Vasektomi Bukan Solusi Kemiskinan, Islam Menjamin Kesejahtraan Tanpa Syarat
Oleh : Isna Anafiah
Aktivis Muslimah
Isu kemiskinan menjadi "momok" yang menakutkan, karena kemiskinan merupakan penyebab terjadinya berbagai masalah sosial kemasyarakatan. Seperti meningkatnya jumlah peminta-minta, pelaku kriminal meningkat, terjadinya kelaparan dan gizi buruk. Kemiskinan pun rentan menimbulkan perselisihan, perceraian dan kematian serta kacaunya naluri seseorang hingga hilang kewarasan.
Seperti halnya, kebijakan Gubernur Jawa Barat, yang mengaitkan bantuan sosial dengan menekan angka kelahiran. Wacana tersebut sontak menjadi prokontra hingga menjadi sorotan publik. Sebab salah satu syarat untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah, masyarakat keluarga miskin harus melakukan vasektomi. Kebijakan menekan angka kelahiran warga miskin bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasi masalah kemiskinan. Seharusnya pemerintah Jawa Barat memperluas lapangan pekerjaan untuk laki-laki yang sudah baligh dan para suami serta menaikkan gajinya .Tingginya jumlah Keluarga miskin di anggap beban oleh pemerintah Jawa Barat, alasannya karena selama ini jumlah penerima bansos di Jawa barat cukup tinggi ( 7/05/2025 www.bbc.com)
Pencegahan kehamilan yang bersifat permanen seperti vasektomi pada laki-laki dan steriliasi pada wanita adalah tindakan yang diharamkan di dalam Islam. Bahkan para ulama sebenarnya sudah melakukan Ijtima Ulama sejak tahun 1977, 1983, 2009 dan tahun 2012. kasus vasektomi tersebut sejatinya sudah lama terjadi. Walaupun wacana tersebut belum terealisasi, namun kebijakan tersebut tidak tepat dijadikan solusi untuk mengatasi kemiskinan.
Penyebab terjadinya gelombang kemiskinan yang melanda negeri ini bukan karena para penerima bansos memiliki jumlah anak banyak. Namun, problem kemiskinan yang tak kunjung usai ini merupakan buah busuk dari penerapan sistem kapitalisme. Realitanya sistem kapitalislah yang menjadi penyebab ketimpangan sosial antara sikaya dan simiskin. Problem dasar kemiskinan bukan karena memiliki empat anak atau lebih. Akan tetapi kemiskinan yang terjadi saat ini disebabkan oleh kemiskinan struktural.
Penerapan sistem ekonomi kapitalis yang menjadikan negara gagal mengelola SDA. Sebab sistem ekonomi kapitalis telah memberikan kebebasan kepemilikan kepada para pengusaha. Dengan dalih kepemilikan saham mereka bebas mengeruk SDA dan menjualnya, sebab negara hanya menjadi regulator yang memfasilitasi para pemilik modal. Beberapa faktor yang menunjukan kegagalan sistem ekonomi kapitalis diantaranya adalah :
1. SDA yang berlimpah pengelolaannya diserahkan kepada asing, sementara negara hanya menerima kompensasi semata.
2. Dalam sistem kapitalis penguasa hanya menjadi pelayan para pemilik modal, karena penguasa berharap para pemilik modal mau berinvestasi di negeri ini. Pada hal penguasa tugasnya mengelola uang negara untuk kesejahtraan rakyatnya. seperti membangun infrastruktur yang mudah di akses perkonomian rakyat, menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup untuk laki-laki dan lain-lain, namun hal itu tidak dilakukan oleh penguasa.
3. Kebobrokan penguasa dalam mengelola negara adalah pemrintah sering kali melakukan aktivitas berhutang, sementara kas yang ada disimpan dengan dalih untuk cadangan devisa dan para penguasa pun sering melakukan pemborosan uang negara seperti membuat gedung baru atau pagar mewah, kunjungan para pejabat dan lain-lain.
Namun, di sisi lain realitanya jumlah lapangan kerja untuk laki-laki sangat sedikit, sehingga mereka pun sulit mendapatkan pekerjaan. Sulitnya lapangan kerja membuat mereka terpaksa bekerja serabutan, meski pendapatannya lebih besar pasak dari pada tiang ( pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan) sebab kebutuhan ekonomi saat ini sangat tinggi sehingga pendapatan tidak mampu menutupi kebutuhan bahkan hampir tak terbeli.
