-->

Kenestapaan Rakyat Gaza, Urgensitas Khilafah Segera


Oleh : Asha Tridayana

Kekejaman Israel semakin tidak terkendali. Telah 22 bulan lamanya melakukan genosida terhadap Palestina. Tidak terhitung korban yang gugur hingga wanita dan anak-anak pun menjadi sasaran. Tidak ada rasa kemanusiaan, bahkan aturan perang internasional dilanggar dengan mudah. Sementara dunia hanya bergeming melihat kebrutalan Israel. Karena sebatas kecaman tidak cukup menghentikan penderitaan Palestina.

Seperti yang belum lama ini terjadi, pasukan Israel membunuh lima jurnalis Al Jazeera pada Minggu (10/8) di Jalur Gaza. Israel memang sengaja menuduh salah seorang jurnalis bernama Anas Al Sharif sebagai teroris yang tergabung dengan Hamas kemudian melakukan pembunuhan. Total lebih dari 200 pekerja media telah menjadi korban kekejian Israel sejak agresinya pada Palestina (www.cnnindonesia.com 12/08/25).

Kejadian tersebut mendapat celaan keras dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres. Menurutnya, jurnalis memiliki risiko ekstrem saat meliput perang. Kemudian menyerukan penyelidikan yang independen dan imparsial terhadap pembunuhan tersebut. Seharusnya jurnalis dan pekerja media dilindungi dan diizinkan bekerja tanpa intimidasi ataupun ancaman bahaya (m.antaranews.com 12/08/25).

Tidak hanya itu, Badan Bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) juga melaporkan sedikitnya satu juta perempuan dan anak-anak Gaza mesti menghadapi kelaparan massal, kekerasan dan pelecehan. Hal ini terjadi karena pembatasan bantuan yang dilakukan oleh Israel. Menurut organisasi nonpemerintah (non-governmental organization/NGO) bahwa sejak 2 Maret tidak dapat mengirimkan truk berisi pasokan makanan. Pada Juli, Israel juga menolak lebih dari 60 permohonan dari puluhan NGO. Total kematian akibat kelaparan mencapai 251, termasuk 108 anak. Sementara korban tewas sejak agresi dimulai telah lebih dari 61.800 orang (m.antaranews.com 17/08/25).

Disisi lain, warga Israel sendiri melakukan demonstrasi besar-besaran di Tel Aviv, Israel pada Minggu malam (17/8). Bahkan menjadi demo terbesar yang menuntut dihentikannya perang di Gaza Palestina dan pembebasan sandera. Sebelumnya tersebar video sandera Israel dengan kondisi yang memprihatinkan. Hal ini memicu protes warga Israel terhadap pemerintah agar mengakhiri perang yang sia-sia (www.metrotvnews.com 18/08/25).

Berbagai fakta menunjukkan kekejaman Israel telah diluar batas. Tak hanya perang fisik yang menewaskan warga Gaza tetapi juga pelaparan massal yang sengaja dilakukan agar Gaza semakin terdesak. Jurnalis pun tidak luput dari sasaran. Hingga rakyat Israel juga meminta diakhirinya perang karena telah menimbulkan banyak kerugian dan penderitaan. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat dan Perdana Menteri Israel justru memberikan usul untuk merelokasi warga Gaza dari tanahnya sendiri. Sungguh semakin menjelaskan kekejian Zionis terhadap Palestina yang terus memperjuangkan tanah kaum muslim.

Serangan demi serangan terus digencarkan pada rakyat Gaza bahkan para jurnalis yang semestinya mendapat perlindungan selama melakukan tugasnya justru turut menjadi korban. Hal ini mengisyaratkan adanya upaya membungkam media agar tidak dapat mengungkap secara nyata kejahatan Zionis terhadap Gaza. Tidak hanya nyawa seseorang yang hilang tetapi juga telah membunuh nyawa seluruh rakyat Gaza yang telah berjuang selama ini seolah tidak ada bukti penderitaan dan berlalu begitu saja.

Kekejaman Israel yang menghalalkan segala cara hingga tidak peduli dengan hukum apapun semakin menegaskan ketidakmampuannya dalam melawan kekuatan kaum muslim Gaza. Israel hanya mengandalkan sejata militer sementara rakyat Gaza dengan tekad dan kekuatan akidah Islam tanpa ketakutan sedikitpun berjihad hingga nyawa taruhannya. Tak hanya tentara tetapi anak-anak pun tidak gentar menghadapi Zionis Israel.

Disisi lain, penguasa negeri-negeri muslim justru berpangku tangan dan tetap diam menyaksikan saudaranya terbunuh. Seolah cukup dengan mengirimkan bantuan makanan dan obat-obatan padahal faktanya Israel melakukan pembatasan masuknya bantuan hingga rakyat Gaza menderita pelaparan massal. Seharusnya pasukan militer yang dikirimkan untuk memerangi dan mengusir Israel. Semakin jelas bentuk pengkhianatan pada kaum muslim Gaza. Mereka lebih memilih untuk memisahkan diri dengan nasionalisme dan kecintaannya pada dunia yang tidak lain ketakutan kehilangan kekuasaan dan harta bendanya.

Derita rakyat Gaza, dari pembunuhan jurnalis hingga pelaparan massal yang menyiksa tidak akan cukup menghentikan perjuangan mempertahankan tanah Palestina. Mereka sangat memahami kemuliaan yang Allah swt telah janjikan atas tanah yang diberkahi sehingga nyawa pun akan dipertaruhkan demi menjaganya. Bahkan setiap anak yang dilahirkan pun telah ikut berjihad. Mereka lebih memilih syahid di tanah Palestina daripada mesti direlokasi ke wilayah lain.

Seharusnya kepedihan yang dialami rakyat Gaza juga dirasakan oleh seluruh umat muslim dunia. Maka wajib untuk terus berupaya mengobarkan perjuangan tanpa pernah terlupa hingga tanah Palestina dibebaskan seutuhnya dari penjajahan keji Zionis Israel. Yakni dengan tegaknya Khilafah dan seruan jihad yang dapat melawan Israel. Satu-satunya solusi pembebasan genosida di Gaza. Namun, lemahnya kekuatan umat Islam yang masih tersekat oleh nasionalisme menjadikan tidak adanya kepemimpinan Islam dunia.

Oleh karena itu, menjadi kewajiban bersama membangun kesadaran umat Islam agar khilafah dan jihad dapat segera terwujud. Sementara yang konsisten menyerukannya tidak lain jamaah dakwah ideologi sehingga keberadaanya dan turut bergabung menjadi bagiannya merupakan kebutuhan penting dan mendesak bagi umat Islam sekarang. Dengan kata lain, aktivitas bersama jamaah dakwah ideologis menjadi upaya mengantarkan pada tegaknya Khilafah dan membebaskan Palestina dari genosida. Allah swt berfirman, "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 104)

Wallahu'alam bishowab.