-->

Memetik Pelajaran dari Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tentang Ketaatan dan Tawakal kepada Allah SWT


Di hadapan puluhan remaja Muslimah, Pemerhati Remaja, Ummu Alifa menegaskan, dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail bisa dipetik pelajaran tentang ketaatan dan tawakal kepada Allah SWT.

“Dari kisah Nabi Ismail dan Nabi Ibrahim, kita dapat memetik pelajaran mengenai ketaatan dan tawakkal kepada Allah SWT,” ujarnya dalam kajian Remaja Akhwat, Cinta dalam Ikhlas: Idul Adha Core, Ahad, (15.6/2025) di Depok. 

Pelajaran pentingnya karena, menurutnya, ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya (Ismail), walaupun dengan berat hati tetap saja perintah dari Allah dijalankannya. 

“Suatu hari Nabi Ibrahim mendapatkan perintah untuk menyembelih anaknya sendiri (Nabi Ismail), sebagai bentuk ketaatan mereka berdua kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim menghampiri anaknya yang baru saja menginjak usia remaja itu dan menceritakan perintah yang baru beliau terima. Nabi Ismail sama sekali tidak membantah, ataupun meminta pembelaan dari kedua orang tuanya. Beliau begitu tegar dalam menjalankan perintah tuhannya. Beliau meyakinkan ayahnya untuk tidak ragu ataupun mengasihaninya,” bebernya sambil menceritakan kisahnya.

Menurut Ummu Alifa, kisah seorang Nabi yang diuji untuk mengorbankan anaknya sendiri tersebut mengajarkan kita tentang cinta dan ikhlas.

“Pengorbanan dan keikhlasan yang tinggi, sabar dalam menjalani perintah-Nya, dan yang paling penting, berbakti kepada orang tua. Cinta sejati adalah cinta kita kepada Allah SWT. Dari kisah Nabi Ismail, kita belajar bahwa cinta itu harus diwujudkan dalam perbuatan, seperti dengan menjalankan semua perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan senantiasa berjuang meraih keridhaan-Nya,” jelasnya.

Salah satu cara meraih ridha Allah, ujar Ummu Alifa adalah dengan berbakti kepada orang tua. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits, Dari sahabat Abdullah bin Umar ra, dari Nabi Muhammad SAW, ia bersabda, ‘Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Sedangkan murka-Nya berada pada murka keduanya,’” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim). 

Menurutnya, berbakti kepada orang tua juga merupakan perintah oleh Allah SWT, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT Al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 23. Begitu juga dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda, “Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Jika mau, kau boleh menyia-nyiakan pintu tersebut atau kau boleh merawatnya.”

Fakta Saat Ini

Tak hanya itu, Ummu Alifa juga memaparkan bagaimana kondisi remaja saat ini yang tidak berbakti kepada orang tua karena lemahnya pemahaman agama.

“Namun melihat fakta terkini, begitu banyak kasus seorang anak terutama remaja yang tidak berbakti kepada orang tuanya. Hal ini terjadi karena lemahnya pemahaman agama dan juga pengaruh oleh lingkungan dan media sosial,” terangnya.

Untuk menghindari hal tersebut, ujarnya, yang bisa dilakukan sebagai individu, menuntut ilmu syariat dengan datang ke kajian-kajian, mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah dan meningkatkan kualitas ibadah, senantiasa semangat untuk berbakti kepada orang tua, menjauhkan diri dari pergaulan atau circle yang buruk, fokus pada prestasi sekolah, dan fokus kepada ridha Allah bukan ridha manusia.

“Dalam lingkup pergaulan, kita dapat menyebarluaskan ilmu yang sudah kita dapatkan, mengajak teman kepada kebaikan, atau menciptakan circle-circle yang baik. Semua usaha ini akan berhasil maksimal jika didukung oleh sistem dan lingkungan yang baik,” imbuhnya.

Ummu Alifa juga berpesan untuk menjadikan kisah ini sebagai teladan dalam taat kepada Allah, teladan atas berbakti kepada orang tua, teladan atas sebuah perjuangan dan pengorbanan, juga sebagai teladan tentang arti cinta sejati, yaitu cinta dalam ikhlas.[]Yumna