-->

Akar Permasalahan dan Solusi Genosida di Bumi Palestina

Oleh: Henis

Di bumi Palestina bersinar mentari,

Perjuangan rakyat menggelora dalam hati,

Bersatu teguh, tak goyah walau terkunci,

Palestina, kau abadi dalam doa kami.

Kengerian jumlah korban pembunuhan di Gaza Palestina oleh zionis Israel terus bertambah. Mereka di bombardir dari darat dan udara, bahkan Israel menyebarkan selebaran barangsiapa yang ingin selamat diminta untuk segera pindah ke Gaza selatan. Namun apa dikata, Israel justru berkhianat. Tak tanggung-tanggung di tengah jalan menuju Gaza selatan warga Palestina justru dibantai dengan keji. Korban tewas imbas perang antara milisi Hamas Palestina dengan Israel tembus hingga 4.700 jiwa. Dilansir Reuters, Menteri Kesehatan Palestina, Mai al-Kaila, melaporkan per Rabu (18/10), setidaknya 3.300 orang meninggal dunia dan lebih dari 13 ribu orang luka-luka sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu.

Sementara itu dikutip Jerusalem Post, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mencatat setidaknya 1.400 warga Israel meninggal dunia dan 4.500 lainnya mengalami luka-luka (CNN Indonesia, 18-10-2023).

Sejumlah negara mendorong Israel untuk menghentikan agresi militernya ke jalur Gaza karena melihat semakin bertambahnya korban jiwa dari warga sipil. Namun apa dikata Israel bak tak peduli dengan segala tekanan dan kecaman dari berbagai negara lain dan masih terus melancarkan serangan kepada warga Gaza. Rasa kemanusiaan dari Israel telah mati, mereka dengan keji membombardir Palestina secara membabi buta. Rumah penduduk, masjid, hingga rumah sakit menjadi target serangan rudal-rudal mereka. Tak hanya itu kekejian tersebut masih berlanjut dengan tak membiarkan warga Gaza yang masih hidup untuk memperoleh pasokan listrik, makanan, serta kebutuhan obat-obatan. Bantuan kemanusiaan tak bisa masuk ke Gaza akibat dari pencegahan yang dilakukan militer Israel. Bahkan banyak sumber air warga Gaza di semen oleh Israel menggunakan truk besar. Mereka ingin membuat warga Gaza yang masih hidup mati pelan-pelan, kehausan, kelaparan, dan tak bisa melarikan diri. Sungguh tidak ada tempat aman bagi warga Gaza Palestina untuk berlindung. Semua kejahatan Israel ini hanya bisa ditonton dan disaksikan oleh seluruh dunia tanpa bisa memberikan bantuan yang berarti. Ini sungguh pembunuhan masal terbiadab di sepanjang sejarah modern manusia.

Perilaku keji dan biadab Israel ini mengundang simpati besar kaum muslim dan non muslim di seluruh dunia. Mereka terus bersuara dan mendukung untuk perlawanan yang dilakukan rakyat Palestina demi memperjuangkan kemerdekaan dari pendudukan yang dilakukan Israel selama 75 tahun. Namun sayang dukungan mereka terkadang tidak sama dengan kebijakan penguasanya. Penguasa negeri muslim lebih memilih bungkam dan menghindari konfrontasi dengan AS yang menjadi sekutu abadi Israel. Para penguasa ini hanya bisa mengecam dan mengutuk. Parahnya beberapa negeri muslim justru menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, seperti Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, Sudan, Bahrain, dan lainnya.

Rakyat Palestina tak butuh dukungan makanan, dan obat-obatan. Lebih dari itu mereka membutuhkan bantuan militer agar bisa benar-benar merdeka dari kungkungan penjajahan Israel. Kemudian rakyat Palestina bisa kembali menata kehidupannya yang bermartabat dan aman. 

Memahami Akar Permasalahan yang Terjadi di Palestina

Baku hantam dan saling serang di Palestina adalah buah dari penjajahan dan pendudukan Israel atas kaum muslim di Palestina. Israel yang pernah di tolong dan diberikan tempat tinggal oleh kaum muslim Palestina justru durhaka dan tamak ingin menguasai seluruh tanah kaum muslim. Dengan memahami fakta ini, hal yang dilakukan Hamas dan rakyat Palestina adalah bentuk perlawanan atas pendudukan yang dilakukan oleh Israel. 

Basim Naim, Kepala Biro Politik dan Hubungan Internasional Hamas dalam wawancara eksklusifnya di TVOne menjelaskan bahwa serangan 7 Oktober 2023 yang mereka lakukan adalah sebagai upaya perlawanan atas 75 tahun penjajahan Israel terhadap Palestina, sekaligus ingin menghancurkan tembok yang mengisolasi Gaza dari dunia luar. Ia juga menegaskan bahwa hal itu merupakan bentuk pembelaan terhadap Masjidilaqsa yang selama ini dikotori oleh perilaku Zionis Israel.

