Generasi Sadis, Buah Buruk Penerapan Sistem Sekuler
Oleh : Ilmasusi
Sadis! Seorang polisi di Bogor bernama NP (41) alias Ucok menghajar ibu kandungnya, HS (61) dengan menggunakan tabung gas ukuran 3 kilogram. Polisi itu memukuli kepala ibu kandungnya dengan tabung gas berkali-kali hingga tewas. Kapolres Bogor, AKBP Rio Wahyu Anggoro, menjelaskan bahwa peristiwa tragis ini terjadi di warung milik korban, Desa Dayeuh, Kecamatan Cileungsi, pada Minggu malam sekitar pukul 21.30 WIB. (suara.com، 2/12/24).
Kasus sadis serupa terjadi di Cilandak, Jakarta Selatan. Merasa dendam usai dimarahi karena mengambil uang milik orang tua, seorang remaja berusia 14 tahun membunuh ayah dan neneknya. Ia juga menikam ibunya dengan senjata tajam di rumah mereka di Jalan Lebak Bulus I, Cilandak, Jakarta Selatan (Beritasatu.com, 20/11/24).
Ada apa dengan generasi masa kini, hingga anak tega membunuh orang tua mereka. Kalau dulu pernah viral dongeng legendaris bertajuk Malin Kundang yang menggambarkan kedurhakaan anak terhadap orang tua, maka yang kali ini tak kalah durhaka, bahkan hingga tega menghabisi nyawa orang tuanya.
Berbakti Versus Durhaka
Islam memerintahkan agar anak berbakti, berkata lembut kepada orangtua. Dalam firmanNya yang mulia, “Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam lemah yang bertambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu. (14).” (QS Luqman [31]: 14).
Dalam hal keimanan, Allah berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (23). Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’. (24).” (QS Al-Isra’ [17]: 23—24).
Islam juga melarang keras tindak pembunuhan tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat. Sebagaimana firman Allah, “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang hak (benar).” (QS Al-Isra’ [17]: 33).
Islam dengan gamblang mengajarkan tentang keimanan yang dihubungkan dengan berbakti terhadap orang tua. Iman yang kokoh meniscayakan terbentuknya kepribadian mulia. Sebaliknya, iman yang rapuh menjadikan seseorang mudah disetir hawa nafsu. Akal tak lagi difungsikan untuk berfikir jernih hingga bisa menimbang dan memutuskan apakah tindakannya harus dilakukan atau justru ditinggalkan karena berkonsekuensi pada akibat yang harus ditanggungnya, baik di dunia maupun di akhirat.
Tindakan keji membunuh orang tua menggambarkan betapa jauhnya mereka dari keterikatannya terhadap perintah dan larangan syariat Islam. Tatkala syariat mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbakti kepada kedua orang tua atau ajaran birrul walidain, justru orang tuanya dihinakan dengan penganiayaan, bahkan hingga hilangnya nyawa. Naudzubillah!
Buah Buruk Sekularisme
Buruknya kepribadian para pelaku itu merupakan buah buruk dari sekularisme, paham yang menjauhkan agama dari kehidupan. Fenomena anak durhaka ini sekaligus mengonfirmasi betapa kentalnya sekularisme dalam kehidupan ini.
Penerapan sistem kapitalisme sekuler telah merusak dan merobohkan pandangan masyarakat tentang pentingnya menjaga keluarga. Institusi tempat dimana Allah menetapkan bagi anggota di dalamnya untuk saling berkasih sayang karena di antara mereka ada hubungan rahim. Rahim sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang artinya kasih sayang.
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan makhluk. Tatkala telah selesai, bangkitlah rahim (tali persaudaraan) seraya berkata, ‘Di sinilah tempat orang yang menjaga diri dari keterputusan.’ Allah Taala berfirman, ‘Ya, relakah engkau jika Aku akan berhubungan dengan orang yang menyambungkan diri denganmu dan memutuskan hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu?’ Rahim menjawab, ‘Baiklah.’ Allah Taala melanjutkan, ‘Itulah bagianmu.’” (HR Bukhari).