Kebijakan pemerintah memberikan berupa bantuan pangan beras 10 kg, diskon tarif listrik, Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai ( BPNT), Kartu Sehat untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI), subsidi rumah. Akan tetapi tidak semua rakyat dapat menikmatinya. Bantuan yang diberikan pemerintah tidak mampu menjadi solusi terbaik untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat.
Sebab, dengan pendapatan yang pas-pasan masyarakat harus memikirkan beban pengeluaran konsumsi, pendidikan, kesehatan, hingga sewa rumah. Ironisnya seluruh kebutuhan tersebut hanya disandarkan kepada kepala keluarga. Tentu saja tidak akan cukup. Bantuan sosial yang menjadi angin segar bagi orang miskin tidak mampu menjadi solusi, karena bantuan dari pemrintah bersyarat. Ini artinya orang miskin dilarang memiliki banyak anak, anehnya program vasektomi ini hanya diperuntukkan untuk keluarga miskin, keluarga miskin di anggap beban negara. Sedikit atau banyaknya anak tidak ada hubungannya dengan kemiskinan. Maka, kebijakan tersebut harus di tolak oleh umat Islam.
Namun, persoalannya apakah Bansos dapat menyelesaikan kemiskinan keluarga? Sebenarnya kemiskinan persoalannya bukan pada tinggi dan rendahnya angka kelahiran, melainkan negara gagal menjamin kesejahtraan rakyat. Sehingga persoalan kemiskinan tidak pernah terselesaikan. Justru kebijakan yang di buat pun realitanya hanyalah tambal sulam saja.
Tahun 2030-2040 nanti Indonesia akan mengalami bonus demografi ( lonjakan usia produktif). Untuk itu, penguasa harus mampu menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya, penguasa harus mampu harus mampu mengaktivasi generasi muda agar bonus demografi tersebut tidak tumbuh menjadi generasi cemas melainkan generasi emas. Bonus demografi tersebut akan berubah menjadi bencana jika penguasa lalai dan abai terhadap kebutuhan sandang, pangan dan papan yang dibutuhkannya. Mereka yang terlahir dari keluarga miskin akan mengalami stunting atau gizi buruk dan tumbuh menjadi generasi cemas.
Di dalam Islam kebutuhan primer merupakan perkara dasar. Setiap individu harus mampu memenuhi kebutuhan primernya untuk bisa survive (bertahan hidup). Sedangkan penguasa sebagai ra'iin hanya akan membantu memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai kemampuan.
Pelaksanaan perkara tersebut telah di atur oleh syariat Islam. Allah Swt berfirman :
الله الذي خلقكم ثم رزقكم
Allah-lah yang menciptkan kamu, kemudian memberikan rezeki. (QS.ar-Rum 30:40)
وما من دابة في الاعلى الله رزقها
Tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah yang memberi rezekinya. (QS.Hud 11: 6)
Jika Allah Swt sudah memberikan rezeki sebagaimana firmannya tersebut, mengapa terjadi kemiskinan? Seolah-olah SDA yang berlimpah tidak mampu mencukupi kebutuhan individu yang populasinya terus bertambah. Sebab dalam pandangan ekonomi kapitalis problem ekonomi terjadi karena adanya kelangkaan barang dan jasa, sementara populasi dan kebutuhan manusia terus bertambah. Sebagian orang terpaksa tidak mendapatkan bagiannya, sehingga terjadi kemiskinan. Pandangan ini sangat keliru dan bertentangan dengan realita.
Pada dasarnya SDA yang Allah ciptakan untuk manusia pasti cukup untuk memenuhi kebutuhan makhluknya termasuk binatang melata. Hanya saja, saat ini terjadi ketimpangan produksi dan distribusi. Sehingga terjadi kemiskinan. Persoalan kemiskinan tidak bisa diselesaikan dengan menekan angka kelahiran keluarga miskin, lalu mereka diberikan bantuab berupa Bansos dengan syarat kepala keluarga diwajibkan menjalankan vasektomi.