Menolak aksi tersebut, Barat bereaksi keras dengan menyebut perlawanan tersebut sebagai perbuatan teroris dan tak berkeprimanusiaan. Sungguh aneh, dan standar ganda. Barat mencap hamas sebagai kelompok teroris karena ingin melawan penjajah. Dilain sisi barat justru sangat pro terhadap kekejian Israel ketika sekian lama menjajah, manganiaya, dan membunuh jutaan warga Gaza yang tak bersalah. Label teroris tak disematkan kepada Israel, padahal perbuatan jahatnya tak terhitung jumlahnya dan kekejiannya harusnya dilabeli lebih dari teroris. Israel adalah negara zionis dengan segudang pelanggaran hukum internasional, kebengisan yang di luar nalar, serta keangkuhan yang membuat dunia sebenarnya sudah muak dengan segala macam tingkahnya. 

Naasnya, kok masih saja ada pihak muslim yang berdiri dalam barisan pendukung Israel. Mereka tersilaukan dengan kesenangan dunia. Nuraninya telah mati. Parahnya para penguasa di negeri-negeri muslim hanya bisa terdiam menyaksikan genosida yang dilakukan Israel kepada Palestina. Sejauh ini, para penguasa muslim hanya bisa mengecam, mengutuk, dan menyerukan penghentian perang tanpa aksi nyata.

Faktanya, Israel tidak mempan jika dihentikan dengan cara diplomasi atau basa-basi kecaman. Israel hanya bisa ditundukkan dengan militer. Sudah lebih dari 30 diplomasi dikeluarkan PBB, tetapi Israel tak bergeming dan tak mau patuh terhadap hukum internasional. Semua itu hanya dianggap angin lalu oleh Israel. Sudah tak terhitung berapa banyak bangunan rumah warga Gaza, bangunan sekolah, masjid, kantor media, bahkan rumah sakit yang di bom dan diluluh lantakkan oleh Israel. Ini artinya, jalan pertama dan utama untuk menghentikan kebiadaban Israel adalah dengan memeranginya.

Oleh karena itu langkah nyata yang harus dilakukan para penguasa negeri muslim adalah bersama-sama mengirimkan pasukan militer ke Palestina untuk menghentikan genosida militer Israel kepada warga Gaza Palestina. Namun mirisnya harapan itu juga harus pupus, sebab negeri-negeri muslim itu telah tersekat nasionalisme yang membuat para penguasa negeri muslim terhalang untuk menolong saudara muslimnya di Palestina. Mereka lebih memilih cara aman, dengan mengirimkan bantuan atau dana kemanusiaan ketimbang harus mengerahkan pasukan militer untuk memerangi Israel.

Apa Penyebab Terkikisnya Ikatan Aqidah

Semestinya alasan terkuat sebagai pendorong para penguasa negeri muslim dalam mengirimkan tentara militernya untuk menolong rakyat Palestina seharusnya adalah ikatan aqidah dan ukhuwah Islamiyyah. Nyatanya mereka tidak melakukan itu. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Tak lain karena mereka telah tersekat dalam nasionalisme. Nasionalisme telah mengikis ikatan aqidah Islam antar kaum muslim, padahal umat Islam bagaikan satu tubuh yang jika sebagian tubuhnya sakit, bagian tubuh lainnya ikut merasakan sakit.

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ , “Orang mukmin terhadap mukmin lainnya tak ubahnya suatu bangunan yang bagian-bagiannya (satu sama lainnya) saling menguatkan.” (HR Muslim).

Rasulullah ﷺ juga mengingatkan dalam sabdanya, “Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim lainnya, janganlah ia menganiaya saudaranya itu, jangan pula menyerahkannya – kepada musuh. Barang siapa memberikan pertolongan pada hajat saudaranya, Allah selalu memberikan pertolongan pada hajat orang itu. Dan barang siapa melapangkan kepada seseorang muslim akan satu kesusahannya, Allah akan melapangkan untuknya satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang menutupi cela seseorang muslim, Allah akan menutupi celanya pada hari kiamat.” (Muttafaq‘alaih).

Para penguasa negeri muslim sejatinya memiliki kemampuan, pasukan, serta senjata bersama amunisinya untuk mengerahkan segala daya dan upaya mereka untuk menolong muslim Palestina melawan penjajah Zionis. Tengoklah betapa teguhnya AS dan negara-negara Barat yang tanpa ragu berdiri membela Israel. Bukan hanya memberikan dukungan langsung di khalayak publik, mereka juga membantu Israel dengan memberikan bantuan langsung berupa persenjataan serta mengirimkan pasukan tempurnya untuk ikut menghabisi warga Palestina. Namun parahnya mengapa penguasa negeri-negeri muslim justru malu untuk berdiri mendukung dan meneguhkan pembelaan terhadap Palestina?. Tidakkah para penguasa muslim ini takut tatkala kelak di akhirat muslim Palestina mengadu kepada Allah SWT atas aksi diamnya mereka tatkala menyaksikan saudara seimannya dibantai secara keji tanpa memberikan pertolongan yang nyata?. Tidakkah para penguasa negeri muslim merasa takut akan hisab Allah SWT kelak, akibat berpangku tangannya mereka dari mengirimkan pasukan militer dan persenjataan untuk membantu saudara seimannya sendiri?. Padahal jelas Allah SWT kelak tak akan menanyakan tentang nasionalisme tetapi Allah SWT akan menyakan mereka akan imannya kepada Allah SWT termasuk diamnya mereka menyaksikan penganiayaan dan pembunuhan keji atas darah kaum muslim Palestina.

