-->

ANAK MENJADI PEMBUNUH AYAH DAN NENEKNYA, DI MANA NEGARA?


Oleh : Irawati Tri Kurnia
(Ibu Peduli Umat)

Penjagaan negara terhadap pembentukan karakter generasi berujung pada kegagalan. Terbukti seorang anak sudah berani melakukan berbagai bentuk kriminalitas. Bukan satu atau dua kejadian, tetapi sudah menjadi sebuah fenomena. Hal ini menjadikan anak berhadapan dengan hukum. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan menyesakkan dada.

Kasus terbaru yang menghebohkan terjadi di Lebak Bulus. Seorang remaja berusia 14 tahun membunuh ayah dan neneknya, serta menikam ibunya dengan senjata tajam. Ini terjadi di rumah mereka di Jalan Lebak bulu 1 Cilandak Jakarta Selatan, Sabtu 30 November 2024 dini hari (www.jakarta.tribunnews.com, Selasa 3 Desember 2024) (1).

Banyaknya kasus pembunuhan dengan pelaku anak menunjukkan bahwa telah terjadi problem sistemis. Problem ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan memperbaiki kepribadian individu anak saja. Karena ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Seluruh faktor penyebab bermuara pada sistem kapitalisme sekulerisme yang dijadikan asas di negeri ini. Sekulerisme memisahkan agama dari kehidupan, berdampak iman masyarakat melemah yang bisa merusak fitrah manusia. Termasuk mengubah karakter masyarakat menjadi masyarakat yang terbiasa dengan kekerasan atau kriminalitas.

Karakter generasi yang kita saksikan hari ini adalah buah dari seluruh kebijakan yang lahir dari sistem kapitalisme sekular demokrasi. Sistem pendidikan sekuler melahirkan kurikulum pendidikan sekuler yang abai terhadap peran agama dalam kehidupan, maka mustahil mampu mencetak generasi beriman dan bertakwa kepada Allah. Meskipun setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya sangat menginginkan dan mengharapkan terbentuknya kepribadian mulia pada anak mereka, tentu mustahil terjadi jika sistem pendidikan masih di bawah kendali sistem sekuler kapitalisme yang bervisi materi; karena pendidikan saat ini lebih menekankan prestasi akademis, minim pengajaran agama dan adab budi pekerti.

Negara dalam sistem ini tidak menjalankan fungsinya sebagai pengurus rakyat, termasuk dalam menyelenggarakan sistem pendidikan. Sehingga pendidikan tidak diposisikan sebagai layanan yang harus disediakan negara dengan tujuan mulia, yakni membina kepribadian dan menjaga kesehatan mental generai. Pendidikan malah diposisikan sebagai objek komersial yang membutuhkan biaya mahal untuk mengaksesnya. Negara berusaha mencari keuntungan dari penyelenggaraan pendidikan, dan selalu berhitung untung rugi. Kalaupun ada sebagian rakyat yang mampu mengaksesnya, mereka hanya disiapkan untuk menjadi budak korporat. 

Inilah gambaran pelayanan pendidikan dalam sistem kapitalisme, yang jauh dari terwujudnya kemaslahatan bagi rakyat. Generasi pun menjadi korban kelalaian negara, yang seharusnya berperan sebagai pelayan rakyat. Mustahil muncul pemimpin bertakwa, sedangkan kepemimpinan yang dijalankan atas umat adalah kepemimpinan sekuler. 

Sesungguhnya problem generasi akan tuntas di bawah kepemimpinan Islam yang memposisikan pemimpin atau Khalifah sebagai raa’in (pengurus) yang bertanggung jawab atas rakyatnya, termasuk membangun generasi para pemimpin dalam Islam. Memahami bahwa tanggung jawab mengurus urusan rakyat ini akan dimintai pertanggung jawaban hingga ke akhirat. Rasulullah saw menegaskan dalam sebuah riwayat hadis :
“Tidaklah seorang manusia diamanahi Allah untuk mengurus urusan rakyat, lalu mati dalam keadaan ia menipu rakyatnya melainkan, Allah mengharamkan surga baginya” (HR Bukhari). 

Kepemimpinan Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas melalui penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai dengan syariat Islam. Sebab Allah telah membatasi hukum-hukum yang harus dijalankan dan diterapkan pemimpin, yaitu hukum-hukum Islam saja. Namun Allah memberikan hak kepada penguasa untuk berijtihad, meski kemungkinan salah. Tetapi Allah sangat menekankan batasan hukum tersebut dengan Islam. Allah SWT berfirman :
“Bukankah Allah adalah sebaik-baik pemberi ketetapan?” (QS At-Tiin : 8). 

Kepemimpinan seperti ini akan jauh dari kepemimpinan zalim, yang abai terhadap kemaslahatan rakyatnya. Termasuk jauh dari kepemimpinan populis otoritarian yang mengklaim didukung rakyat, namun nyatanya bersikap sewenang-wenang atau otoriter dengan mengutamakan kepentingan sendiri dan kelompoknya. Sistem pendidikan Islam yang diterapkan Khalifah di bawah sistem politik dan ekonomi Islam, akan menghadirkan pelayanan terbaik bagi umat. Mulai dari pendidikan gratis, hingga kurikulum pendidikan yang menghasilkan generasi beriman dan bertakwa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berjiwa pemimpin. 

Sejarah panjang penerapan Islam telah membuktikan lahirnya banyak sosok ilmuwan yang juga menguasai ilmu agama dan optimal berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Semua ini tidak lepas dari hadirnya penguasa memberikan perhatian yang besar dalam kemajuan ilmu dan peradaban Islam, serta penerapan aturan kehidupan yang bersumber dari Islam saja.

Wallahu a'lam Bisshawab

Catatan Kaki :
(1) https://jakarta.tribunnews.com/2024/12/03/sosok-orangtua-remaja-pembunuh-di-jaksel-terkuak-reza-indragiri-relasi-keluarga-jadi-biang-kerok