereka menunaikan kewajiban mewujudkan kemuliaan Islam di muka bumi sebagaimana yang Allah perintahkan.
Wallahu a'lam bi ash-shawaab.