-->

Konser Coldplay: Matinya Empati Secara Sistemik

Oleh: Rifdhatul 'anam

Setelah girl band asal Korea blackpink, kini giliran grup band asal Inggris yaitu Coldplay yang akan menggelar tour konser di negara Asia, Amerika dan Eropa. Termasuk salah satunya adalah di Indonesia. Hal ini disambut antusias oleh penggemar Coldplay di Indonesia karena ini memang yang pertama kali mereka menggelar konser di negara kita.

Diketahui konser ini akan diselenggarakan pada 15 November 2023 mendatang di stadion utama Gelora Bung Karno (GBK). Promotor TEM Entertainment dan PK Entertainment telah mengumumkan harga tiket konser Coldplay Jakarta mulai Rp800.000 hingga Rp11 juta. Harga tiket tersebut belum termasuk penambahan pajak sebesar 15% dan 5% biaya penanganan. (Kompas.com)

Wah, hanya untuk menonton konser harus mengeluarkan biaya yang begitu besar, sungguh sangat disayangkan. Tapi dilihat dari antusias masyarakat yang sangat tinggi terhadap grup band Coldplay ini, ternyata mereka rela membeli tiket dengan harga yang mahal yang penting bisa menonton band kesayangan mereka.

Padahal masih beberapa bulan ke depan konser ini digelar, masyarakat sudah berburu tiket secara online dari sekarang agar tidak kehabisan. Untuk dapat membeli tiket itu, sampai ada beberapa orang yang menjual barang-barang berharga, seperti motor. Hanya untuk kesenangan sesaat dan ingin mendapat hiburan mereka menuruti hawa nafsunya dengan cara yang salah. Standar-standar kebahagiaan yang masyarakat ciptakan saat ini memang pantas membuat gelisah.

Penyelenggaraan konser ini menunjukkan matinya empati penyelenggara dan pihak pemberi izin terhadap penderitaan sesama yang ditimpa berbagai problem kehidupan. Mereka menganggap diadakannya konser ini akan meningkatkan ekonomi negara dan meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

Kita lihat saja, sebagian besar masyarakat di negara kita masih banyak yang kekurangan dan sulit untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi karena kita hidup di dalam sistem sekular kapitalisme, dan di dukung lagi dengan tingginya hedonisme di kalangan masyarakat  yang tujuannya hanya mendapatkan manfaat maka wajar tidak ada lagi rasa kepedulian terhadap sesama. Sistem ini membuat setiap yang menganutnya hanya memikirkan materi yang akan didapatkan. Penderitaan orang lain atas kesulitan dan kekurangan adalah masalah pribadi yang harus diselesaikan sendiri.

Di sisi lain, antusiasisme masyarakat membuktikan tingginya kesenjangan kesejahteraan. Jelas terlihat gaya hidup ekonomi kelas atas yang dengan mudah mendapatkan keinginannya dan dengan mudah memenuhi kebutuhannya apalagi hanya untuk menonton sebuah konser. Tapi tidak dengan kehidupan ekonomi kelas bawah, yang hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja kesulitan.

Itu semua tidak terjadi secara kebetulan tapi secara sistemik akibat diterapkannya sekuler kapitalisme. Peran negara tidak sesuai dengan yang dibutuhkan rakyatnya, yang seharusnya lebih memperhatikan kebutuhan rakyat, ini malah hanya memikirkan keuntungan yang akan didapatkan. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari sistem ini, saatnya kita beralih ke sistem islam.

Islam mewajibkan negara menjamin terpenuhinya kebutuhan asasi atas setiap individu, mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan sampai keamanan. Seluruh kebijakan memang dibuat hanya untuk kemaslahatan umatnya. Sistem islam mampu dan telah terbukti dalam memenuhi itu semua dan mensejahterakan rakyatnya.

Di sisi lain, islam juga mengatur bagaimana seseorang menikmati hidup, sekaligus memiliki empati atas nasib sesama. Dalam islam adalah hal yang sia-sia mengeluarkan uang membeli tiket dengan harga yang mahal hanya untuk menonton konser demi kesenangan sesaat. Bahagia dalam islam bukan karena banyaknya harta, standar kebahagiaan dalam islam adalah mendapatkan ridho Allah SWT, itu tujuan tertinggi yang ingin di capai setiap muslim dan akan terwujud jika di lakukan ikhlas dan sesuai syariat. 

Firman Allah SWT :

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (Ar-Ra'd ayat 28)

Seorang muslim terikat dengan hukum Allah yang menjadikannya memiliki rasa empati dan kepedulian sesama manusia. Karena muslim  adalah bersaudara. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat". (HR. Bukhari) 

Dan untuk mewujudkan itu semua diperlukan negara yang menerapkan aturan-aturan islam, aturan yang sesuai dengan naluri manusia. Memiliki pemimpin dan pejabat yang takut dengan hukum Allah SWT.

Wallahu'alam bishawab.