-->

Pemberdayaan Ekonomi Ibu menjadi Kado Pahit dalam Peringatan Hari Ibu

Oleh: Heti Suhesti (Pendidik dan Aktivis Dakwah) 

Siapa yang tak kenal dengan sosok ibu? Semua umat manusia di muka bumi ini pasti sangat kenal dengan seorang ibu, bahkan seorang bayi yang baru lahir pun sudah memiliki insting akan kehadiran, kehangatan dan kenyamanan dari sosok ibu. 

Lalu bagaimana peran ibu? Peran ibupun sudah sangat masyhur, ibu bukan hanya mengandung namun juga merawat, menjaga bahkan memberikan pendidikan pertama pada  anak mulai dari bisa berbicara, bertingkah laku, mengenali sekitarnya hingga menjadi sosok manusia seutuhnya. Itulah peran fitnah seorang ibu yang Allah SWT desain sebagai pengurus dan pengatur rumah tangga. 

Tepat disetiap tanggal 22 Desember disematkan sebagai "Hari Ibu" Perayaan yang seharusnya memberikan kesadaran kepada kita betapa besar dan agung pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya, hingga mendorong kita untuk semakin sayang dan berbakti kepada ibu. Namun, pada kenyataannya perayaan Hari Ibu hanyalah seremonial semata, dalam sistem kehidupan saat ini sosok ibu diberikan beban berat bukan hanya bertanggungjawab di dalam rumah namum juga di luar rumah sebagai pekerja. 

Dilansir Tirto. id (13/12/22) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA)  membuat tema utama PHI ke-94 yaitu PEREMPUAN BERDAYA INDONESIA MAJU. Selain tema utama, ditetapkan sub-sub tema untuk mendukung tema utama dimaksud diantaranya:

pertama, Kewirausahaan Perempuan: Mempercepat Kesetaraan, Mempercepat Pemulihan tujuannya Mendorong peningkatan kemampuan wirausaha perempuan dalam pemanfaatan teknologi untuk mengatasi unpaid care work dan penyintas kekerasan. 

kedua, Perempuan dan Digital Economy tujuannya Mendorong peningkatan kemampuan perempuan dalam pemanfaatan teknologi sehingga mendukung peningkatan usahanya dan mengatasi kesenjangan gender dalam digital.

Ketiga, Perempuan dan Kepemimpinan tujuannya Mendorong kepemimpinan perempuan di berbagai ranah dan tingkatan serta mendorong peningkatan kapasitas leadership perempuan agar menjadi leaders dan terlibat/dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.

Kempat, Perempuan Terlindungi, Perempuan Berdaya tujuannya Mendorong kesadaran perempuan untuk tidak serta merta menerima segala bentuk kekerasan dan berani melapor dan memelopori upaya-upaya untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan serta meningkatan pengetahuan dan wawasan tentang sistem perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan yang ada baik di tingkat nasional, daerah, dan masyarakat/komunitas.

Dari desain program opini yang dicanangkan KemenPPPA sangat jelas tergambar bahwa produktif atau berdayanya seorang ibu  bukan di dalam rumah namun ketika ibu mengambil bagian dalam pemberdayaan ekonomi. Opini di atas juga menggambarkan bahwa perempuan harus memiliki peluang yang sama dengan laki-laki di ranah publik dalam semua aspek termasuk kepemimpinan.

Sungguh ironi, opini yang seolah manis dan memuliakan sosok ibu namun pada kenyataannya hal itu adalah bentuk eksploitasi dan perusakan fitrah ibu. Pemberdayaan ekonomi hanyalah menjadikan ibu tumbal-tumbal para kapitalis dalam meraup keuntungan yang besar sedang para ibu hanya mendapatkan receh dengan beban dan resiko yang tinggi. 

Hal ini adalah dampak diterangkannya sistem kapitalisme dimana yang berkuasa adalah para pengusaha yang  pandangannya hanyalah keuntungan semata sehingga kebijaksanaan seperti apapun akan ditempuh untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Akibatnya terjadi kesenjangan yang tinggi antara yang kaya dan  miskin, kehidupan sebagian besar masyarakatpun terasa semakin sulit. 

Hal ini sejalan dengan sekularisme yang menjadi asas dari kapitalisme sehingga menjadikan kehidupan terpisah dari agama. Nilai kebahagiaan hanya terukur pada materi semata. Kehidupan yang bergelimang materi penuh dengan kemudahan, setiap apa yang diinginkan mudah tercapai adalah kebahagiaan sejati bagi sistem kehidupan saat ini. 

Ditambah begitu beratnya  beban hidup saat ini, biaya pendidikan dan kesehatan harus ditanggung sendiri oleh rakyat sehingga para suami tak cukup hanya mencari nafkah untuk kebutuhan makan sehari-hari namun juga harus memiliki penghasilan lebih untuk pendidikan dan kesehatan yang tentu tak murah. Alhasil para ibu berbondong-bondong keluar rumah demi membantu perekonomian keluarga untuk mendapatkan secercah kebahagiaan dan  kesejahteraan. 

Sungguh begitu kejam dampak  sistem kapitalisme yang diterapkan bangsa ini, kemiskinan yang terjadi bukan karena para suami yang malas bekerja tapi pemerintah tidak mengurusi dan membantu rakyatnya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak bahkan yang sudah bekerjapun tak kunjung mendapatkan kesejahteraan karena kemiskinan yang terjadi adalah kemiskinan sistemik efek dari sistem tersebut. 

Berbeda halnya dengan sistem Islam, akidah Islam adalah landasan terciptanya keluarga dan tegaknya negara. Islam mendudukkan peran masing-masing sesuai dengan fitrahnya dimana ibu berperan sebagai pengurus dan pengatur rumah tangga sedangkan seorang ayah berkewajiban mencari nafkah sehingga negara menjamin untuk terlaksananya peran tersebut. 

Maka negara menyediakan seluas-luasnya lapangan pekerjaan untuk para suami mencari nafkah. Seorang ayah juga  tak dibebani dengan biaya sekolah dan kesehatan karena negara telah menjamin akan kebutuhan pokok yaitu pendidikan, kesehatan dan keamanan. Kemudian ibu juga akan dengan tenang mengurus dan mendidik anak-anaknya di rumah dan dengan optimal juga melayani suaminya. 

Dalam sistem Islam, seorang ayah dan ibu memiliki kewajiban utama masing-masing, ibu kewajibannya di dalam rumah sedang ayah kewajibannya di luar mencari nafkah sehingga tidak ada yang merasa paling utama karena semua punya kewajibannya dan keutamaannya sendiri. Tak ada ibu yang keluar rumah untuk membantu mencari nafkah namun mengabaikan kewajiban utamanya sebagai istri dan ibu begitu juga sebaliknya. 

Begitu luar biasanya sistem Islam yaitu Khilafah dimana diterapkan di dalamnya syariah islam yang berlandaskan al-qur'an dan sunnah yang berasal dari Allah SWT Dzat yang menciptakan alam semesta, manusia dan kehidupan sehingga semua akan berjalan sesuai dengan fitrahnya masing-masing dan semua permasalahan akan terselesaikan dengan tuntas dengan keberkahan dari syari'atNya. Wallahu a'lam..