Panggung Politik Kembali Memanas
Oleh: Kasmiati (Komunitas Pena Ideologi Maros)
Jakarta, CNBC Indonesia - Media asing kembali menyoroti pemilihan presiden (pilpres) RI. Kali ini terkait kampanye calon presiden (capres) dan siapa yang saat ini unggul dalam survei.
Media Jepang, Nikkei Asia misalnya, menulis artikel "Indonesia's Prabowo leads as presidential campaign kicks off Race highlights growing rift between Jokowi and his political party". Disebutkan bagaimana saat memulai masa kampanye, salah satu capres Prabowo Subianto masih unggul dan kemungkinan memperluas keunggulannya dalam survei.
Indonesia pada hari Selasa memulai masa kampanye resmi selama 75 hari menjelang pemilihan presiden pada bulan Februari mendatang," tulisnya Rabu, dikutip Kamis (29/11/2023).
"Dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memperluas keunggulannya atas kedua pesaingnya, menurut jajak pendapat terbaru," tambahnya.
Digambarkan juga capres lain seperti Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo sudah melakukan kampanye di Jakarta dan Papua.
Namun, Prabowo belum melakukannya kemarin. Tapi, dimuat media itu, rata-rata survei terbaru tetap menunjukan tingkat dukungan terhadap Prabowo sekitar 40%. Bahkan panggilan khusus penggemarnya ke Prabowo juga ditulis.
BUAH KEPEMIMPINAN DALAM SISTEM DEMOKRASI (SEKULER- KAPITALIS)
Memasuki tahun-tahun politik, tentu banyak hal-hal yang tak biasa nampak terutama dari para calon kandidat yang biasanya jarang dilakukan kini menjadi sesuatu hal yang sering dilakoni, misalnya salah satu contohnya berbaur di tengah-tengah umat atau dalam artian para pejabat merakyat.
Bukan tidak mungkin ketika melihat para calon yang berdasi yang biasa duduk diatas bangku kekuasaan yang megah kini ditahun-tahun politik ini dengan rela meninggalkan meski hanya sesaat demi terjun ke tengah-tengah masyarakat berbaur, berinteraksi bersama entah membahas topik tentang kondisi yang menimpa rakyatnya, baik kesengsaraan rakyat di negerinya ataupun permasalahan saudara muslimnya dibelahan dunia lainnya atau pembahasan mengenai kepemimpinan kelak.
Namun pemimpin negara hari ini yang waktunya diperpanjang dengan 2 priode. Alih-alih memberikan kesejahteraan, melihat masa kepemimpinannya dalam 2 priode ini ternyata tidak jauh beda dengan kepemimpinan sebelumnya. Bahkan membuat semakin runyam dan terpuruk kondisi masyarakatnya
Bahkan boleh dikatakan kepemimpinan dengan 2 priode ini justru semakin menyempitkan kondisi rakyat dengan biaya hidup yang mahal, lapangan kerja yang sempit + utang luar negeri yang dari dulu sampai hari ini tak kunjung usai, justru semakin membengkak mengakibatkan rakyat semakin menjerit dengan beban biaya pajak yang mengerut habis-habisan kantong ekonomi rakyat
Disisi lain jika terlihat wajah aslinya dari sistem kepemimpinan para penguasa negeri ini yang korup, dzalim, oportunis dan anti Islam.
Tentu rakyat tak akan mau memilih mereka lagi. Segala kebusukan dan kerusakannya senantiasa ditutupi dan dihiasi dengan ragam pencitraan sehingga mampu menutupi wajah aslinya. Ibarat racun berbalut madu, luarnya nampak sebagai kebaikan namun faktanya justru merusak kehidupan rakyat.
Seperti ditahun politik seblumnya maupun tahun politik hari ini masih menggunakan metode yang sama yaitu mereka merkayat dan ketika melakukan kampaye memberikan janji-janji keadilan, kesejahteraan dan yang sejenisnya. Masih hangat rasanya kasus pemilu di tahun sebelumnya yang menelan banyaknya korban akibat kesemrawutan dalam pemilunya.
Fakta lain yang sering kita temui tidak sedikit para pendukung antara calon 1 dan calon-calon lainya justru saling bersinggungan yang berujung pada perpecahan (memecah belah umat)
Ketikapun mereka terpilih, maka hasil kepemimpinannya pun tak akan jauh berbeda dengan kepemimpinan sebelumnya.
Janji-janji yang dulunya dilontarkan kini hanya menjadi angan-angan kosong, para calon kandidatnya tidak selang beberapa lama sudah bisa saling merangkul kembali karena adanya kepentingan bersama sementara rakyat yang menjadi pendukung mereka menjadi justru telah terpecah belah akibat perbedaan keinginan diantara mereka dan hal ini telah menjadi rahasia umum ditengah masyarakat.
Dalam sistem Demorasi (Sekuler Kapitalis) hanya akan melahirkan pemimpin-pemimpin Oligarki yang merampas habis-habisan SDA yang menjadi hak milik rakyat kini dimiliki dan dinikmati hanya pada kalangan mereka saja.
Ditambah minimnya perhatian terhadap kondisi sesama saudara muslimnya yang menjerit kesusahan akibat kebiadaban yang dilakukan oleh para penjajah terlaknak Zionis Yahudi, mereka para.pemimpin muslim hanya mampu mengecam dan menjadi penonton setia atas kebiadan yang dilakukan para perjanjah terlaknak.