Sekularisme Merusak Generasi
Kerusakan akibat sekularisme telah nyata. Paham ini mengajarkan untuk membuang aturan agama sebagai standar perbuatan. Penerapan sistem kapitalisme sekuler telah melahirkan manusia-manusia miskin iman yang tidak mampu mengontrol emosi, dan rapuh jiwanya. Alam kehidupan sekuler bahkan telah menyemai mereka sejak dini untuk menjadi generasi rusak yang berakibat pada rusaknya hubungan mereka dengan Allah. Tidak merasa salah dan berdosa ketika melanggar larangannya. Buruknya pendidikan dalam lembaga keluarga turut ambil peran dalam melahirkan generasi yang rusak.
Kapitalisme menjadikan materi sebagai tujuan hidup. Orientasi hidup pada kesenangan yang bersifat materi membuat banyak anak yang abai pada kewajiban berbakti kepada orang tua. Penerapan sistem pendidikan sekuler yang mendidik mereka dengan orientasi materi telah membelokkan mereka menjadi orang baik dan saleh yang berbakti pada orang tua.
Sekularisme telah membabat habis ajaran mulia itu, yang tersisa adalah hubungan anak dan orang tua dibangun atas dasar kemanfaatan semata. Akibatnya, ketika anak-anaknya merasa orang tua tidak berguna, bahkan dianggap menghalangi mereka untuk memenuhi hawa nafsu, menghabisi orang tua menjadi jalan pintas. Sungguh miris!
Kembali pada Sistem Islam
Penerapan sistem kapitalisme terbukti gagal memanusiakan manusia. Bahkan di beberapa poin menjerumuskan manusia pada posisi lebih rendah dri binatang. Fitrah dan akal mengalami tumbuh kembang dalam sistem yang rusak mereka, tidak terpelihara dalam sistem sahih. Sistem rusak ini, alih-alih mampu menyuburkan ketaatan dan amal saleh, sekularisme-kapitalisme justru menjauhkan manusia dari tujuan penciptaannya yaitu sebagai hamba Allah dan khalifah pembawa rahmat bagi alam semesta. Sebaliknya, sistem Islam bila diterapkan akan mampu mendidik generasi menjadi generasi yang memiliki kepribadian Islam serta taat syariat, termasuk berbakti dan hormat pada orang tuanya. Mereka juga memiliki kemampuan yang baik dalam mengendalikan naluri yang dimiliki sehingga tidak mudah terjerumus dalam lingkaran emosi dan hawa nafsu.
Kisah Luqman di dalam Al-Qur’an saat menasihati anaknya merupakan contoh terbaik. Hal tersebut sejalan dengan sabda Rasulullah saw., “Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua.” (HR At-Tirmidzi).
Tidak sebatas itu, Islam juga memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal, baik secara individu, keluarga, masyarakat, dan negara, sebagaimana firman Allah Taala dalam ayat, “Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS An-Nisa [4]: 14).
Sebaliknya, sistem kapitalisme sekuler tak hanya menghadirkan kriminalitas yang berkaitan dengan anak dan orang tua. Sistem buruk produk akal manusia ini telah membuahkan problem dan masalah di semua lini kehidupan. Mulai dari pemerintahan korup yang menyedot harta rakyat lewat pajak, problem pendidikan yang tak kelar selesai, hingga masalah sosial yang tak ujung usai. Belum hilangnya sumber daya alam oleh pengerukan pihak Asing atas nama investasi yang hasilnya tidak menyentuh pada kesejahteraan rakyat. Saatnya kita meninggalkan sistem rusak ini dan menggantikannya dengan sistem islam. Sistem yang diwajibkan bagi kaum muslimin untuk memperjuangkan dan menegakkannya, yaitu sistem khilafah Islamiyah.
Posting Komentar