Apa Solusi Atas Penderitaan Kaum Muslim Palestina?

Berbagai fakta diatas tak akan bisa terselesaikan jika masih menggunakan hukum internasional yang hanya bisa mengutuk dan mengecam tanpa adanya dukungan nyata. Maka solusi hakiki bagi kaum muslim di Palestina adalah dengan hadirnya kembali Khilafah yang ditakuti oleh kaum kafir penjajah. Khilafah akan melindungi kaum muslim dari penjajahan, penganiayaan, penyiksaan, dan kezaliman yang dibuat musuh-musuh Islam. Saat ini telah terbukti bahwa negeri-negeri muslim tak berdaya menolong saudara seimannya sendiri di bumi Palestina. Alhasil, agar seimbang, umat dan negeri-negeri Islam harus bersatu dalam satu kekuatan, satu ikatan, dan satu kepemimpinan dalam naungan satu negara, yakni Khilafah. Sebagaimana khilafah pernah berjaya dan mampu melindungi kaum muslim dan non muslim yang tunduk selama berabad-abad lamanya. Lalu apa yang harus dilakukan saat ini?.

Pertama, umat harus disadarkan dengan melakukan perang pemikiran. Mendakwahkan dan menyadarkan mereka bahwa kita tak akan menjadi umat terbaik sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah Saw selama kita engan mengambil pemikiran Islam, dan enggan menjadikan Islam sebagai pola kehidupan. Menjauhkan Islam dari kehidupan (sekularisme) justru akan menjadikan kita terpuruk di segala lini kehidupan. Mengapa? Sebab siapa lagi yang tahu terbaik bagi manusia kecuali Yang Maha Menciptakan manusia dan kehidupan ialah Allah SWT. Allah SWT memberikan seperangkat aturan kepada manusia sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT kepada makhluknya. Oleh sebab itu umat muslim tak boleh phobia terhadap hukum syariat Islam.

Kedua, mengerahkan segenap upaya yang bisa dilakukan untuk menyuarakan fakta dan kebenaran kepada umat, bahwa yang sesungguhnya yang menjadi akar masalah Palestina adalah penjajahan dan pendudukan Israel dan nestapa umat tanpa adanya pelindung yakni Khilafah. Hal ini bisa dilakukan dengan terus menggencarkan dakwah, baik di dunia nyata maupun maya. Gunakab sosmed sebagai wasilah dakwah bukan hanya untuk konten hiburan.

Ketiga, terus menyeru kepada penguasa muslim untuk mengarahkan loyalitasnya kepada Islam dan kaum muslim. Tidak lagi berharap pada solusi semu PBB atau perjanjian internasional yang menghalangi mereka menolong saudara seiman. Jadilah penolong-penolong agama Allah SWT, sebagaimana kaum Anshar yang menolong dakwah Rasulullah ﷺ dengan kekuatan dan kekuasaan mereka. Dengan keridhoan yang amat besar meskipun darah, harta, hingga nyawa sebagai tebusan.

Baitul maqdis dan Palestina secara keseluruhan adalah milik umat Islam seluruh penjuru dunia. Keji membiarkan dan menyerahkannya kepada kaum kafir penjajah. Permasalahan Palestina bukan sekadar masalah kemanusiaan atau konflik internal biasa seperti yang didengungkan oleh antek-antek barat. Lebih dari itu, masalah Palestina adalah masalah umat Islam di seluruh dunia. Ketika Masjidil Aqsa dihinakan, dan dikotori itu merupakan penghinaan besar bagi wajah kaum muslim di seluruh penjuru dunia.  Di bumi Palestina terhimpun banyak keutamaan dan keistimewaan, di antaranya adalah kiblat pertama kaum muslim.

Palestina adalah para syuhada.  Palestina merupakan bagian negeri Syam, bumi para nabi. Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Para nabi tinggal di Syam. Tidak ada sejengkal pun Kota Baitulmaqdis, kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR At-Tirmidzi).

Berbagai keutamaan ini seharusnya bisa mengukuhkan dimana kita berpihak. Kepada kaum muslim yang tertindas disana atau kepada kaum kafir penjajah yang jelas menjadi musuh Allah SWT. Haram bagi kita mendiamkan Palestina, bahkan acuh tak acuh menganggap itu bukan permasalahan kita. Haram bagi kita berdiam diri tak memberikan pembelaan dan pertolongan sebab mereka adalah bagian dari umat Islam. Mari bergerak bersama memperjuangkan pembebasan Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya yang masih terjajah dengan terus menyerukan dakwah dan menyuarakan hanya Khilafah yang bisa menyatukan kekuatan seluruh kaum muslim diseluruh penjuru dunia sebagai solusi hakiki bagi Palestina. Wa'allahu 'alam bishowab.