Memetri Bumi, Tradisi Yang Dijunjung Tinggi
Oleh : Daryati
(Aktivis Muslimah)
Masa memanen padi menjadi masa yang ditunggu-tunggu para petani. Tak terkecuali petani Desa Gumelar Kidul Kecamatan Tambak. Panen yang melimpah membuat para petani bersemangat kembali untuk menanam padi di sawah-sawah mereka. Hal itu karena masa panen padi telah berakhir. Namun, sebelum para petani memanam padi, mereka mengadakan tradisi memetri bumi dengan menghidangkan makanan khas yaitu tumpeng ole. Tradisi tersebut sebagai penanda memasuki masa tanam padi.
Salah satu petani, Ismail (52) mengatakan dirinya selalu mengikuti tradisi memetri bumi. Sebab tradisi tersebut merupakan peristiwa sakral di desanya. Ismail juga menuturkan bahwa terasa ada yang kurang bila tidak mengikuti tradisi tersebut. Sebab, hal itu merupakan tradisi yang turun temurun dari nenek moyang. Di samping itu, dirinya juga bisa ziarah makam dan mendoakan leluhurnya.
Tradisi tersebut dipimpin sesepuh desa dengan memimpin doa. Kemudian dilanjutkan dengan melantunkan ayat suci Al-Qur'an dan shalawat nabi. Salah satu doa yang diminta adalah para petani mendapatkan kemudahan dalam menggarap sawahnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Biasanya tradisi dilakukan pada hari Jum'at kliwon. Namun bisa juga dilaksanakan pada hari Selasa Kliwon. Hal itu disampaikan oleh Kepala Desa Gumelar, Imam Thobroni. Imam juga menambahkan bahwa pada acara memetri bumi tahun lalu, dirinya membuat tumpeng ole. Tumpeng tersebut menjadi kesukaan Mbah Mataram dan Kholifah sebagai tokoh yang mendirikan Desa Gumelar Kidul.
Tidak bisa dipungkiri masyarakat saat ini masih sangat kental dan menjunjung tinggi nilai-nilai adat, budaya, dan tradisi.
Mereka tidak mempedulikan bahwa adat, budaya, dan tradisi tersebut bertentangan dengan akidah yang dia yakini sebagai seorang muslim atau tidak. Mirisnya pada hari tersebut adanya tradisi, adat, dan budaya sangat didukung atas nama kearifan lokal.
Dalam sistem Sekulerisme Kapitalisme hari ini, Islam hanya di batasi sebagai agama ibadah ritual yang tidak menyentuh berbagai problematika kehidupan. Karenanya, segala aktivitas diluar ibadah, tidak menghadirkan Islam sebagai standar kepengaturan hidup.
Sejatinya, adanya adat, tradisi, dan budaya merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakat Jawa yang masih sangat menyakini tradisi leluhur alias warisan nenek moyang. Sementara, pada saat itu, nenek moyang mereka belum tersentuh oleh Islam. Sejatinya, boleh saja melestarikan adat, tradisi, dan budaya selama hal tersebut tidak bertentangan dengan Islam.
Sedangkan tumpeng itu sendiri, dalam Islam jelas itu adalah mengambil benda yang mengandung nilai peradaban Hindu, maka kita dalam menyakini Islam sebagai akidah yang lurus harus melalui proses berpikir. Hal itu merupakan hal yang penting agar menghasilkan keimanan yang kokoh, tidak ragu-ragu, dan tidak menggunakan perasaan saja. Di samping itu, disaat keimanan hanya menggunakan perasaan, maka, manusia akan terjerumus pada arah kesesatan dan kekufuran.
Dalam berislam juga diserukan untuk berislam kaffah. Perintah tersebut ada di dalam QS. Al Baqarah ayat 286, yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu."
Islam Kaffah adalah Islam yang menyeluruh, yang semua aturan-Nya kita pakai di seluruh aspek kehidupan. Dengan demikian keberkahan dari langit ini akan selalu terjaga dan juga bisa dirasakan oleh semua makhluk di bumi ini. Tradisi untuk mengucapkan rasa syukur akan lebih membawa keberkahan jika tidak ada aktivitas yang melanggar Islam. Demikian juga dengan waktu pelaksanaan, tidak harus menunggu hari tertentu karena semua hari itu baik. Adanya kepercayaan hari baik dan buruk adalah mitos yang harus dihindari. Sebab, ketentuan baik dan buruk hanya datang dari syariat Islam.
Dengan begitu, ketika hasil panen kurang ataupun gagal, tentu semuanya itu harus dikembalikan lagi kepada ketetapan Allah Swt. Tentunya, sebagai seorang muslim, kita harus menerima apa yang telah digariskan oleh-Nya.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” yang
(QS. Al-Baqarah: 216)
Ayat di atas menjadi sebuah pemahaman bahwa manusia boleh berharap dan berusaha semaksimal mungkin. Sikap seharusnya sebagai muslim seharusnya semua dikembalikan lagi kepada keputusan dan aturan Allah SWT. yang Maha Mengetahui mana yang terbaik manusia.
Wallahu a'lam bish-shawwab.
Posting Komentar