-->

The Nuruls, Potret Generasi Kehilangan Jati Diri

Oleh: Ida Nurchayati

The Nuruls fenomena sekelompok muslimah berhijab yang dianggap memiliki selera fashion dan intelektualitas rendah, atau dikenal dengan  'outfit kabupaten'. Ciri khas the Nuruls adalah berjoget-joget di video tiktok/tempat umum, minum-minum, bahkan menggunakan vape.  The Nuruls dipopulerkan kembali oleh Halda Rianta. Menurutnya, the Nuruls merupakan hijabers yang hobi nongkrong dan berjoget-joget.

 Produk Sistem Sekuler 

Fenomena  the Nuruls akan muncul dalam peradaban sekuler. Peradaban yang tegak diatas akidah sekuler, yakni memisahkan agama dari kehidupan. Dari asas ini lahir kebebasan individu yang dijunjung tinggi, baik dalam kepemilikan, beragama, berpendapat maupun bertingkah laku. Standar perbuatan adalah asas manfaat, sehingga tidak memperhatikan halal dan haram. Nilai kebahagiaan adalah ketika mendapatkan kesenangan dan kepuasan jasmani.

The Nuruls, merupakan produk pendidikan sekuler, pendidikan yang hanya mengejar angka-angka, alpa membentuk kepribadian siswa. Kesuksesan peserta didik dilihat dari capaian nilai siswa, lulus sekolah mendapatkan kerja. Wajar, lahir individu egois yang materialis dan hedonis. Kehidupannya semata hanya mengejar kesenangan fisik dari nongkrong, joget, dan hura-hura sebagaimana fenomena the Nuruls.

The Nuruls sejatinya fenomena muslimah krisis identitas sebagai seorang muslim. Disatu sisi ingin mempertahankan keislamannya, seperti berhijab, tidak mau minum yang haram, namun disisi lain terbawa arus gaya hidup sekuler yang dicirikan mengumbar dan mengejar kesenangan fisik, mengejar popularitas dan 'gaul'. Seorang muslimah yang kepribadiannya terpecah karena pemahaman akidah dan syariatnya kurang mantap dan kokoh. Fenomena the Nuruls jauh dari predikat karakter pemuda sebagai agen perubahan. Jangankan untuk merubah masyarakat, justru menjerumuskan diri dalam hal sia-sia dan tidak berguna.

 Islam Menjaga Generasi

Islam memandang generasi memegang peranan penting sebagai penjaga dan penerus peradaban.  Oleh karena itu Islam memberikan perhatian khusus terhadap generasi muda. Penjagaan Islam begitu sempurna untuk melahirkan generasi berkepribadian Islam tidak mudah terseret arus kehidupan.

Tiga pilar Islam mewujudkan generasi berkepribadian Islam, pertama katakwaan individu yang muncul dari akidah yang kokoh. Orang tua merupakan madrasah pertama dan utama untuk menanamkan akidah dan memahamkan tsaqafah Islam pada anak. Kesadaran bahwa anak adalah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan mendorong orang tua untuk senantiasa menjaga keluarganya dari api neraka.

 Kedua, masyarakat yang peka untuk beramar makruf nahi munkar. Yakni masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang senantiasa melakukan interaksi terus-menerus karena memiliki pemikiran, perasaan dan aturan yang sama. Baik individu maupun masyarakat menyadari keberadaan mereka seperti penumpang didalam kapal. Jika ada individu yang berbuat maksiyat, sementara yang lain membiarkan, maka mereka akan tenggelam bersama. Kesadaran ini akan menjaga individu sekaligus menjaga masyarakat.

Ketiga, adanya negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah dan menerapkan sanksi baik hudud, ta'zir maupun jinayat. Negara yang mengemban dakwah baik didalam negeri maupun diluar negeri disertai jihad. Negara wajib menyelenggarakan pendidikan berasaskan akidah Islam sehingga memperkokoh ketakwaan individu yang sudah terbentuk dalam tarbiyah keluarga, sekaligus paham tsaqofah. 

Dengan  penjagaan yang sempurna tersebut akan melahirkan individu-individu berkepribadian Islam. Kokoh dan teguh dalam keyakinan dan tidak mudah terombang-ambing arus jaman. Tinta sejarah mencatat bagaimana peradaban Islam melahirkan tokoh-tokoh hebat seperti Ali bin Abi Thalib, Mushab bin Umair, Imam Syafi'i, Muhammad Al Fatih. Tokoh yang tafakkuh fiddin dan tidak silau dengan gemerlapnya dunia.

Wallahua'lam bishawab