Regulasi tak bergigi, kecurangan semakin menjadi
Oleh : Ummu Anggun
Miris rasanya kali ini kita di kejutkan dengan berita tentang beras premium yang di oplos dan kualitas beras yang tidak sesuai standar layaknya harga beras premium.
Mengejutkan tentunya, karena setelah rakyat bersusah payah menambah pengeluaran untuk bisa makan nasi yang layak untuk di konsumsi tapi ternyata rakyat tertipu, alih alih beras berkualitas premium dengan harga mahal ternyata itu hanya tipuan belaka.
Dan bukan hanya tentang kualitas beras yang tidak sesuai standar yang di temukan di masyarakat tapi berat yang juga tidak sesuai dengan berat yang tertera dalam kemasan.
Investigasi yang berlangsung pada 6–23 Juni 2025 ini melibatkan 268 sampel beras dari 212 merek di 10 provinsi. Hasilnya, 85,56 persen beras premium tidak sesuai standar mutu, 59,78 persen dijual di atas HET, dan 21,66 persen tidak sesuai berat kemasan. Untuk beras medium, 88,24 persen tidak memenuhi mutu, 95,12 persen melebihi HET, dan 9,38 persen memiliki berat kurang dari klaim kemasan (MetroTv)
Kapitalisme Menyuburkan Kecurangan
Kenaikan harga beras yang terus terjadi, semakin menyulitkan masyarakat untuk bisa menikmati makan yang layak, apalagi untuk kategori masyarakat menengah ke bawah. Agar bisa mendapatkan beras dengan harga murah saja banyak yang tidak mampu membelinya. Banyak kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah seperti bansos,operasi pasar murah bahkan sampai makan bergizi gratis dan lain sebagainya tapi sejatinya itu bukan solusi yang mampu mengatasi akar persoalan beras saat ini.
Tidak mengherankan sebenarnya ketika kita hidup dalam sistem sekuler kapitalis maka akan kita temui berbagai kecurangan dan berbagai persoalan di setiap lini kehidupan, dalam sistem kapitalis apapun yang menghasilkan cuan dan keuntungan berlipat akan di lakukan dan para pelaku pengoplos beras ini natabene adalah perusahaan besar ataupun pengusaha yang memiliki modal besar.
Dalam sistem sekuler kapitalis seperti sekarang ini kejahatan tumbuh subur bak jamur di musim penghujan,ini tak lain karena pemerintah yang hanya bertindak sebagai regulator, penentu kebijakan yang seringkali justru menguntungkan para pemilik modal.
Di pisahkannya agama dari kehidupan membuat manusia mengatur sendiri kehidupannya sesuai dengan kemauannya, tidak ada standar halal atau haram tapi bagaimana hidup tetap berlangsung meski untuk mencukupinya harus dengan cara cara yang di haramkan oleh Allah SWT. Buruknya sistem hari ini juga bukti mandulnya hukum di negeri ini, sanksi yang tidak pernah memberikan efek jera membuat kejahatan demi kejahatan kembali berulang.
Berbeda ketika kita hidup dalam sistem islam, islam memiliki sistem terbaik dalam mengatur seluruh lini kehidupan manusia, tolok ukur setiap perbuatan hamba adalah hukum syara' bukan hawa nafsu seperti yang terjadi sekarang ini.
Dalam islam akidah islam akan menjadi landasan bagi setiap individu dalam berbuat dan dengan akidah islam yang kuat pula lah akan melahirkan individu yang takut akan azab dan pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Allah SWT berfirman
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (TQS. Al Isra. 36)
Islam juga memiliki sistem sanksi hukum yang tegas dan memberi efek jera bagi para pelaku kejahatan. Terbukti islam pernah memimpin dunia selama 13 abad lamanya dengan kejahatan yang sangat sedikit.
Maka sudah seharusnya menjadi peringatan bagi kita semua untuk melakukan aktivitas apapun harus di sertai dengan keimanan karena sejatinya kelak apapun yang kita lakukan akan di minta pertanggung jawaban oleh Allah SWT. Dan sudah saatnya kita mencampakkan sistem kufur ini dan menggantinya dengan sistem islam karena hanya dengan islam lah umat akan hidup sejahtera dalam naungan Daulah Khilafah.
Wallahu A'lam Bisshowab
Posting Komentar