BARAK MILITER UNTUK ANAK NAKAL, BUKTI GAGALNYA PENDIDIKAN SEKULER
Oleh : Evi Derni S.Pd
kepala dinas penerangan TNI AD Brigjen TNI Wahyu Yudhayana menyebutkan bahwa kerjasama antara TNI AD dan Pemprov Jabar terkait pembinaan anak-anak adalah program bernama pendidikan karakter, disiplin dan bela Negara. Kekhususan program ini dilaksanakan di dua tempat yaitu Doduk Bela Negara Rindam III/ Siliwangi di Bandung dan di markas Resimen Artileri Medan (MENAMED) I konstrad di Purwakarta.(antara.news 02/05/2025).
Program yang diluncurkan oleh Gubernur Jawa Barat ini bersamaan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional, maka wajar ini menjadi viral. Menurut data yang diinformasikan ada 120 siswa yang sudah didaftarkan oleh orang tuanya dan orang tuanya juga Sudah menandatangani perjanjian tertulis bahwa anaknya bersedia menjalani program itu secara sukarela.
Selain dua kota yang disebutkan di atas program ini juga akan diikuti oleh Pemerintah daerah lainnya, seperti: Kota Singkawang di Kalimantan Barat misalnya dan Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Bahkan Menteri HAM Bapak Natalius bigai menyatakan jika program ini nanti uji cobanya berhasil akan berpotensi menjadi program Nasional. Ini berarti akan disampaikan kepada Mendikdasmen agar mengeluarkan peraturan untuk hal ini dilaksanakan secara masif di seluruh Indonesia.
lalu muncul pertanyaan sejauh mana program ini sampai bisa dianggap sebagai solusi? Program yang memang diperuntukkan bagi anak-anak yang bermasalah atau yang disebut susah diatur dan sudah level berat ini seperti anak yang tawuran, kecanduan game online, merokok, mengkonsumsi alkohol, narkoba dan juga geng motor.
Munculnya program ini sebagai respon untuk menyelesaikan permasalahan degradasi moral anak bangsa. Tentu saja ini membutuhkan intervensi serius di luar pihak sekolah dan orang tua. Coba kita berpikir kembali kalau sekolah dan orang tua saja kemudian angkat tangan membentuk karakter anak secara langsung maupun tidak langsung, berarti mengakui bahwa tanggung jawab itu diambil oleh militer.
Kalau fakta seperti ini yang muncul, lantas ada apa dengan pendidikan kita? Bukankah ini juga mengindikasikan Pendidikan kita gagal dalam pembentukan karakter kepribadian yang mandiri dan bertanggung jawab untuk menyikapi permasalahan di dunia ini. faktanya bagaimana pula kontrol sosial di masyarakat geng motor yang tidak bisa diselesaikan. Jadi harus ada sistem di luar sekolah dan juga rumah yang perlu di backup oleh sistem saat ini hingga yang lahir bukanlah generasi emas tetapi generasi cemas.
Di sisi lain beban untuk hidup makmur dalam rangka sertifikasi guru dapat beban administrasi. Jadi peningkatan kualitas lifeskillnya tidak terasa sama sekali. Belum lagi minimnya akses sekolah yang tidak merata. Begitu jika persoalan terkait dengan teknologi digital yang menghasilkan brain root pembusukan otak. Orang tua bahkan sampai tidak tahu anak perempuannya hamil. Orang tua sibuk mengejar pemenuhan kebutuhan, eksistensi dan profesi. Akhirnya anak dimanjakan oleh materi dan dibiarkan dengan dunianya sendiri. Hal ini saling terkait. Maka wajarlah kita mendapatkan generasi yang penuh kecemasan, sebagaimana yang viral beberapa waktu lalu dengan #Indonesia gelap.
Gambaran di atas adalah bukti kegagalan sistem pendidikan kapitalis sekuler saat ini. Berbanding terbalik dengan sistem pendidikan Islam. Islam memiliki konsep kehidupan yang komprehensif dalam menyelesaikan persoalan kehidupan, termasuk masalah menangani anak-anak yang susah diatur bahkan mencegah sejak dini kemunculannya.
Pertama : membangun ketakwaan individu dan komunal melalui sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Tujuan pendidikan adalah membentuk pola pikir dan pola sikap yang sesuai aturan Islam. Kedua : menegakkan budaya Amar ma'ruf nahi mungkar. Fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial akan terwujud dengan budaya ini. Masalah degradasi moral mampu dicegah dari awal Karena rasa empati dan peduli dengan kondisi sekitar terwujud dengan baik. Ketiga : menegakkan sistem sanksi Islam ditetapkan berdasarkan jenis pelanggarannya. Sistem sanksi Islam yang tegas dan menjerakan akan mengukuhkan peran Negara sebagai pengurus(Ra'in) dan perisai(junnah) rakyat dari kejahatan dan kemaksiatan. Seperti : tawuran, pergaulan bebas, konsumsi alkohol dan narkoba geng motor dan lain-lainnya.
Wallahu a'lam bishowab
Posting Komentar