12 HARI PERANG ISRAEL-IRAN, ANGIN SEGAR UNTUK PALESTINA?
Oleh : Lia Asani
Dimulai dari tanggal 13 Juni 2025, Israel melancarkan serangan pada Iran dengan serangan udara dan rudal presisi yang kemudian menghantam Natanz dan Isfahan, yakni dua tempat yang merupakan pusat program nuklir Iran.
Akibat serangan itu, Iran kehilangan 9 Ilmuwan nuklirnya, 5 Jendral militer serta 300 warga sipil. Hal ini menjadi pukulan yang cukup berat untuk Iran. Iran memahami betul, mereka sedang menghadapi entitas paling berbahaya, yang seluruh pasokan dan kecanggihan senjatanya tentu disupport langsung oleh AS.
Namun demikian, tampaknya serangan Israel tidak mampu menghancurkan pusat pengembangan nuklir Iran secara total. Iran memiliki gudang balistik yang tersimpan kokoh dibawah tanah sehingga tidak mudah dihancurkan. Inilah yang menjadi salah satu alasan serangan, karena Iran memiliki program nuklir yang dianggap berbahaya dan menjadi ancaman bagi entitas Israel dan AS.
Iran adalah salah satu negara satelit yang masih berada dalam bayangan Amerika, namun Iran juga menjadi negara paling keras kepala dan berani terhadap Amerika. Bagaimana tidak? Iran bahkan tidak memiliki pangkalan militer AS diwilayahnya ketika negara Timur Tengah lainnya justru memfasilitasi dan bermitra dengan AS.
Sejak tahun 1973 Iran menjadi satu-satunya negara yang berani melawan Israel, bahkan menjadi negara pertama yang sejak Perang Dunia II secara langsung menyerang pangkalan militer AS di Timur Tengah seperti Al Udeid di Qatar, Milisi pro Iran juga meledakkan pangkalan militer AS di Irak.
Sedangkan pangkalan militer AS yang tersebar dinegara Timur Tengah adalah UEA, Qatar, Bahrain, Oman, Kuwait, Iraq, Suria, Saudi Arabia serta Jordan dengan total 50.400 tentara militer AS yang tersebar dinegara-negara tersebut.
Serangan balasan Iran terhadap Israel menghancurkan depot minyak dan naval base di Haifa. Kemudian melancarkan kembali serangan yang mampu meledakkan pusat ilmiah di Weizman Institute. Rudal yang digunakan Iran adalah balistik dan hipersonik canggih yang dikembangkan dengan bantuan Rusia, Korea Utara dan China. Balistik ini merupakan salah satu yang tercanggih dari senjata balistik sejenis yang dimiliki Rusia.
Dalam hitungan hari, Israel porak poranda, hantaman rudal nuklir dengan kekuatan hulu ledak hingga 1500-1800kg menghancurkan hampir keseluruhan kota-kota yang merupakan pusat vital Israel. Terutama pusat industri, markas militer, intelligent, pusat logistik dll. Israel kini merasakan apa yang dirasakan Palestina di Gaza.
Akan tetapi, hal penting yang perlu dipahami oleh ummat adalah perang ini bukan untuk membebaskan Palestina. Iran menyerang Israel murni perang kepentingan, geopolitik dan perebutan pengaruh kekuatan.
Secara tidak langsung Palestina mungkin sedikit bisa bernafas dari serangan Israel, mengingat Israel sedang kewalahan melawan musuh dengan senjata yang melampauinya. Namun, mereka tidak diselamatkan dan terjebak dalam keadaan yang terburuk tanpa bantuan. Bahkan, ketika perang sudah bisa dikendalikan, semuanya akan kembali pada keadaan semula.
Terbukti, hanya 12 hari perang Iran dan Israel berlangsung, meski sebelumnya presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata pada 23 Juni, namun Israel maupun Iran terus melancarkan serangannya dan berhenti ketika kesepakatan menguntungkan bagi Iran maupun AS bisa dicapai.
Iran juga memutuskan keluar dari NPT (traktat non-proliferasi nuklir) dan menghentikan kerjasamanya dengan IAEA (badan tenaga atom internasional), yang artinya program nuklir Iran menjadi tertutup dan tidak lagi diawasi dalam skala Internasional.
Perang secara resmi dihentikan pada 24 Juni, tepat 12 hari. Namun Palestina masih dalam status terjajah oleh entitas Yahudi bernama Israel. Fakta yang mungkin bisa disadari dari perang Israel dan Iran adalah Israel bahkan AS bisa dipecundangi oleh negara Iran dalam kekuatan militer dan ternyata senjata lokal yang dimiliki dan dibuat sendiri oleh Iran bisa mengimbangi senjata canggih yang dimiliki AS.
Dan kita semua menyadari bahwa Israel hanya bisa dilumpuhkan dengan militer, tidak butuh waktu lama, cukup 12 hari, Israel diporakporanda oleh militer Iran, bisa dibayangkan jika seluruh militer negara mayoritas muslim bersatu? Mungkin hanya 12 detik. Artinya, Palestina butuh militer yang benar-benar datang dengan tujuan membebaskan mereka dengan senjata yang melampaui musuhnya.
Melihat bagaimana kuatnya sistem pertahanan militer Iran, bukan tidak mungkin untuk menghancurkan Israel bahkan negara adidaya sekalipun. Semua itu tentu hanya akan terwujud jika sebuah negara yang kuat mampu mengambil hukum dan keputusan sendiri sesuai dengan syariat Allah, daulah islam bersatu, tidak ada skat, saling melindungi dan menjadi perisai bagi seluruh alam yang berada pada satu naungan yang sama.
"Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..."
(QS. Ali 'Imran: 103)
Posting Komentar