Perlindungan Anak dalam Sistem Kapitalis vs Islam
Oleh : Henise
Anak-anak adalah generasi penerus yang menentukan masa depan sebuah bangsa. Mereka membutuhkan perlindungan, perhatian, dan pendidikan yang layak agar dapat tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara fisik, mental, dan spiritual. Namun, dalam realitas kehidupan modern saat ini, banyak anak yang justru menjadi korban—baik dari sisi ekonomi, sosial, hingga eksploitasi seksual—akibat dari sistem yang tidak benar-benar menjamin hak-hak mereka. Sistem kapitalis yang saat ini menjadi dasar kebijakan di banyak negara, termasuk Indonesia, tampaknya gagal memberikan perlindungan menyeluruh kepada anak-anak. Lalu, bagaimana Islam memandang perlindungan anak? Dan bagaimana solusinya?
Anak-anak di Tengah Sistem Kapitalis
Dalam sistem kapitalisme, segala hal diukur berdasarkan nilai ekonomi. Kebijakan publik, termasuk perlindungan anak, seringkali dipandang sebagai investasi jangka panjang demi mendukung pertumbuhan ekonomi, bukan sebagai kewajiban moral dan kemanusiaan.
Akibatnya, banyak kebijakan perlindungan anak yang hanya menjadi proyek atau program temporer, yang tidak menyentuh akar masalah. Anak-anak masih menjadi korban kekerasan, eksploitasi, perdagangan manusia, bahkan terjerumus dalam industri hiburan dan media tanpa kontrol yang jelas. Ketika kemiskinan struktural dibiarkan, anak-anak dari keluarga miskin pun rentan putus sekolah dan terpaksa bekerja demi bertahan hidup.
Lemahnya sistem hukum juga membuat kasus kekerasan terhadap anak sering tidak mendapatkan keadilan yang layak. Bahkan, dalam banyak kasus, pelaku kekerasan seksual terhadap anak justru mendapatkan hukuman ringan atau kembali mengulangi kejahatannya.
Islam dan Perlindungan Anak
Islam memandang anak-anak sebagai amanah dan karunia Allah yang harus dijaga dan dipelihara. Rasulullah Saw. dikenal sangat penyayang kepada anak-anak, dan banyak hadis menunjukkan bagaimana beliau memperlakukan mereka dengan kasih sayang, perhatian, dan pendidikan yang baik.
Dalam Islam, negara berkewajiban penuh memberikan perlindungan dan pemenuhan hak anak—baik hak fisik, emosional, pendidikan, hingga keimanan. Perlindungan terhadap anak bukan sekadar program sosial, tapi merupakan bagian integral dari penerapan syariat secara menyeluruh.
1. Ekonomi: Dalam sistem Islam, negara wajib menjamin kebutuhan pokok rakyat, termasuk anak-anak, tanpa diskriminasi. Negara tidak membiarkan kemiskinan struktural terjadi, karena Islam memiliki sistem distribusi kekayaan dan zakat yang adil.
2. Pendidikan: Islam mewajibkan pendidikan bagi setiap anak, gratis dan berkualitas. Ilmu agama dan dunia diberikan secara seimbang untuk membentuk kepribadian Islam yang kuat sejak kecil.
3. Hukum: Hukum Islam memberikan sanksi tegas terhadap pelaku kekerasan atau pelecehan terhadap anak. Tidak ada celah untuk impunitas atau kompromi atas kejahatan terhadap anak-anak.
4. Lingkungan Sosial: Sistem sosial Islam membatasi interaksi bebas dan mencegah budaya permisif yang saat ini mendorong eksploitasi anak secara seksual maupun mental.
Saran dan Penutup
Sudah saatnya kita mengevaluasi sistem yang saat ini dijalankan. Kritik terhadap kapitalisme bukanlah semata-mata retorika, tetapi lahir dari realitas bahwa sistem ini sering kali gagal melindungi yang paling lemah, yaitu anak-anak.
Kita membutuhkan sistem alternatif yang tidak hanya menjamin hak-hak anak sebagai program, tapi menjadikannya sebagai bagian dari tanggung jawab negara yang lahir dari akidah dan syariat. Sistem Islam, yang telah terbukti selama berabad-abad, memberikan panduan lengkap dalam melindungi dan membesarkan generasi.
Perlindungan anak bukan hanya soal undang-undang dan program tahunan, tapi soal sistem kehidupan yang benar. Dan Islam adalah satu-satunya sistem yang menjadikannya sebagai kewajiban agung—bukan sekadar proyek.
Wallahu a'lam
Posting Komentar