-->

Rusaknya Generasi, Buah dari Kapitalisasi

Oleh: Waviza

Menjelang 2024 kasus bunuh diri semakin marak di negeri ini. Tercatat, setidaknya ada 20 kasus bunuh diri anak-anak sejak Januari 2023. Hal itu disampaikan Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). Nahar (rri.co.id). 

Rata-rata kasus ini dialami oleh anak berusia 18 tahun ke bawah. Dengan berbagai penyebab terjadinya bunuh diri tersebut. Salah satunya terjadi pada anak 10 tahun di Pekalongan. Dikabarkan bahwa kejadian tersebut bermula ketika ibunya memanggil untuk makan dan menyuruhnya berhenti bermain hp. Si korban pun kesal, lalu pergi meninggalkan ibunya ke kamar. Setelah, beberapa jam, ibunya kembali memanggilnya untuk keluar pergi TPQ karena mengira bahwa si korban sedang tidur. Namun, karena terlalu lama belum ada jawaban ibunya mengintip dari pintu kecil dan terlihat korban sudah tergantung dengan gorden jendela kamar. Ibunya pun teriak histeris dan terdengar oleh tetangga. Kemudian, dilaporkan ke polisi (detikjateng.com).

Kini kasus bunuh diri tak lagi dialami oleh orang dewasa, melainkan telah merambah pada anak-anak. Sepatutnya, ini menjadi perhatian utama bagi suatu negara karena kasus yang terjadi. Anak-anak yang masih akrab dengan dunia bermain pun menjadi korban keburukan sistem hari ini. 

Mengapa tidak? Setiap hari tampilan pada layar televisi mereka yang kurang mengedukasi. Alhasil, terekam di ingatan mereka dan penasaran untuk mencobanya. Selain itu, lingkungan masyarakat yang kurang mendidik. Seperti bullying, ejekan-ejekan, pacaran, pada akhirnya mental mereka tertekan dan emosi pun tak terkendali. Dan pendidikan yang kurang berkualitas. Namun, yang paling penting adalah orang tua yang senantiasa menyayangi dan mendidik anak-anaknya. Mulai dari tontonan, pergaulan, aktivitas bermain, dan lainnya. Selain itu, juga perlu peran negara yang mampu mengontrol segala bentuk tayangan televisi yang mengedukasi. 

Inilah buat dari sistem kapitalis sekuler. Dengan dalih ekonomi untuk masyarakat sejahtera, tanpa memperhatikan setiap cara dan metode yang diterapkan. Alhasil, permasalahan semakin tak terkendali. Dan merusak generasi. 

Berbeda dengan Islam. Sistem yang diterapkan senantiasa memperhatikan kemaslahatan umat. Mulai dari pendidikan, kesehatan, media, pergaulan serta lingkungan yang mampu mewujudkan generasi yang kuat mental. Selain itu, pendidikan yang diberikan mampu membuat umat menjadi seseorang yang mengedepankan ketakwaan dan keimanan dibanding yang lain. Hal ini hanya akan terwujud jika Islam diterapkan secara keseluruhan dibawah naungan sebuah negara yang disebut Khilafah. 

Wallahu ‘alam bhishawwab!