-->

Kapitalisme Melahirkan Generasi Rusak, Pelajar Terjerat Narkoba dan Kekerasan

Oleh : Henise

Berita demi berita tentang perilaku menyimpang pelajar di Indonesia terus mengalir, seakan tak pernah berhenti. Baru-baru ini, publik dikejutkan oleh kasus siswa SMK Negeri 2 Pangkep yang dihujani pukulan di depan sekolahnya. Di Serpong, polisi menangkap 54 pelajar yang hendak tawuran. Di Penjaringan, lima pelajar membegal sopir truk dan menganiaya lansia. Di Bandung, seorang pelajar SMK tewas ditusuk gara-gara cemburu. Sementara di Simalungun, seorang pelajar ditemukan tewas dengan wajah terbungkus kain, bajunya berlumuran darah. Lebih mengerikan lagi, seorang siswa SD di Muratara menusuk pelajar MTs hingga tewas hanya karena masalah sepele, menggunakan gunting.

Deretan peristiwa ini bukan hanya berita kriminal biasa. Ini adalah potret buram generasi muda yang seharusnya menjadi harapan bangsa, namun malah terseret arus kebobrokan moral yang mengkhawatirkan.

Akar Masalah: Sistem Kapitalisme yang Merusak

Kehidupan generasi saat ini berada di bawah cengkeraman sistem kapitalisme sekuler, yang menilai segala sesuatu dari sudut pandang materi dan kesenangan sesaat. Sistem ini gagal membentuk kepribadian mulia karena memisahkan agama dari kehidupan.

Dalam sistem pendidikan sekuler-kapitalis, tujuan utama sekolah adalah menghasilkan tenaga kerja siap pakai, bukan membentuk manusia beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Kurikulum lebih menekankan pada keterampilan teknis dan pengetahuan umum, tetapi miskin penanaman nilai-nilai Islam. Akibatnya, pelajar tidak mengenal jati dirinya sebagai Muslim dan tidak memahami misi penciptaannya: beribadah kepada Allah.

Selain itu, lingkungan sosial yang ada juga tidak kondusif. Banyak keluarga kehilangan peran dalam membimbing anak karena sibuk mencari nafkah di tengah tekanan ekonomi. Media massa dan media sosial, yang seharusnya menjadi sarana edukasi, justru membanjiri generasi dengan konten penuh kekerasan, pornografi, gaya hidup bebas, dan budaya instan.

Generasi yang Rapuh Secara Mental

Salah satu ciri generasi di bawah sistem kapitalisme adalah lemahnya pengendalian diri. Ketika menghadapi persoalan kecil seperti rasa cemburu, konflik pertemanan, atau tekanan hidup, mereka cenderung memilih jalan pintas: kekerasan, narkoba, bahkan pembunuhan. Ini menunjukkan rusaknya ghorizah baqo’ (naluri mempertahankan diri) yang seharusnya diarahkan untuk melindungi kehidupan, malah berubah menjadi dorongan membinasakan orang lain.

Selain itu, ketidakpahaman terhadap agama membuat ghorizah tadayyun (naluri beragama) tertutupi. Mereka mencari pelarian dan ketenangan semu melalui narkoba atau pergaulan bebas, bukan pada ketaatan kepada Allah. Lingkungan yang rusak membuat mereka tumbuh dengan standar moral yang salah, sehingga tindakan keji dianggap hal biasa.

Solusi Islam: Membangun Generasi Mulia

Islam memiliki sistem yang menyeluruh (kaffah) untuk membentuk generasi berkepribadian mulia. Ini tidak bisa dicapai hanya dengan perbaikan kecil dalam kurikulum atau seminar motivasi, tetapi harus dengan penerapan sistem Islam secara total di bawah naungan negara Khilafah.

1. Pendidikan Islam yang Menyeluruh
Sistem pendidikan Islam menjadikan aqidah Islam sebagai pondasi seluruh ilmu pengetahuan. Ilmu sains, teknologi, maupun keterampilan diajarkan dalam kerangka pandangan hidup Islam. Setiap pelajaran diarahkan untuk memperkuat kesadaran bahwa tujuan hidup adalah beribadah kepada Allah. Dengan demikian, ghorizah tadayyun tumbuh subur dan menjadi pengendali alami bagi perilaku generasi.

2. Lingkungan Sosial yang Suportif
Negara Islam bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan akhlak mulia. Pelanggaran syariat seperti peredaran narkoba, pornografi, dan hiburan yang merusak akan diberantas total. Kegiatan masyarakat diarahkan untuk memperkuat ukhuwah dan amal kebaikan, bukan memicu konflik atau kekerasan.

3. Kontrol Media untuk Edukasi
Dalam Islam, media hanya boleh digunakan sebagai sarana edukasi, dakwah, dan hiburan yang sehat. Konten yang merusak moral, menormalisasi kekerasan, atau mengajarkan gaya hidup bebas akan dilarang. Media menjadi instrumen penting untuk membangun kesadaran umat dan membentuk opini publik yang selaras dengan syariat.

4. Keterlibatan Negara dalam Pembinaan Generasi
Khilafah memandang pembinaan generasi sebagai tanggung jawab negara, bukan sekadar urusan keluarga. Negara akan memastikan setiap anak mendapatkan pendidikan, bimbingan moral, dan perlindungan dari pengaruh buruk.

Mengembalikan Jati Diri Generasi

Perubahan generasi tidak bisa dilakukan dengan langkah setengah hati. Selama sistem kapitalisme masih menjadi landasan hidup, kasus pelajar terjerat narkoba, tawuran, pembegalan, dan kekerasan akan terus berulang. Solusi parsial seperti razia narkoba, patroli sekolah, atau seminar anti kekerasan hanya menyentuh permukaan masalah, tanpa menyentuh akar.

Islam mengajarkan bahwa generasi adalah amanah. Mereka adalah calon pemimpin umat dan penjaga peradaban. Untuk itu, mereka harus dibina dengan aqidah yang kokoh, akhlak mulia, dan kemampuan hidup yang bermanfaat. Semua ini hanya bisa diwujudkan jika sistem Islam diterapkan secara kaffah, sehingga setiap aspek kehidupan—pendidikan, media, hukum, dan lingkungan—mendukung terbentuknya generasi yang taat kepada Allah dan bermanfaat bagi sesama.

Penutup

Realitas generasi saat ini adalah cermin dari sistem yang mengaturnya. Kapitalisme telah melahirkan generasi rapuh secara mental, miskin akhlak, dan jauh dari agama. Jika kita benar-benar ingin menyelamatkan masa depan, maka kita harus berani meninggalkan sistem ini dan menggantinya dengan sistem Islam kaffah di bawah naungan Khilafah.

Hanya dengan cara ini, ghorizah tadayyun akan terjaga, ghorizah baqo’ diarahkan untuk melindungi kehidupan, dan ghorizah nau’ (naluri melestarikan keturunan) terjaga dari kerusakan moral. Generasi masa depan akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat, cerdas, dan berakhlak mulia—bukan korban dari sistem yang rusak.

Wallahu a'lam