-->

Menjadi Muslim di Sepanjang Musim


Oleh : Khansa Alma

Belum lama meninggalkan ramadhan, langkah kaki sudah mulai menjauh dari ketaatan. Seakan bekas-bekas ramadhan menguap begitu saja. Hari kemenangan ditandai dengan hadirnya bulan Syawal, seharusnya menjadi momen lahirnya pribadi bertaqwa, keluarga bertaqwa terlebih negara yang penuh ketaatan. 

Tapi, tak bisa menutup mata bahwa kondisi ekonomi hari ini sedang tidak baik-baik saja. Harga bahan-bahan pokok melambung, disertai dengan kelangkaannya. Pendapatan masyarakat kecil, Berimbas daya beli masyarakatpun menurun. Terbaru, angka PHK meningkat.

Dilansir dari bisnis.com, Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) mencatat ada sekitar 23.000-an pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sepanjang Januari-awal April 2025.

Belum lagi, dibelahan bumi yang lain, di bumi Gaza Palestina masih dengan kondisi keprihatinan. Membutuhkan bantuan dari saudara sesama muslim. Di rudal, di bombardir, bersimbah darah penuh kepiluan bak tontonan harian yang minim memberi kesan untuk muslim yang lain. Selayaknya kepiluan dan kesedihan mereka adalah kesedihan kita pula. Tapi, entah kondisi umat hari ini begitu rapuh hilang kepekaan dan kepeduliannya kepada sesama saudara muslim, terbuai dengan himpitan-himpitan dampak rusaknya sistem hidup karena berkiblat pada sistem kapitalisme sekulerisme.

Ketaatan hanya musiman

Sistem sekuler kapitalis yang merajai hari ini, tanpa sadar membentuk umat muslim menjadi seseorang sekuler. Ketaatan hanya bertandang di momen-momen tertentu, atau waktu-waktu tertentu. Ramadhan suasana diselimuti ketakwaan, lantas ramadhan pergi ketakwaanpun ikut permisi. Ramadhan bulan dimana Allah membersihkan dosa, bulan taubat, bulan dibebaskan dari api neraka. Tapi, kini justru bersimbah dosa lagi.

Seakan tiada bekas ketaatan dari ramadhan yang pernah singgah. Berangkat dari pola pikir umat muslim yang tidak kaffah atas agamanya, sehingga begitu mudah terbawa pada arus lembah dosa.

Seperti yang di jelaskan dalam QS An-Nahl Ayat 92

وَلَا تَكُونُوْا كَالَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًاۗ تَتَّخِذُوْنَ اَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ اَنْ تَكُوْنَ اُمَّةٌ هِيَ اَرْبَىٰ مِنْ اُمَّةٍۗ اِنَّمَا يَبْلُوْكُمْ اللّٰهُ بِهٖۗ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ مَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۗ

Artinya : 
"Dan janganlah kamu menjadi seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi serat-serat yang lepas-lepas. Kamu menjadikan sumpahmu sebagai alat penipu di antara kamu, karena satu kaum lebih banyak jumlahnya dari kaum yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan pada hari Kiamat, pasti Dia akan menjelaskan kepada kamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu."

Ideologi sekulerisme kapitalisme adalah dalang dari segala kegelapan dan kerusakan yang terjadi hari ini. Bahkan melanda dalam semua aspek kehidupan. Krisis ekonomi global, menempatkan umat di jurang kemiskinan yang tiada bertepi seperti yang kita saksikan bahkan kita rasakan hari ini. Krisis moral dan sosial, menghancurkan bangunan-bangunan keluarga muslim, ancama perceraian dengan berbagai konflik yang mewarnai, degradasi moral, bahkan serangan pemikiran pemikiran barat yang merusak bersumber dari sekuler kapitalisme.

Kerusakan lingkungan, bagaimana ekploitasi sumber daya alam hanya berorientasi keuntungan materi, memberi dampak kerusakan yang tidak dapat dielakkan. Bencana sering terjadi, menjadi sinyal ada keserakahan manusia menjarah isi bumi. Tapi pada satu sisi kerusakan-kerusakan terjadi karena di aminkan oleh pemimpin negeri yang berpihak pada oligarki.

Taat setiap saat

Ada sebuah konsekwensi bagi seorang muslim atas keyakinannya, yaitu menempatkan Islam bukan sebatas agama tetapi aturan dalam semua aspek kehidupannya. Islam memberikan pengaturan yang lengkap dan menyeluruh dalam berbagai hal. Mampu menjawab masalah pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, politik bahkan sistem sanksi perundang-undangan. Mengamputasi kepengaturan Islam dalam kehidupan berimbas pada kerusakan dan kesengsaraan manusia itu sendiri. 

Semestinya, ramadhan yang pernah kita lalui menjadi perenungan mendalam untuk berislam secara sempurna. Sebagai bentuk memurnikan ketaatan semata padaNya, dengan berhukum hanya dengan hukum Allah. Sebagaimana firman-Nya,

وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi kaum yang yakin? (TQS al-Maidah [5]: 50).

Hanya dengan Islam, umat akan mendapatkan limpahan kebaikan dan keberkahan. Hanya dengan Islam yang memberikan jaminan untuk mendapatkan kejayaan sebagaimana yang pernah hadir pada masa Khulafaur Rasyidin. Pemimpin yang bertaqwa, dalam bingkai sistem yang bersumber dari syariatNya.

Berkat penerapan Islam secara menyeluruh oleh negara, pada masa Kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz (99-101 H) yang sangat singkat, misalnya, hampir tidak ada rakyat yang berhak menerima zakat karena kemakmuran begitu merata. Pada masa Kekhilafahan Abbasiyah, ilmu berkembang pesat dan menjadi rujukan dunia dalam berbagai bidang seperti kedokteran, astronomi, matematika, dll. Di Andalusia, Islam pernah membawa peradaban yang sangat maju sehingga Eropa yang sebelumnya berada dalam kegelapan pada akhirnya mengalami masa pencerahan.

Khatimah

Sudah saatnya mengakhiri segala derita dan problematika yang membelenggu umat dengan meninggalkan sistem sekuler kapitalisme yang terbukti membawa umat pada kesengsaraan. Dan sudah saatnya, umat kembali kepada Islam secara kaffah, dengan merealisasikan Islam sebagai sebuah ideologi hidup, menyempurnakannya dengan ditegakkannya khilafah bermanhaj nubuwwah. 
Wallahu A'lam bisshowwab.