Satu hal yang perlu kita pahami bersama bahwa siapun yang kelak menjadi pemimpin negera baik dia dari kalangan kolongmerat, seorang alim ulama sekalipun ketika memimpin di dalam sistem yang sama maka tentu hasil kepemimpinan akan senantiasa menghasilkan buah yang sama dengan kepemimpinan sebelum-sebelumnya, Sebab mereka terikat dan diatur dengan aturan yang sama.
KEPEMIMPINAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Berharap menginginkan pemimpin yang lebih baik, yang amanah, bertanggung jawab dan adil maka tidak cukup dengan mengganti pemimpinnya tetapi yang lebih utama adalah mengganti sistemnya yang telah terbukti kerusakannya sebab berasal dari sistem buatan tangan manusia.
Maka wajib menggantinya dengan sistem yang adil dan itu tidak lain adalah sistem yang berasal dari Pencipta manunia yang Maha Adil, Maha Merajai dan Maha Mengetahui segala yang baik dan buruk untuk Manusia dan sistemnya tidak lain adalah Sistem Islam.
Dalam Islam Kepemimpin merupakan sebuah amanah dengan pertanggung jawaban yang besar. Maka sebuah kewajaran ketika ingin mengangkat seorang kepala negara dalam sistem Islam tidak kita temui ada yang ingin mengajukan dirinya untuk dipilih dan diangkat sebagai pemimpin namun kebanyakan mereka tidak menginginkan jabatan sebagai kepala negara.
Sebagaimana masa ketika Rasulullah saw yang saat itu menjadi kepala negara di Madinah dan saat Beliau wafat tidak ada sahabatnya yang ingin maju untuk menggantikan posisi beliau sebagai kepala negara.
Sangat jauh berbeda dengan kondisi hari ini, justru mereka berlomba-lomba ingin menjadi seorang pemimpin, mencari dukungan rakyat sebesar-besarnya dengan berbagai macam cara meskipun harus mengorbankan lawan para pesaingnya.
Sebab tujuan utama mereka adalah memiliki kekuasaan dan untuk mengurus urusan rakyatnya dikesampingkan karena prioritas utama mereka yaitu mendapatkan kedudukan kekuasaan yang dengan kekuasaanya mampu melakukan segala hal terutama dalam memberikan umpan balik terhadap dana yang telah mereka habiskan disaat persiapan menjadi calon kandidat.
Mereka yang dipilih untuk menggantikan posisi Rasulullah Saw sebagai kepala Negara justru menolak tugas itu.
Pada saat itu Abu Bakar As Shiddiq yang dipilih untuk diangkat menjadi khalifah pertama setelah wafatnya Rasulullah saw, dengan berbagai negosiasi dengan Abu Bakar untuk menerima jabatan tersebut dan akhirnya beliau menerimanya.
Beliau menerima amanah jabatan sebagai kepala negara dengan derai air mata sebab beliau memahami betul arti dari kepemimpinan tersebut dan menjadi pertanggung jawaban yang sangat besar di hadapan Allah SWT. Kelak, sebab Kekuasaan adalah sebuah Amanah. Sebagaimana dalam Firman-Nya,
"Sungguh Allah menyuruh kalian memberikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya, juga (menyuruh kalian) jika menetapkan hukum di antara manusia agar kalian berlaku adil" (TQS an-Nisa’ [4]: 58).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan,
“Pada dasarnya, amanah adalah taklif (syariah Islam) yang harus dijalankan dengan sepenuh hati, dengan cara melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jika ia melaksanakan taklif tersebut maka ia akan mendapatkan pahala di sisi Allah. Sebaliknya, jika ia melanggar taklif tersebut maka ia akan memperoleh siksa.” (Ibnu Katsir, Tafsîr Ibnu Katsîr, III/522).
Terkait amanah kekuasaan, Imam ath-Thabari, dalam Tafsîr ath-Thabarî, menukil perkataan Ali bin Abi Thalib ra., “Kewajiban penguasa adalah berhukum dengan hukum yang telah Allah turunkan dan menunaikan amanah…”
Terkait amanah kekuasaan, Rasulullah saw. juga bersabda,
“Tidaklah seorang penguasa yang diserahi urusan kaum Muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan tersebut, kecuali Allah mengharamkan surga untuk dirinya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Sejarah telah mencatat bukti-bukti kongkrit para.pemimpin di dalam sistem Islam, mereka telah mampu menunaikan amanahnya dengan baik, menghantarkan pada keadilan, kesejahteraan serta keamanan bagi masyarakat.
Masa kepemimpinan Abu Bakar dan Umar bin Khattab yang senantiasa memperhatikan hak-hak rakyatnya dan memenuhi segala kebutuhannya dan bahkan tak tanggung-tanggung mereka para pemimpinnya yang terjun langsung membuat dan menyediakan segala kebutuhan pagan bagi rakyat.
Masa kepemimpinan Umayyah bin abu Sofyan, yang senanriasa menjamin, melindungi (menjaga) keamanan rakyatnya yang ketika seorang wanita dilecehkan maka segeralah beliau mengirimkan pasukannya untuk memberi pelajaran terhadapa para pelaku pelecehan tersebut.
Kemudian di masa kepemimpin Umar bin Abdul Aziz yang saking Sejahterahnya kehidupan rakyatnya sehingga tidak ada lagi yang berkenam menerima bantuan zakat. Inilah beberapa contoh teladan kepemimpinan dalam sistem Islam, sistem yang menjamin kabaikan dan kemulian di dunia dan akhirat kelak.
Dengan menginginkan kepemimpin yang demikian tidak ada jalan lain kecuali kembali menjalankan sistem Islam sebagai satu-satunya aturan dalam mengatur kehidupan manusia.
Wallahu A’lam Bishowab
Posting Komentar