Gaza Tak Perlu Air Mata Dunia, Saatnya Pasukan Khilafah Bergerak
Oleh : Isna Anafiah
Aktivis Muslimah
Bayangkan ketika kamu memiliki segudang harapan, akan tetapi harapan itu tiba-tiba harus buyar dan tidak pernah menjadi kenyataan. Sungguh menyakitkan bukan?. Nah, realita inilah yang terjadi di Gaza, kenyataan di sana begitu getir, seakan tidak ada pilihan, dan memaksa mereka harus menelannya, karena hidup terkadang tidak bisa memilih.
Mereka yang berada di Gaza tengah mengalami keris pelaparan secara sistemis dan kondisinya sangat mengkawatirkan. Sebab ribuan truk bantuan pangan dan obat-obatan dari kemanusiaan yang dibutuhkan justru sulit didapatkan. Sehingga mengakibatkan warga Gaza mengalami malnutrisi. Kondisi tersebut telah menyebabkan ribuan orang meregang nyawa karena tidak mampu survive.( waww.inilah.com 03/08/2025)
Kondisi palestina yang semakin mencekam membuat rasutusan ribu orang yang berada di australia turun kejalan melakukan aksi bela Palestina, mereka memadati jempabatan pelabuhan sydney. Yang datang tidak hanya muslim bahkan non muslim pun ikut melakukan aksi bela palestina, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak, aksi tersebut merupakan aksi terbesar sepanjang sejarah. Mereka melakukan aksi tersebut karena tidak tega menyaksikan pelaparan sistemis yang di alami Palestina. ( www. Beritamerdekaonline.com 4/07/2025)
Di saat dunia sibuk bicara soal pertumbuhan ekonomi, namun yang terjadi di Gaza bukanlah pertumbuhan ekonomi melainkan jumlah korban kelaparan semakin ekstrim sejak Gaza diblokade. Blokade merupakan sebuah kejahatan yang luar biasa. Bahkan menurut data kesehatan Gaza, belasan ribu jiwa menderita gizi buruk akut. Ratusan orang termasuk bayi harus meregang nyawa bukan karena peluru, akan tetapi karena tidak ada makanan untuk bisa survive sedangkan dunia membisu. Hingga para jurnalis yang meliput dan menulis berita yang terjadi di Gaza terpaksa mengkonsumsi air garam (elektrolit) hanya sekedar untuk bisa survive di tengah runtuhnya kemanusiaan.
Namun yang paling menyayat hati, bukan hanya hilangnya nyawa,
melainkan para penguasa negeri-negeri muslim sudah tidak lagi memiliki empati.
Ide nasionalisme telah mematikan rasa empati dan membutakan mata dan hati para penguasa negeri-negeri muslim. Mereka cuek dan tidak peduli dengan persoalan yang terjadi di Gaza pada hal Rasulullah saw telah mengibaratkan persaudaraan umat muslim seperti satu tubuh.
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh merasakan sakit dan tidak bisa tidur."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Para penguasa negeri-negeri muslim yang tidak peduli dengan penderitaan di Gaza merupakan penguasa " biadab". Seperti penguasa di sekitar wilayah Gaza terutama Mesir justru menutup mata seakan mereka buta dan tuli dengan penderitaan yang di alami Gaza. Kalau bantuan tidak bisa masuk melalui pintu raffa harusnya para penguasa muslim menggunakan jalur udara atau laut.
