-->

Hukum Karma Dalam Pandangan Islam


Hukum karma itu ajaran hindu dan budha

Istilah karma dalam sansekerta itu perbuatan atau hasil atau akibat yang didapat dari perbuatan yang telah dilakukan pada masa lalu (sebelumnya). Sehingga karma itu sebagai kausalitas (sebab-akibat) dan aksi-reaksi atas perbuatan yg telah dilakukan sebelumnya. Artinya perbuatan manusia itu pasti memiliki akibat di masa setelahnya. Sehingga keburukan yang ditimpa seseorang itu dipastikan diakibatkan perbuatan yang dilakukan sebelumnya. Misal anggapan orang yang sakit bibir panceng, diakibatkan karma dia sering memfitnah orang lain.

Karma dalam kitab Al-Mausu’ah Al-Muyassarah dijelaskan'

الكارما – عند الهندوس – : قانون الجزاء ، أي أن نظام الكون إلهي قائم على العدل المحض، هذا العدل الذي سيقع لا محالة إما في الحياة الحاضرة أو في الحياة القادمة ، وجزاء حياةٍ يكون في حياة أخرى ، والأرض هي دار الابتلاء كما أنها دار الجزاء والثواب

“Karma menurut ajaran hindus adalah “hukum  balasan” yaitu aturan ilahi yang berdasarkan keadilan murni. Keadilan ini terjadi bisa jadi pada kehidupan saat ini atau di kehidupan yang akan datang. Balasan kehidupan ini akan terjadi pada kehidupan selanjutnya. Bumi adalah tempat ujian sebagaimana juga sebagai tempat balasan kebaikan dan keburukan.” (Mausu’ah Al-Muyassarah Fil Adyan wa Mazahib wal Ahzab hal 728)

Prinsip dalam Islam

Prinsip perbuatan manusia dalam islam itu,

الجزاء من جنس العمل

Balasan dari jenis perbuatannya

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT,

{ وَجَزَ ٰ⁠ۤؤُا۟ سَیِّئَةࣲ سَیِّئَةࣱ مِّثۡلُهَاۖ فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّهُۥ لَا یُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِینَ }

Dan balasan suatu kejahatan  kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.(Surat Asy-Syura: 40)

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ 

"Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarroh, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat dzarroh, niscaya dia akan melihat (balasan)nya" (al zalzalah :7-8)

يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ


"(Lukman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti" (al  zalzalah:16)

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (An Nahl ayat 97)

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (ar Rum: 41)

Sedangkan fakta yg terjadi menimpa manusia, misal sakit dll itu merupakan qadla Allah yang merupakan ketentuan dan kepastian Allah SWT. Qadla itu merupakan hak periogratif dan rahasia Allah. Manusia tidak bisa memastikan fakta kejadian tersebut dipastikan sebuah karma perbuatan manusia yg telah dilakukannya. Hanya saja, secara teologi, setiap keburukan yg menimpa manusia, maka manusia untuk mengevaluasi diri tentang keburukan apa yg telah dilakukannya.

Di dalam Islam juga ada prinsip memaafkan kesalahan orang lain. Allah juga memaafkan hambanya yang beristighfar padaNya.

Jadi, prinsip karma pada ajaran hindu-budha tidak ada dalam Islam. Prinsip balasan perbuatan dalam islam itu tidak sama dengan prinsip karma. Dalam islam ada keimanan terhadap qadla yg terjadi, mengevaluasi diri, memaafkan, Allah maha pemaaf bagi hambaNya.