-->

Minim Antisipasi, Kasus DBD mengancam keselamatan generasi

Oleh: Dhiyaul Haq (Altivis Muslimah Malang Raya)

Kasus Demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Cianjur mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan, pada awal 2024 terdapat ratusan warga yang terjangkit DBD. Laporan kasus tersebut berdasarkan data dari beberapa rumah sakit di Kabupaten Cianjur. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur dr Yusman Faizal mengatakan bahwa kasus DBD pada Januari 2024 mengalami peningkatan yang signifikan. "Dalam sebulan terdapat 219 kasus yang diperoleh oleh Dinkes Cianjur, dari jumlah tersebut dua anak dengan rentang usia 6 sampai 14 tahun meninggal," kata Yusman saat ditemui pada Kamis 1 Februari 2024. Yusman menuturkan peningkatan kasus disebabkan oleh musim hujan, yang menyebabkan banyak genangan air. Pasien yang terjangkit juga pada usia produktif. "Jadi kan sekarang musim hujan, banyak genangan-genangan air, makka dari itu pecegahan terus dilakukan dengan melakukan fogging," katanya.

DBD adalah penyakit yang dapat dicegah dengan beberapa Langkah yang harus dilakukan secara terpadu oleh berbagai pihak termasuk Masyarakat. Kesadaran Masyarakat akan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) dan juga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat dibutuhkan dan harus dipahami sejak dini serta  dibutuhkan system yang kuat untuk mengantisipasi kegiatan ini. 

Pada faktanya Sistem sekarang gagal menciptakan kesadaran masyarakat karena minimnya antisipasi dari negara dan terbukti gagal memberikan pelayanan yang maksimal terhadap Masyarakat.

PANDANGAN ISLAM MENYELESAIKAN KRISIS KESEHATAN

Masalah yang kompleks membeutuhkan solusi yang solutif agar keluar dari semua permasalahan, khususnya dalam bidang kesehatan. solusi yang solutif terlahir dari aqidah yang benar yaitu Islam. Sehingga pemrmasalahan apapun yang dihadapi hendaknya dikembalikan pada al-Quran dan as-Sunnah.

Pada masa Sultan Mahmud Saljuqi yang memerintah tahun 511 sampai 525 Hijriah, ruma sakit berkembang. Di Cordova saja terdapat lebih dari 50 Rumah Sakit berdiri. Sumbangsih peradaban Islam mengenai pelayanan kesehatan begitu besar. Sebagai salah satu bukti, rumah sakit yang pertama kali dibangun di dunia adalah oleh orang muslim. Pelayanan kesehatan melalui Rumah Sakit yang dalam bahasa Persia disebut Bymaristan ini menjadi garda depan di saat bangsa-bangsa Barat sedang dalam masa keterpurukan.

Dr. Raghib As-Sirjani dalam buku “al-Qishshah al-Thibbiyyah fî al-Hadhârah al-Islâmiyyah” (2009: 77-82) menyebutkan data sangat penting terkait masalah ini. Rumah Sakit Islam pertama kali dibangun sejak abad pertama Hijriah di masa Kekhilafaan Umawiyah. Tepatnya, pada masa kepemimpinan Walid bin Abdul Malik (86-96 H). Lembaga ini menangani pelayanan orang yang sakit kusta.

Pada masa kejayaan Islam, pelayanan kesehatan diberikan secara gratis dan tidak dibebankan kepada rakyat baik statusnya sebagai muslim maupun non muslim (kafir dzimmi). Islam mewajibkan kepada pemimpin untuk menjamin kebutuhan rakyatnya, karena pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya bukan sebagai pekerja yang digaji oleh rakyat layaknya kapitalisme saat ini. 

"Kullukum Ra'in Wa Kullu Ra' in Mas'ulun 'An Ra'iyyatihi"

”Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya.”

Pemimpin di dalam islam mempunyai tanggung jawaban yang besar kepada rakyatnya, terlebih lagi kepada Allah swt. Allah akan menghisab atas apa saja yang dilakukan kepada rakyatnya. Saatnya mengambil Islam sebagai solusi yang diterapkan di dalam semua aspek kehidupan secara kaffah dan mencampakkan sistem Demokrasi-Kapitalisme yang menyengsarakan rakyat.