-->

Sampai Kapankah Palestina Tetap Membara?

Oleh: Bunda Hanif

Konflik berdarah di jalur Gaza masih terus berlanjut. Sudah banyak korban jiwa dari rakyat sipil yang berjatuhan. Saat ini jumlahnya telah mencapai 20.915 jiwa dengan korban luka menembus angka 54.918 orang sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh entitas Yahudi. (Muslimahnews.com, 1/1/2024)

Namun sungguh miris, sikap dunia masih sama, termasuk penguasa negeri-negeri muslim. Tawaran normalisasi hubungan dengan menyetujui konsep dua negara masih menjadi pilihan negara-negara dunia. Mereka juga membawa masalah Palestina ke PBB dengan menyerukan jeda kemanusiaan dan genjatan senjata dalam rapat dewan keamanan PBB. Namun membawa masalah Palastina ke PBB merupakan langkah yang salah alamat. 

Dalam rapat dewan keamanan PBB, AS sebagai Negara Anggota Tetap DK PBB menggunakan hak vetonya untuk menolak resolusi genjatan senjata di Gaza. Fakta ini menunjukkan bahwa PBB adalah lembaga dunia yang mandul dalam menyelesaikan masalah Palestina. Lembaga ini hanya semacam ajang manuver kekuatan negara adidaya untuk memengaruhi suara dunia. Sungguh, tidak pantas negeri-negeri muslim menaruh harapan pada lembaga yang tidak memiliki niat untuk membebaskan Palestina. 

Yang lebih memprihatinkan, empati negeri-negeri muslim selalu minimalis. Yang mereka lakukan tidak lebih dari sekedar mengutuk, mengecam, menyerukan upaya perundingan, atau sejenisnya. Tak ada satupun langkah konkret yang dilakukan untuk mengusir entitas Yahudi dari tanah Palestina.

Justru, inisiasi perlawanan terhadap eksistensi entitas Yahudi didominasi individu maupun komunitas. Mayoritas penguasa muslim bersikap wait and see, baru menyerukan kecaman. Sikap tersebut merupakan pengkhianatan terhadap sesama muslim. 

Perampasan tanah Palestina oleh entitas Yahudi sesungguhnya merupakan hasil kerja kaum kuffar yang memakan waktu lama. Peristiwa ini bukan proses pertempuran yang bermula pada 7 Oktober lalu, melainkan sudah terjadi sejak kaum muslim disusupi pemikiran asing hingga runtuhnya khilafah. 

Negeri-negeri muslim mencukupkan diri dengan memberi kecaman maupun usulan resolusi-resolusi yang berujung pada pengkhianatan entitas Yahudi bukan tanpa alasan. Gerak kaum muslim untuk membebaskan Palestina saat ini terbelenggu. Semu ini lantaran penjajahan pemikiran dan runtuhnya kekhalifahan Islam. 

Kaum kuffar telah berhasil memenjarakan dan memecah belah kaum muslim melalui sekat-sekat geografis dan euphoria nasionalisme. Atas dasar ini, setiap negara dianggap memiliki hak dan kebebasannya masing-masing. Nasionalisme telah membuat batasan, mana yang menjadi urusan dalam dan luar negeri suatu negara. Kalaupun meunjukkan kepedulian, bukan kerangka akidah yang menjadi pendorongnya melainkan sebatas nilai kemanusiaan. 

Rasulullah saw bersabda, “ Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi, dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota tubuh yang lain ikut merasakannya yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam..” (HR Bukhari dan Muslim). 

Kita bisa lihat sikap negeri-negeri muslim yang menggelar KTT Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Walaupun dikatakan bahwa KTT Luar Biasa OKI menghasilkan resolusi berisi 31 keputusan kuat dan keras, tetap saja tawaran solusinya masih mengulang kecaman dan resolusi yang membebek pada solusi Barat. Faktanya, Palestina masih membara hingga kini. Pertanyaannya, sampai kapankah Palestina tetap membara?

Negeri-negeri muslim yang terbelenggu oleh sekat-sekat geografis tidak memiliki kekuatan apapun. Kalaupun toh terlihat memiliki potensi militer dan demograsi, hanya terlihat di atas kertas. Kaum kuffar telah berhasil menyusupkan penjajahan pemikiran sejak kekhalifahan Islam berkuasa dan terus berlangsung hingga kini. 

Permasalahan utama dan mendasar atas berbagai problem umat Islam, lantaran tiadanya institusi pemersatu, yakni kekhalifahan Islam. Institusi yang diruntuhkan melalui konspirasi Yahudi ini sesungguhnya merupakan kunci bagi kemenangan kaum muslim. Sudah seharusnya negeri-negeri muslim melepaskan belenggu nasionalisme yang menjerat mereka dan bersatu dalam kekhalifahan Islam. 

Permasalahan Palestina membutuhkan peran umat Islam secara global. Untuk melawan entitas Yahudi, solusinya tidak lain adalah jihad. Sudah selayaknya penguasa negeri-negeri muslim memobilisasi pasukan militer mereka ke Palestina. Cukup dengan menghadirkan keberanian dan hati nurani, umat Islam sesungguhnya mampu menolong saudara seakidah. 

Palestina adalah kiblat pertama umat Islam, yang juga merupakan tempat Rasulullah melakukan Isra Mikraj. Palestina adalah tanah yang ditaklukkan pasukan kaum muslim pada masa Khalifah Umar bim Khaththab. Jadi sudah selayaknua bagi kaum muslim untuk membebaskan Palestina. 

Namun semua itu tidak akan terwujud jika umat muslim tidak memiliki kesadaran untuk bersatu. Umat muslim harus mampu tampil di pentas politik internasional tanpa intervensi pemikiran Barat. Perlu adanya upaya-upaya strategis untuk mengembalikan institusi pemersatu umat Islam, kekhalifahan Islam. Sebab, hanya institusi inilah yang mampu memberikan perlindungan dari berbagai bentuk penjajahan kaum kuffar. 

Wallahu a’lam bisshowab