-->

USIR PENJAJAH, BUKAN RELOKASI GAZA


Oleh : Evi derni Spdi

Presiden Prabowo Subianto menyatakan Indonesia siap menampung ribuan warga Gaza Palestina yang menjadi korban kekejaman militer Israel. Prabowo akan mengirim pesawat untuk menjemput mereka. Sebagai tindak lanjut Prabowo mengungkapkan, Indonesia siap menampung warga Palestina yang terluka mengalami trauma, anak-anak yatim piatu, serta mereka yang membutuhkan perawatan darurat akibat Israel (beritasatu.com 09/04/2025).

Rencana evakuasi secara teritorial yang sangat jauh ini dikhawatirkan, menjadi langkah pertama membuka proses relokasi dan pengosongan yang ditentang oleh liga Arab sendiri. Evakuasi atas nama pengobatan atau nilai kemanusiaan apapun kecuali di perbatasan atau negara tetangga ditolak oleh liga Arab karena substansinya sama saja yaitu pengosongan tanah dari pemiliknya (republik.co.id 12/04/2025).

Pengumuman ini mencuri perhatian publik, karena dipicu oleh ketegangan yang berkembang akibat kebijakan tarik impor 32% yang diberlakukan oleh Presiden AS (Donald Trump) yang dapat mengguncang perekonomian Indonesia. Banyak analisis berpendapat bahwa kebijakan tarif impor AS merupakan bagian dari strategi untuk memperkuat ekonomi domestik AS dan memenangkan lobi untuk kepentingan politik dan ekonomi AS termasuk rencananya di Gaza Palestina.

Trump ingin memperluas entitas Yahudi dengan menguasai tanah dan membangun pemukiman baru di atasnya. Trump tampaknya sangat berambisi untuk mengambil alih Gaza, demi memuluskan apa yang ia sebut proyek riviera Timur Tengah. Salah satu strateginya adalah memasukkan soal rencana merekonstruksi total Gaza dalam perjanjian senjata antara Zionis dan Hamas yang ia inisiasi Januari 2025 lalu.

Hal ini diperkuat dengan fakta adanya laporan media Israel menunjukkan bahwa strategi militer AS mendukung rencana perpindahan tersebut. Strategi ini meliputi perluasan kendali militer atas Gaza, penegakan evakuasi, penetapan blokade dan pengawasan ketat terhadap bantuan kemanusiaan yang masuk ke jalur Gaza.

Maka rencana di atas, apapun judulnya akan menguntungkan Zionis dalam usahanya untuk mengosongkan Gaza dari penduduknya dan memperkuat agenda penjajahan yang didukung AS untuk menguasai Palestina serta melemahkan proses tawar rakyat Palestina untuk memperjuangkan hak dan tanah Palestina dari penjajah Zionis yang sudah berlangsung beberapa decade.

Evakuasi juga dapat mengurangi tekanan terhadap Zionis dengan warga sipil yang diamankan oleh negara-negara ketiga. Negara pendukung AS bisa berargumen bahwa masalah kemanusiaan sudah ditangani dan menjadi alasan untuk tidak menghentikan agresi militer serta usahanya mengusir penjajah zionis dari bumi Palestina.

Jadi membawa warga Gaza ke negara ketiga seperti Indonesia, berpotensi memindahkan fokus perhatian dunia internasional dari Repatriasi(pemulangan) menjadi Risettlement(pemukiman ulang). Evakuasi warga Gaza ke Indonesia bukanlah solusi, karena tidak akan mengakhiri konflik Zionis-Palestina yang berakar pada penjajahan dan okupasi Zionis Yahudi di Palestina. Penjajahan tersebut hanya dapat dihapus melalui pengusiran penjajah melalui Jihad fisabilillah. Khalifah yang akan menjadi komando Jihad kepada seluruh tentara kaum Muslimin. Mengusir penjajahan zionis laknatullah dari bumi Palestina dan seluruh negeri- negeri Muslim lain. Hingga seluruh batu dan pepohonan akan berteriak “wahai tentara kaum Muslimin, ini Yahudi ada di belakangku” sehingga tidak ada tempat bersandar bagi mereka pada masa yang akan datang kecuali pohon ghorqod.

Wallahu a’lam bishowab.