Sistem Global Tidak Mampu Bebaskan Palestina karena Sekat Nation States
“Sistem global saat ini tidak mampu membebaskan Palestina karena sekat-sekat nation states menghalangi upaya pembebasan Palestina,” ungkap, Analis Kebijakan Politik, Ade Rahayu Aprilia, S.IP., dalam forum Activist Talk #6, Back to Muslim Identity Community chapter Depok (BMI Depok), One Ummah One Voice: Break the Siege, End the Genocide, Sabtu (19/7/2025) di Depok.
Bahkan umat Islam sebagai umat terbesar di dunia (lebih dari 1,9 miliar jiwa), lanjut Alumnus Ilmu Politik FISIP UI, tidak mampu memberikan pembelaan nyata untuk Palestina karena terhalang sekat nation states yang menjadi sistem global hari ini karena perpecahan. Pasalnya, perpecahan umat Islam mulai disusun penjajah Barat pada perjanjian Sykes-Picot 1916 yang membagi dunia Islam menjadi negara kecil yang lemah, demi mencegah persatuan umat dan menguasai wilayah strategis serta sumber daya dunia Islam.
“Realisasi dari perjanjian Sykes-Picot 1916 mengimplementasikan konsep politik klasik devide et impera yang berarti penguasa (penjajah Barat) menjaga agar umat atau kelompok yang besar terpecah menjadi unit-unit kecil agar mudah dikendalikan dan tidak bisa melawan. Hal ini menunjukan sekat-sekat nation states melemahkan umat Islam maupun masyarakat global untuk mewujudkan pembebasan Palestina,” bebernya di hadapan sekitar 40 peserta.
Lanjutnya, bukti kegagalan sistem global hari ini juga karena hipokritnya peran PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa), solusi kosong melalui perundingan atau perjanjian damai dengan entitas Yahudi serta pengkhianatan penguasa Arab. Di PBB, AS rutin menggunakan hak veto untuk membela penjajahan Zionis Yahudi dari kecaman dan sanksi, termasuk atas pelanggaran HAM dan pembangunan pemukiman ilegal.
“Solusi diplomatik yang disuarakan di PBB pun selalu berkutat pada two state solution (gagasan untuk membagi tanah Palestina menjadi milik Palestina dan entitas Yahudi) yang pertama kali dicetuskan Inggris lewat Komisi Peel (1937) saat Palestina masih dijajah Inggris,” ujarnya.
Skema tersebut, menurutnya, sejak awal tidak adil karena entitas Zionis Yahudi diberi wilayah strategis dan subur sementara rakyat Palestina terusir. Yerusalem pun dipisahkan dari keduanya dan dikelola secara internasional. Namun faktanya, Zionis Yahudi tidak pernah berhenti menjajah dan mencaplok wilayah Palestina.
“Maka, two state solution hanyalah solusi palsu yang justru memperpanjang umur penjajahan dan mempertahankan dominasi penjajah Barat atas wilayah Islam,” pungkasnya.[]Isra Novita
Posting Komentar