Untuk menuntaskan kemiskinan struktural dibutuhkan sebuah sistem hidup yang ideal dan negara yang mampu menjalankan sistem tersebut. Islam merupakan sistem hidup yang ideal serta memiliki mekanisme untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup termasuk masalah kemiskinan. Mekanisme yang dilakukan Islam untuk mengatasi masalah kemiskinan adalah :
Masyarakat yang hidup saat syarait diterapkan dalam level negara kebutuhan primernya dijamin. Terpenuhi-tidaknya kebutuhan primer tersebut menjadi penentu miskin - tidaknya seseorang. Walaupun Islam menjamin kebutuhan primer setiap individu, namun Islam tidak memberikan kebutuhan primer kepada siapa saja setiap saat. Kalau penguasa di dalam Islam memberikan kebutuhan primer kepada siapa saja setiap saat, maka masyarakat akan bermalas-malasan. Untuk itu Islam memiliki mekanisme untuk mengatasi kemiskinan tersebut dengan cara sebagai berikut:
a. Islam mewajibkan laki-laki memberikan nafkah kepada diri dan keluarganya. Dari Abu Hurairah, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda :
Salah seorang di antara kalian pergi pagi-pagi mengumpulkan kayu bakar, lalu memikulnya lalu berbuat baik dengannya (menjualnya), sehingga dia tidak lagi memerlukan pemberian manusia, maka itu baik baginya dari pada dia mengemis pada seseorang yang mungkin memberinya atau menolaknya (HR.Muslim, Ahmad dan Tirmidzi dari Abu Hurairah).
Hadits tersebut menunjukan bahwa laki-laki wajib mencari nafkah baik para ayah maupun laki-laki yang sudah baligh. Syariat mewajibkan mereka memberikan nafkah kepada keluarga.
b. Jika kepala keluarga tidak memiliki kemampuan untuk bekerja mencari nafkah karena ujur syar'i seperti sakit-sakitan, usia lanjut, cacat pisik atay mental dan sebagainya. Maka kewajiban memberikan nafkah jatuh pada kerabat dekat atau ahli waris untuk membantu saudaranya.
c. Jika kelurga atau rakyat miskin tidak memiliki kerabat dekat, atau kerabat dekatnya dalam kondisi pas-pasan hidupnya. Maka dalam kondisi seperti itu kewajiban memberikan nafkah beralih kepada Baitul mal ( kas negara).
d. Jika Baitul mal (kas negara kosong) maka penguasa di dalam Islam akan melakukan dua cara. Umat Islam membantu warga miskin secara individu dan memungut pajak kepada orang kaya. Jika pajak tersebut tidak perlukan lagi, maka negara akan menghentikan pemungutan pajak.
Demikianlah mekanisme Islam dalam mengatasi masalah kemiskianan. Sudah selayaknya penguasa kembali kepada aturan yang ditetapkan oleh sang penciptanya. Sistem kapitalis tidak mampu menyelesaikan persoalan kemiskina yang melanda negeri ini, hanya sistem dan mekanisme di dalam Islam yang mampu memanusiakan manusia, kemiskinan yang menjadi "momok" menakutkan pun bisa teratasi hingga tuntas. Sebab Islam membawa keberkahan bagi kehidupan (rahmatan lil alamiin). Sebab di dalam Islam tidak ada persyaratkan pembatasab kehamilan secara permanen untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah Bansos. Namun, bansos di dalam Islam diberikan tanpa syarat, karena penguasa berkewajiban memberikan bantuan kepada orang miskin.
Hal tersebut dicontohkan oleh khalifah Umar Bin Khatab saat berjalan untuk melihat kondisi rakyatnya. Beliau melihat asap dan tangisan anak kecil di salah satu rumah warga. Melihat kondisi warga miskin tersebut Umar pun langsung bergegas ke Baitul Mal mengambil bahan makanan untuk dikasihkan ke warga miskin, bahkan beliau sendiri yang memikul karung berisi gandum dan bahan makanan tersebut.
Begitulah gambaran seorang penguasa di dalam Islam. Rakyat membutuhkan penguasa yang dapat mengurusnya sebagaimana mestinya yang didukung oleh sistem terbaik yaitu Islam yang diterapkan dalam level negara.
Wallahuallam bissawab.
Posting Komentar