-->

Nasionalisme dan Negara Bangsa, Menghalangi Perjuangan Membebaskan Palestina


Oleh : Rima, Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Ribuan aktivis dari seluruh dunia bergerak menuju Gaza dalam aksi solidaritas yang bertajuk Global March to Gaza (GMTA), mewakili lintas etnis dan benua yang ingin membuka jalan menuju kehidupan bagi Gaza. Tujuan aksi ini agar pemimpin dunia menekan Israel untuk menghentikan agresi militer, yang dinilai sebagai bentuk genosida terhadap warga Palestina. Munculnya gerakan ini menunjukkan kemarahan umat yang sangat besar karena tidak bisa berharap kepada lembaga-lembaga internasional dan para penguasa hari ini. 

Menurut Chairman Aliansi Kemanusiaan Indonesia (AKSI) Ali Imran, aksi ini sebagai “diplomasi jalanan” yang menandai pergeseran cara dunia merespon tragedi kemanusiaan. Bentuk diplomasi tanpa podium, tanpa protokol, dan tanpa basa-basi. Menurutnya, gerbang Raffah mungkin dikunci, tapi nurani dunia tidak bisa dibungkam (Republika, 14/6/2025).

Mereka melakukan aksi tersebut karena sudah tidak tahan lagi dengan kebrutalan Zionis Yahudi. Pasalnya, sejak agresi brutal Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, lebih dari 54.000 warga Palestina telah tewas dan 126.000 lainnya terluka, mayoritas korbannya anak-anak, perempuan, tenaga medis dan jurnalis. Sementara dunia hanya menonton Gaza sekarat, perlahan blokade Israel membuat pasokan dan makanan obat-obatan lumpuh. Bayi meninggal karena kekurangan gizi, ibu-ibu kehilangan segalanya. Realitanya Mesir lebih sibuk menjaga stabilitas daripada membuka pintu kemanusiaan. Saat dunia memilih untuk bergerak, Mesir justru memilih untuk menutup jalan.

Tertahannya mereka di pintu Raffah justru makin menunjukkan, gerakan kemanusiaan apa pun tidak akan pernah bisa menyolusi masalah Gaza karena ada pintu penghalang terbesar yang berhasil dibangun penjajah di negeri-negeri kaum Muslim, yakni nasionalisme dan konsep negara bangsa. Masuknya pengaruh dan pemahaman Barat modern membuat umat Islam terpecah belah. 

Paham ini telah memupus hati nurani para penguasa Muslim dan tentara mereka, hingga rela membiarkan saudaranya dibantai di hadapan mata. Bahkan ikut menjaga kepentingan pembantaian hanya demi meraih keridhaan negara adidaya yang menjadi tumpuan kekuasaan mereka yakni Amerika. 

Iman merupakan ajaran paling mendasar dan esensial dalam ajaran Islam. Di antara wujud ikatan iman adalah ukhuwah Islamiyah (persaudaraan seagama) dan solidaritas Islam. Islam menginginkan agar persaudaraan karena iman. Oleh karena itu, ukhuwah Islamiyah yang terbentuk karena iman wajib diwujudkan dengan sikap dan perbuatannya nyata berupa solidaritas terhadap Muslim lainnya yang menderita dengan mencintainya, dan menolongnya, peduli dan berempati terhadap penderitaannya membela dan sebagainya. Semua ini dikarenakan umat Islam berada dalam satu agama Islam dan satu iman sesuai dengan yang diperintahkan oleh Al-Qur’an dan as-Sunnah. 

Umat Islam harus paham betapa bahayanya paham nasionalisme dan konsep negara bangsa, dilihat dari sisi pemikiran maupun sejarahnya. Keduanya justru digunakan musuh-musuh Islam untuk meruntuhkan khilafah dan melanggengkan penjajahan di negeri-negeri Islam.

Nasionalisme sebagai produk modernitas merupakan salah satu paham yang berpengaruh luas dewasa ini. Negara-negara di Timur Tengah di mana sebelumnya dikuasai oleh aturan Islam dan kesatuan ideologi keagamaan yang sebelumnya menguasai telah tersingkir. Negara yang menjadi sasaran adalah yang mendasarkan diri pada Akidah Islam.

Umat Islam juga harus paham, arah pergerakan mereka untuk menyolusi konflik Palestina harus bersifat politik, membongkar sekat negara bangsa dan mewujudkan satu kepemimpinan politik Islam di dunia. Karena sekat-sekat imajiner berupa paham nasionalisme telah menjadikan umat tercerai berai dan menjadikan umat lemah. 

Kita tidak bisa berharap bantuan PBB, lobi-lobi diplomasi, dan aksi-aksi karena itu semua tidak digubris. Gerakan politik ideologis Islam yang bisa membongkar sekat-sekat negara bangsa ini. Kita membutuhkan pemimpin yang bisa menyatukan kembali umat Islam untuk bersatu yang akan menghancurkan sekat-sekat itu. 

Sudah saatnya umat sadar untuk mendukung dan bergabung dengan gerakan politik ideologis yang berjuang tanpa kenal sekat dan terbukti konsisten memperjuangkan tegaknya kepemimpinan politik Islam tersebut di berbagai tempat. Kita berjuang bukan atas nama negara tapi demi umat Muslim sedunia. Karena umat memang membutuhkan seorang yang dapat melindungi, pemimpin yang satu, dan berjuang dalam satu komando.[]