Namun sayangnya, mereka tidak melakukan itu, realitanya mereka cuek dan tega melihat seluruh penduduk Gaza terus terzalimi, jika penduduk Gaza terus dibiarkan terzalimi oleh para penguasa muslim cepat atau lambat mereka bisa meregang nyawa secara massal, karena perut kosong kelaparan yang disengaja. Bahkan tidak satu pun para penguasa negeri muslim yang dekat dengan Gaza mengirim pasukan untuk membebaskan nya. Jihad yang menjadi sebuah kewajiban tidak pernah terealisasi sebab para penguasa muslim justru menjadi garda terdepan menjaga kepentingan asing. Para penguasa negeri muslim telah mengabaikan peringatan dari Allah swt. Pada hal Allah telah memberi peringatan bahwa pemimpin yang zalim akan mendapatkan azab Rasulullah saw bersabda,
"Sungguh orang yang paling Allah cintai di hari kiamat kelak dan paling dekat kedudukannya dengan Dia adalah seorang pemimpin yang adil. Sungguh manusia yang paling Allah benci dan paling keras mendapatkan azab-Nya adalah seorang pemimpin yang zalim". (HR. At- Tirmidzi)
Seharusnya para penguasa negeri muslim memiliki kepedulian dan rasa empati yang tinggi kepada saudara muslim yang mengalami kesulitan dibelahan bumi manapun termasuk di Gaza. Sebab di akhirat seorang penguasa akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Jika dia seorang penguasa yang adil akan selamat. Akan tetapi jika dia seorang pemimpin yang zalim akan Allah berikan azab yang keras dan dasyat. Namun, realitanya para penguasa negeri muslim telah mengabaikan peringatan tersebut.
Kebiadaban zionis yahudi semakin brutal, dan tidak mampu di ungkapkan denga kata-kata. Seolah mereka bukan manusia, mereka membantai warga yang sedang mengatri makan tanpa belas kasih. Krisis kelaparan sistemis yang terjadi di Gaza merupakan strategi yahudi untuk genosida. Jutaan warga Gaza yang terjebak blokade mengalami pelaparan sistemis yang disengaja. Blokade total yang di alami Gaza sejak 2 Maret 2025 merupakan blokade terpanjang dalam sejarah konflik, akibat blokade tersebut telah mengakibatkan belasan ribu anak mengalami kekurangan gizi.
Namun, disisi lain beberapa negara mulai mengakui Palestina sebagai negara, karena dunia telah menyaksikan kebiadaban yahudi. Namun, pengakuan Palestian sebagai negara oleh perancis bukanlah solusi yang dapat menyelesaikan persoalan. Sebab solusi dua negara bukanlah solusi hakiki. Sebab yahudi zionis tetap menjarah dan eksis di tanah milik umat Islam. Palestina bukanlah tanah milik "bangsa kera" setiap jengkal tanah umat muslim tidak boleh dikuasai orang kafir. Sebab umat Islam merupakan umat terbaik sebagaimana firman Allah swt
"Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.." (Qs. Ali Imran :110)
Kemuliaan umat Islam bukan sekedar pujian, namun amanah yang harus diwujudkan dalam realita kehidupan. Sebab Allah telah berjanji akan mengokohkan kejayaan umat Islam dan janji tersebut ditegaskan dalam firmannya
"Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum kamu berkuasa" (Qs.An-Nur:55)
Sejarah telah membuktikan bahwa janji Allah itu benar-benar terealisasi melalui perjuangan Rasulullah saw dan para sahabat dan khalifah sepanjang peradaban Islam. Sebab persoalan pelaparan dan genosida yang menyayat hati di Gaza tidak membutuhkan air mata dunia, Gaza bukan sekedar butuh bantuan melainkan butuh pasukan muslim yang mampu membebaskan palestina seperti shalahudidin Al -Ayyubi yang mampu melakukan perubahan secara sistemis dengan sistem Islam serta butuh pemimpin yang tegas seperti khalifah Abdul Hamid II yang mampu menolak keinginan yahudi, pernyataannya sama dengan ngajak perang kepada yahudi.
Untuk itu solusi yang tepat untuk Gaza bukanlah solusi dua negara atau genjatan senjata melainkan dengan mengakat senjata ( jihad), dengan mengerahkan potensi umat untuk mengakhiri penjajahan zionis yahudi. Sebab jihad di dalam Islam fardu'ain bagi Palestina dan penduduk di sekitarnya, jihad tersebut untuk mengubur musuh - musuh Allah dan mengakhiri genosida yang terjadi di Gaza dan menjadikan persoalan tersebut sebagai sarana kebangkitan umat Islam.
Membangunkan dari kelalaian dan mengarahkannya untuk menunaikan kewajiban menegakkan kemuliaan Islam. Sebab, perjuangan menegakkan khilafah merupakan tuntutan yang tidak bisa dinanti-nanti atau ditunda. Tidak ada yang mampu menggerakan pasukkan untuk menolong Gaza kecuali Khilafah.
Wallahualam bissawab
Posting Komentar