-->

Disiplinkan Siswa Guru Didenda (Bagaimana Adab kepada Guru)

Oleh: Erik Sri Widayati, S.Si.

Adalah Akbar Sarosa, seorang guru pendidikan agama Islam di SMK Negeri 1 Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Nusa Tenggara Barat (NTB),  dilaporkan ke polisi karena memukul siswanya dengan bambu karena tak mau salat. Bukan hanya dilaporkan ke polisi, guru agama itu juga dimintai denda Rp50 juta. Kejadian bermula saat Akbar meminta salah satu siswa untuk melaksanakan salat di musala tapi ditolak. Karena penolakan itu, Akbar memukul siswa tersebut di leher menggunakan bambu.

Banyak pihak menyayangkan, prihatin, dan mengritik keputusan orang tua siswa tersebut. Apalagi, tindakan guru untuk mendisiplinkan siswanya agar patuh pada program sekolah, tidak berakibat cedera berat atau cacat. Kasus yang dihadapi Akbar pun viral di media sosial. Seperti video yang diunggah pemilik akun TikTok @deni_ali28 pada Rabu (4/10/2023). Akbar kini masih menjalani proses persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Sumbawa Barat. (Detiknews, 11/10/3/23)

Bukan kali ini saja guru bermasalah setelah menghukum siswa. Diantaranya Sularno, guru honorer SDN Sungai Naik, Lubuklinggau, divonis 6 bulan penjara dan denda Rp60 juta atau diganti 1 bulan penjara. Kejadian ini terjadi setelah guru tersebut menendang siswa karena tidak menghafal tugas diberikan dan justru mengobrol. (Sindonews.com, 16/05/23)

Memang tindak kekerasan apa pun tidak diperbolehkan karena ada pasal pidananya. Faktanya anak-anak kadang bandel. Guru berkewajiban memberikan sanksi atau hukuman yang bersifat mendidik. Memang dilematis, di satu sisi guru harus menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah, sedangkan di sisi yang lain khawatir dikriminalisasi oleh orang tua atau LSM pembela anak atas tuduhan melakukan kekerasan terhadap anak. 

Terlepas dari dilema itu sejatinya di dalam Islam telah memiliki tuntunan adab siswa terhadap guru dan sebaliknya. Motivasi seorang siswa menghiasi diri dengan adab-adab tidak lain untuk keberkahan ilmu yang dipelajari. Ilmu menjadi jalan untuk mendapatkan kedekatan dengan Allah. Artinya sosok guru lah yang mengangkat diri siswa ke langit.

Dalam kitab Lubab al-Hadis oleh Imam Jalaluddin al-Suyuthi dinyatakan, Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa memuliakan orang berilmu (guru), maka sungguh ia telah memuliakan aku. Barang siapa memuliakanku, maka sungguh ia telah memuliakan Allah. Barang siapa memuliakan Allah, maka tempatnya di surga.” Indahnya Islam memerintahkan memuliakan guru.

Rasul saw. bersabda, “Barang siapa yang mengajarkan satu ayat dari kitab Allah kepada seseorang, maka orang itu menjadi hamba baginya.” (HR Thabrani). Hamba yang dimaksud dalam hadis ini ialah orang yang harus mengabdi sepenuh hati terhadap guru.

Rasul saw. bersabda, “Siapa yang memberikan kebaikan untukmu, maka balaslah. Jika kamu tidak mampu membalasnya, doakanlah ia hingga kamu yakin telah benar-benar membalasnya.” (HR Abu Daud). Ibnu Jama’ah rahimahullah mengatakan, “Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan gurunya sepanjang masa, memerhatikan anak-anaknya, kerabatnya, dan menunaikan haknya apabila telah wafat.” (Tadzkirah Sami’, hlm. 91). Setiap siswa memang banyak berutang budi terhadap guru. Karakater, akhlak, dan adab baik yang dimiliki karena pembinaan serta pengajaran para guru. Mendoakan para guru merupakan salah satu cara memuliakannya.

Setiap guru menyadari keutamaan posisi guru di sisi Allah. Karena setiap ilmu yang bermanfaat akan mengalirkan pahala yang tidak terputus bagi guru-guru yang mengajarkan. Hadits Rasul "Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang berdoa untuknya." (HR. Muslim). 

Demikian juga dengan hadits "Siapa yang mengajak kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun." (HR. Muslim no. 2674). Maka para guru akan mengajar dengan sabar dan berusaha memahami karakter siswanya dan menggunakan cara mengajar hingga ilmu mudah dipahami, mencintai serta mendoakannya.

Para siswa juga akan bersemangat mencari ilmu karena Rasul bersabda "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim). Demikian pula hadits "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang," (HR Tirmidzi).

Setelah memiliki ilmu siswa berusaha menerapkan dan mengamalkan ilmu hingga berguna bagi diri, masyarakat dan agamanya bukan sekedar mengejar materi. Rasul bersabda "Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia” (HR. Ahmad).

Demikianlah keindahan hubungan siswa dan guru dalam Islam. Tidak berbeda antara ilmu dunia dan ilmu agama ketika keduanya dibutuhkan oleh diri dan masyarakat. Bedanya ilmu dunia fardhu kifayah dan ilmu agama fardhu ain. Telah banyak dicontohkan oleh para ulama ketika mereka masih berstatus murid dari para guru. Jika ini diterapkan tentu masyarakat akan merasakan keberkahan ilmu. Bukan malah guru salah menghukum, anak salah motivasi belajar dan orang tua tidak bisa bijak menghadapi masalah anak. Wallahualam. []