-->

3D di Pusaran Para Caleg

Oleh: Susi Ummu Musa 

Duit, Deking dan Dukun kira kira inilah yang terjadi diantara para caleg yang berlomba lomba mencari peruntungan didunia perpolitikan,

Mereka tidak tanggung tanggung berupaya dengan segala cara agar bisa duduk dikursi jabatan.

Sungguh politik kekuasaan sangat menggiurkan bagi mereka yang memiliki ambisi besar haus akan dunia namun mereka lupa hisabnya nanti diakhirat, nauzubillahinminjalik.

Membayangkannya sajapun sudah sangat mengerikan apalagi jika terlihat didepan mata bentuk penyiksaan yang Allah berikan kepada Orang-orang yang tuman dengan kekuasaan itu.

Para caleg akan rela menggadaikan apa saja untuk mendapatkan uang sebagai modal dalam kontestasi politik selama masa kampanye.

Uang adalah sumber kekuasaan bagi mereka seakan akan hanya dengan uang semua bisa dibeli,

Dengan dana milyaran mereka membelanjakan segala pernak pernik kebutuhan kampanye termasuk ratusan karung beras, minyak goreng dll untuk dibagikan kepada masyarakat dengan harapan agar masyarakat memilih caleg tersebut.

Bahkan mereka mengatakan dengan manis  bahwa bantuan sembako atau uang 100 ribu rupiah adalah sedekah yang dibagikan secara cuma cuma. Benarkah demikian?

"Menurut LPM FE UI, modal menjadi caleg cukup variatif. Modal caleg untuk menjadi anggota DPR RI paling besar dibandingkan menjadi caleg DPRD atau DPRD kabupaten/kota. Berikut rinciannya:"

"Calon anggota DPR RI: Rp 1,15 miliar - Rp 4,6 miliar

Calon anggota DPRD Provinsi: Rp 250 juta - Rp 500 juta

"Sementara itu, Prajna Research Indonesia juga pernah melakukan penelitian soal modal menjadi caleg. Berikut rinciannya:

Calon anggota DPR RI: Rp 1 miliar - Rp 2 miliar.

Calon anggota DPRD Provinsi: Rp 500 juta - Rp 1 miliar

Calon anggota DPRD kabupaten/kota: Rp 250 juta - Rp 300 juta"

Masyaallah betapa mahalnya untuk bisa duduk dikursi jabatan karna tergiur gaji dan tunjangan beserta insentif lainnya namun tidak membayangkan betapa besarnya amanah yang dipikul sebagai wakil rakyat.

Ternyata tidak cukup dengan uang saja masih diperlukan adanya dekingan atau pelindung sebagai jaminan mereka agar bisa mulus dan lancar naik ke kursi kekuasaan. 

Mereka disetir didanai oleh partai partai besar dengan dukungan yang luar biasa.

Dengan harapan jika calonnya menang mereka para deking juga akan kebagian jatah dari program program yang mereka buat itu.

Namun ada juga dari caleg beserta para deking sebagai penjaminnya yang kalah harus gigit jari dan menerima kekalahannya dengan menanggung hutang kampanye bahkan ada yang sampai stres dan mengalami gangguan jiwa.

Satu lagi yang tak kalah ekstrem para caleg bahkan rela meggadaikan aqidahnya demi suatu hal yang tidak pasti, caleg caleg tersebut mendatangi dukun atau guru spritual supaya menang, ini adalah bukti lemahnya iman dan kuatnya syahwat kekuasaan calon pemimpin di negri ini.

Padahal sebagian besar mereka adalah muslim dan dilarang keras mendatangi dukun hukumnya dosa besar karena telah melakukan aktivitas kesyirikan dengan meminta bantuan kepada selain Allah swt.

Jelas bahwa Allah swt menerangkan dalam Qs An nisa: 48

اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.

Seandainya saja mereka sadar dan tahu apa ganjaran terbesar bagi seorang calon pemimpin rakyat tentu mereka tidak akan berbondong bandong mencalonkan diri menjadi caleg, bahwa amanah dan tanggung jawab seorang pemimpin sangatlah besar apalagi amanah untuk mengurusi rakyat

Seorang pemimpin dituntut harus menegakkan keadilan meskipun orang-orang disekitarnya tidak mendukung, atau bahkan mendapatkan ancaman.

Dalam sabdanya, Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam menyampaikan bahwa apabila seseorang diberikan amanah menjadi pemimpin tetapi ia tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya secara baik, maka ia tidak akan mencium bau surga.

"Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan baik, selain tak bakalan mendapat bau surga." (HR Bukhari).

Begitupun di hadits lain dikatakan bahwa: "Barang siapa diberi beban oleh Allah untuk memimpin rakyatnya lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, niscaya Allah mengharamkan surga atasnya." (HR Muslim)

Begitu sebaliknya jika ia memimpin dengan penuh Amanah dan tanggung jawab dipundaknya maka Allah juga akan memberi balasan surga.

Namun disini perlu digarisbawahi bahwa menjadi sosok pemimpin yang ideal dalam islam bukan sembarangan seperti yang terjadi di sistem kapitalisme sekuler ini.

Meski pun para caleg terlihat bersahaja dan religius tapi jika dalam kepemimpinan nya tidak menerapkan syariat Allah maka tidak ada nilai disisi Allah swt.

Dan untuk menerapkan syariat Allah juga harus ada negara sebagai pelaksana pengemban aturan Allah maka inilah yang harus dipahami oleh umat dan para pemimpin dinegri ini jika mereka ingin benar benar menginginkan keadilan dan kesejahteraan dalam kepemimpinannya.

Harapan terakhir bagi calon pemimpin dinegri ini agar mereka sadar bahwa semua akan dipertanggungjawabkan kelak diakhirat nanti.

Wallahu a'lam bissawab