-->

Sekulerisme: Menyuburkan Film Dengan Mengekspoitasi Agama

Oleh: Nabila Fadel (Praktisi Kesehatan) 

Judul film “Kiblat” menjadi film horor Indonesia yang sudah menuai banyak kontroversi sebelum tayang. Kontroversi dan kritikan muncul setelah perilisan poster yang dinilai mengarah ke promosi sensitif. Poster tersebut menampilkan seseorang mengenakan mukenah seperti kesurupan saat rukuk. Wajah perempuan dalam poster itu tampak menengadah, bukan menunduk seperti saat rukuk, dan berteriak. Tak hanya itu, film dari poster dengan tampilan seperti itu diberi judul Kiblat. Sehingga, film garapan sutradara Bobby Prasetyo itu dianggap mencemarkan dan mengeksploitasi agama. (BBC Indonesia, 26-3-2024). 

Tidak hanya menuai kontroversi namun juga mendapat banyak kritikan dari sejumlah kritikus film seperti sutradara Gina S. Noer menunjukkan keresahannya terhadap film-film horor Indonesia bertema agama yang tayang belakangan ini. Ia menilai film-film tersebut sudah masuk ke ranah eksploitasi agama, terutama agama Islam. Menurutnya, kebanyakan film horor menggunakan salat, doa, zikir, dan lain-lain sebagai plot devices murahan untuk jump scare karakternya diganggu setan. Dengan kata lain, kelemahan iman bukan lagi menjadi eksplorasi kritik terhadap keislaman yang dangkal, tetapi dijadikan sebagai cara dangkal agar cepat seram. Wakil Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Ervan Ismail mengatakan Kiblat belum lulus sensor dan masih tahap peninjauan sehingga harus dikembalikan ke rumah produksi. Kendati demikian, ia menyebut bahwa pihaknya memberikan banyak catatan atas film ini. Berikutnya kritikus film, Hikmat Darmawan, mengatakan film-film yang mengeksploitasi agama bukan hanya terjadi pada genre horor, tetapi juga drama religi. Pasalnya, menurutnya, film bertema agama yang dibalut dengan horor ataupun drama masih menjadi favorit di kalangan penonton sehingga bisa mendapatkan keuntungan besar. Oleh karena itulah, katanya, para produser latah membuat film serupa.

Film Kiblat hanya salah satu contoh kasus, tetapi film ini jelas mengandung pendangkalan akidah. Masih banyak film bergenre serupa yang sama-sama jauh dari kata mendidik karena memang berpotensi menyesatkan umat. Eksploitasi terhadap hal-hal gaib sejatinya bisa menyebabkan kemusyrikan. Ironisnya, hal ini seolah bisa dibenarkan demi meraup keuntungan harus menumbalkan keyakinan penonton terhadap keesaan Allah Taala. Allah Taala berfirman, “Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah Allah, Yang Maha Esa.’ Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.’” (QS Al-Ikhlas [112]: 1–4). Kita harus paham bahwa syirik adalah perbuatan yang dosanya tidak diampuni oleh Allah. Allah Taala berfirman, “Sesungguhnya Allah Swt. tidak akan mengampuni dosa syirik mempersekutukan-Nya (dengan sesuatu apa pun), dan akan mengampunkan dosa yang lain dari itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya (menurut aturan syariat-Nya). Dan barang siapa yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang besar.” (QS An-Nisaa [4]: 48).

Mencermati semua ini, sungguh umat Islam tengah jadi bulan-bulanan seperti hidangan yang diperebutkan. Hal ini disebabkan lemahnya akidah Islam pada umat, padahal serangan pemikiran kufur begitu gencar dan datang dari berbagai arah. Namun mirisnya, reaksi umat Islam seolah tanpa perlawanan. Rasulullah saw. bersabda, “’Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.’ Seseorang berkata, ‘Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?’ Beliau bersabda, ‘Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.’ Seseorang bertanya, ‘Apakah wahn itu?’ Beliau menjawab, ‘Cinta dunia dan takut mati.’” (HR Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud). 

Solusi bagi kondisi saat ini adalah mengembalikan umat Islam kepada posisi yang seharusnya yakni sebagai umat terbaik, dengan cara terikat dengan aturan Allah Taala secara kaffah. Allah Taala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan (kafah), dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah [2]: 208). Juga terdapat nasihat dari Sahabat Umar bin Khaththab ra. perihal ini, “Dahulunya kami adalah orang-orang yang hina. Kemudian Allah mengangkat derajat kami dengan Islam. Andai kami menginginkan kemuliaan dari selain Islam, sungguh Allah akan mencela dan menghina kami.” 

Untuk itu, hanya sistem Islam kaffah sajalah jaminannya agar umat Islam bisa dijaga dan diselamatkan dari upaya-upaya pendangkalan akidah dan berbagai perang pemikiran lainnya. Khilafah berwenang melarang muncul dan beredarnya pemikiran-pemikiran kufur di tengah-tengah umat yang berpeluang memicu kesyirikan serta yang jelas-jelas mendangkalkan akidah mereka. Negara juga berperan aktif menjaga umat dari berbagai aktivitas kemaksiatan, sebaliknya menyuburkan suasana ketaatan. Khilafah akan selalu berusaha menampilkan Islam sebagai cahaya yang dengannya akan menjadi solusi bagi seluruh problematika kehidupan umat. Wallahualam bissawab.