Ketika Islam Melahirkan Generasi Bertakwa
Oleh : Nur Faktul (Aktivis Muslimah)
Membahas masalah ujian dalam pendidikan di negeri ini, kebiasaan contek mencontek seolah menjadi hal yang lumrah. Seperti yang tengah terjadi saat ini dan banyak menjadi bahan perbincangan hangat serta sorotan masyarakat. Panitia ujian menemukan total 14 kecurangan di Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025. Menurut Prof. Eduart Wolok, peserta menggunakan teknologi canggih untuk mencuri soal UTBK. Dengan berkembangnya teknologi berbagai cara pun dapat ditempuh baik itu dengan ponsel recording desktop ataupun dikerjakan oleh pihak luar dengan menggunakan remote desktop. Caranya pun lebih bervariasi, yakni menggunakan kamera yang dipasang di kancing, behel, kuku, dan ikat pinggang yang tidak terdeteksi oleh detektor logam. Meski persentasenya kecil, namun hal ini selalu terjadi setiap tahunnya. Tentu hal ini begitu memprihatinkan bagi dunia pendidikan. Sebab kecurangan ini mayoritas sering terjadi di kampus maupun di sekolah.
Dalam sistem pendidikan hari ini, nilai bagus adalah tolok ukur terpenting untuk menentukan hasil akhir proses belajar. Sehingga wajar jika banyak siswa menghalalkan segala cara tanpa peduli halal haram ketika ujian. Jika ini terus berlanjut dapat dibayangkan bahwa kelak ketika mereka menjadi pejabat, bukan tidak mungkin akan menjadi pejabat korup. Pejabat yang juga tidak peduli dengan amanah yang diembannya. Pola pikir menghalalkan segala cara ini tidak lepas dari proses pendidikan materialistis, yang tegak di atas asas sekularisme liberal. Asas dimana ia memisahkan agama dari kehidupan dan membebaskan manusia untuk bertingkah laku, termasuk bebas untuk berbuat curang.
Materi PAI atau Pendidikan Agama Islam seharusnya mampu menjadi benteng untuk membentuk siswa menjadi pribadi yang lebih bertakwa. Namun faktanya, saat ini porsi materi pendidikan islam justru diperkecil. Kalaupun tersampaikan hanya sebagai bahan hafalan yang tidak membekas pada individu setiap siswa. Ditambah lagi dengan sibuknya para guru menjalankan kewajiban admistrasi yang banyak dan rumit sehingga kurang dalam memperhatikan kepribadian dan tingkah laku para siswa didiknya. Inilah beberapa faktor penyebab kecurangan yang terjadi dalam dunia pendidikan yang mana sulit untuk diakhiri. Berbagai kecurangan ini terjadi karena memang sudah tersistematis.
Di dalam islam ketakwaan adalah poin utama yang wajib diterapkan dalam sistem bernegara. Seperti pada sektor pendidikan, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian islami dan membekali para peserta didik dengan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan. Adapun kurikulum pendidikan wajib berlandaskan akidah Islam dan tidak boleh sedikit saja menyimpang darinya. Dengan demikian maka akan terwujudlah pendidikan yang penuh dengan ketakwaan dimana individu siswa akan menjadikan halal haram sebagai tolok ukur dalam setiap perbuatan.
Dalam sistem islam menuntut ilmu bukan sekedar demi materi melainkan untuk meraih ridha Allah SWT. Materi pengajaran yang ada di dalamnya memuat dua hal. Pertama, memuat Ilmu pengetahuan sains (ilmiah) untuk pengembangan akal agar manusia dapat menetapkan hukum atas perkataan, perbuatan, dan suatu benda dari sisi fakta dan karakteristiknya, serta kesesuaiannya dengan fitrah manusia. Kedua, memuat Ilmu pengetahuan tentang hukum syarak (syar’iyah) mengenai perkataan, perbuatan, dan suatu benda dari sisi penjelasan hukum syarak. Dengan ini individu siswa wajib menjadikan akidah islam sebagai landasan berpikir dan berperilaku.
Dengan penerapan sistem islam, maka akan mencetak siswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran termasuk dalam hal mengikuti ujian. Demikian juga dengan para guru juga akan dipilih dari orang-orang yang bertakwa, berilmu dan profesional sehingga akan menjadi suri tauladan yang baik. Dimasa yang akan datang juga akan terlahir guru-guru yang profesional dan bertanggung jawab akan pekerjaannya sebagai buah dari penerapan sistem pendidikan Islam.
Selain itu, pendidikan di dalam sistem pemerintahan islam akan digratiskan untuk rakyatnya tanpa terkecuali, sehingga seluruh kalangan akan mampu mengenyam pendidikan tanpa perlu khawatir akan biaya pendidikan yang sangat mahal. Meskipun gratis pendidikan yang diberikan tentunya juga akan berkualitas baik. Bahkan nasib guru tidak akan tragis seperti yang terjadi saat ini. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah maupun kampus semua tercukupi dengan sangat baik. Seorang guru di dalam sistem pemerintahan islam tidak akan disibukkan dengan berbagai kegiatan dan urusan administrasi yang akan membuatnya lalai akan tugas-tugasnya. Tentunya segala kemudahan dan fasilitas ini hanya mampu diterapkan di dalam sistem pemerintahan islam saja, sebab sumber daya alamnya akan dikelola sesuai fungsinya sehingga mampu mengcover seluruh kebutuhan umat. Dengan demikian akan terwujudlah sistem pendidikan yang baik dan jauh dari masalah kecurangan. Selain itu akan terwujud pula generasi yang yang beriman dan bertakwa serta memiliki kepribadian islam yang tangguh. MasyaAllah. Wallahu a'lam bi shawab.[]
Posting Komentar