-->

Islamofobia Terjadi Lagi

Oleh: Ummu Alvin

Aksi pembakaran Al Quran kembali terjadi di Swedia dan kali ini dilakukan oleh seorang warga Irak bernama Salwan Momika. Momika merobek beberapa halaman salinan Al Quran dan membakarnya dengan tujuan mengkritik Islam, mengenalkan diri sebagai ateis sekuler di media sosial. 

Dia juga memuji politisi sayap kanan Swedia, Rasmus Paludan, yang sebelumnya juga melakukan aksi pembakaran kitab suci umat Islam tersebut. Menurut Momika, Islam adalah ancaman terhadap nilai-nilai Swedia.

Pembakaran Al-Qur'an pada Rabu (28/06) lalu itu terjadi saat umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Adha, salah satu hari raya terpenting dalam kalender Islam.Kepolisian Swedia telah memberikan izin kepada Salwan Momika untuk menggelar aksi protes, sesuai dengan undang-undang kebebasan berekspresi.

Aksi yang dilakukan atas nama kebebasan berpendapat dan berekspresi ini kemudian menuai kecaman di seluruh dunia, termasuk Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar dunia.Pemerintah Indonesia mengecam keras aksi tersebut dan sejumlah kalangan, termasuk MUI dan warganet, juga mengutuk aksi tersebut.

Insiden itu juga memicu kemarahan di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim lainnya termasuk Turki - anggota NATO yang memiliki hak yang menentukan Swedia untuk menjadi anggota NATO.Negara-negara Timur Tengah termasuk Irak, Iran, Arab Saudi, dan Mesir mengecam keras pembakaran tersebut.Maroko dan Yordania juga telah menarik duta besar mereka untuk Stockholm.

Namun ada seorang tokoh intelektual Indonesia memberikan respon yang  cukup "santuy" yaitu Rektor Universitas Islam Indonesia (UIII),yang mengatakan "Al-Qur'an tidak akan hilang dan tetap hidup dalam perjalanan sejarah manusia,” katanya kepada BBC News Indonesia, Jumat (30/06).

Sebagai Muslim yang menjadi inspirasi, menurut Prof Komaruddin sebaiknya insiden ini “Tidak usah direspons dengan marah-marah, dijawab saja dengan prestasi  seperti yang ditunjukkan oleh Putri Ariani,yang mendapat golden buzzer dalam ajang America’s Got Talent ke-18".

Sesungguhnya virus Islamofobia ini adalah sebab dendam kesumat dari peradaban barat terhadap Islam.Peradaban barat yang mengusung sekularisme sebagai dasarnya telah mempengaruhi pemikiran umat di seluruh dunia.Berulangnya kasus Islamofobia semakin menunjukkan betapa bobroknya sistem ini. Maka wajar saja jika sistem kapitalis sekuler akan mengarahkan penganutnya untuk memusuhi Islam.

Dalam sistem sekuler yang diemban oleh hampir seluruh negara di dunia, aksi pembakaran Al Qur'an dianggap lumrah bahkan disebut legal karena sangat mengagungkan kebebasan, adapun empat kebebasan yang dijamin adalah kebebasan beragama,kebebasan berpendapat,kebebasan bertingkah laku dan kebebasan kepemilikan.

Pembakaran Al Qur'an juga terus berulang karena banyak umat Islam termasuk penguasa dan tokoh intelektual yang memilih diam. Mereka telah terbelenggu oleh pemikiran sekuleris,  Mereka berpikir bahwa diam dan bersabar ketika  agamanya dihina adalah sebuah kebaikan. Padahal bungkamnya mereka membuat penghinaan ini kian menjadi-jadi. Mereka pun sebenarnya telah berdosa karena mendiamkan kemungkaran. 

مَنِ اسْتُغْضِبَ فَلَمْ يَغْضَبْ فَهُوَ حِمَارٌ

Siapa yang dibuat marah namun tidak marah maka ia adalah keledai (HR al-Baihaqi).

Ulama besar Buya Hamka rahimahulLah juga mempertanyakan orang yang tidak muncul ghirahnya ketika agamanya dihina. Beliau menyamakan orang-orang seperti itu seperti orang yang sudah mati. “Jika kamu diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan.”

Para pemimpin muslim juga hendaknya tidak hanya mengecam Islamofobia tapi bertindak nyata mewujudkan kepemimpinan Islam yang hakiki agar umat memiliki kembali kepemimpinan dalam satu komando yang terbukti mampu menjadi perisai Islam dan kaum muslim. Agama ini sungguh tak akan dapat terlindungi jika umat tak memiliki pelindung yang kuat.

Sebagai bagian dari umat Islam, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk meredam arus Islamophobia dengan terus mengenalkan Islam yang sesungguhnya ke tengah-tengah masyarakat. Tetap berdakwah sesuai dengan metode dakwah Rasulullah SAW. sampai Allah menurunkan pertolongan-Nya dan menegakkan negara Khilafah yang akan menjaga akidah umat dari pemikiran asing yang sesat.

Dulu Khilafah Utsmaniyah sanggup menghentikan rencana pementasan drama karya Voltaire yang akan menista kemuliaan Nabi saw. Sultan Abdul Hamid II langsung mengultimatum Kerajaan Inggris yang bersikukuh tetap akan mengizinkan pementasan drama murahan tersebut. Sultan berkata, “Kalau begitu, saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengatakan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasul kita! Saya akan mengobarkan jihad akbar!” Kerajaan Inggris pun ketakutan. Pementasan itu dibatalkan. Sungguh, saat ini umat membutuhkan pelindung yang agung itu. Itulah Khilafah!

Wallahu a'lam bishowab.