-->

Sumatra Barat Alami Inflasi Beras, Akibat Berbasis Ekonomi Kapitalis


Oleh: Fatimah Arjuna S.H

Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Sebagaimana beras merupakan makanan Pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sehingga, makanan pokok ini akan dikonsumsi setiap harinya dalam porsi yang cukup banyak. Maka membutuhkan kapasitas yang  besar dalam pengelolaan. Dengan pertambahan penduduk Indonesia yang semakin hari semakin meningkat, maka dari itu produksi beras harus ada pengupayaan dari berbagai sektor.

Baik sektor dari dalam maupun dari luar. Upaya ini perlu ada dalam meningkatkan kenaikan ekonomi kembali lagi. Sebab inflasi saat ini mengalami krisis dalam mengatasi relung-relung badai ekonomi yang semakin parah. Bahkan semakin hari tak mungkin lagi teratasi yang diakibatkan harga naik.

Faktor Melonjaknya Inflasi Beras

Dalam catatan Mendagri, sesuai data BPS, harga beras di Sumbar merupakan yang tertinggi kedua setelah Kalimantan Tengah (Kalteng).Di kalteng harga pokok pangan beras Rp15.900, sementara di Sumbar Rp15.050. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) 50 Kota tidak berlakukan Upah Minimum Kabupaten (UMK) untuk 2023 didaerahnya. Pasesaran upah kerja di daerah 50 Kota, mengikuti Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumbar untuk 2023 mendatang. Informasi tersebut disampaikan Kadisperinaker 50 Kota, Fery Chofa kepada TribunPadang.com, Senin (5/12/2022). Padang

Pertama karena kualitas beras yang baik dan memang lebih banyak dikirim keluar daerah,” ujar  menjawab TribunPadang.com, Senin (5/12/2022). Ia mengatakan, dua faktor utama yang mempengaruhi pasokan beras dan harga ialah keberhasilan panen dan cuaca yang belakangan ekstrem. Provinsi Sumbar yang dinilai sebagai daerah penghasil beras. “Logika penghasil beras ini tentu perlu didukung data yang update, Berapa banyak lahan persawahan yang sudah alih fungsi ke perumahan?,”.

Peran Pemerintah Hilang, Rakyat Menjadi Batu Sundulan

Miris sudah ekonomi saat ini belum usai gempa melanda inflasi beras tak kunjung reda. Seharusnya pemerintah siap siaga namun apa daya sistem Kapitalisme merenggut sudah. Kami hanya batu sundulan yang siap mendapat banyak penderitaan.

Lantas kepada siapa rakyat mengadu jika hari ini perut tidak terisi.

Derita kian hari bertambah ngeri. Negara adalah figur utama dalam peran ini, yang siap siaga menjadi garda terdepan mengambil andil masalah inflasi. Perih sudah, ekonomi bertambah susah  inflasi tak menemukan akar solusi.

Biang Kerok itu Kapitalisme! Memang tiada harapan dalam sistem Kapitalisme ini. Sejuta visi dan misi mereka sodorkan tetaplah para korporasi dan pemilik modal para pemenang. Mereka adalah pemegang kekuasaan, kita hanya umpan dalam  pancingan. Siaplah untuk terbangun dalam mimpi yang salah.

Kenaikan harga memang tidak terhindarkan dalam sistem kapitalisme. Inflasi semakin tak terbendung. Negara hanya pendukung sedangkan ekonomi Kapitalisme adalah penggerak. Sungguh memilukan hati rakyat semakin terisak dalam kemiskinan, akibat inflasi tak kunjung mereda.

Peran pemerintah hilang sudah. Negara bukan bekerja sebagai pelayan rakyat melainkan menjadi pelaku bisnis. Ini adalah sebuah tuntutan besar yang wajib dilakukan untuk meningkatkan ekonomi pasar. Sehingga naiknya harga pasar naik pula ekonomi Kapitalisme. Keuntungan yang sebanyak-banyaknya kian tertimbun dalam sistem ini.

Sistem ekonomi Kapitalisme memastikan kenaikan harga terus terjadi. Sebab ekonomi saat ini berbasis Ribawi. Kenaikan itu pasti terjadi, karena sistem riba yang menjadi patokan kendali agar ekonomi kian hari bertambah melimpah ruah. Semakin hari bertumpuklah harta dari riba dan ekonomi Kapitalisme semakin terdepan.

Sehingga mereka adalah pemegang andil kekuasaan. Pemegang remote  drama sistem Kapitalisme yang penuh Sasak dan derita serta luka tanpa darah. Rakyatlah yang menderita.

Sistem Islam adalah Solusi

Negara Islam mampu menjadikan semua perbuatan manusia kepada ridho ilahi, halal haram menjadi standar perbuatan. Kehati-hatian dalam menjalankan amanah perlu dihadirkan. Sebab semua akan Allah pertanggungjawaban di hari kemudian. 

Pernahkah kita mendengar Islam memimpin dunia dengan lampu-lampu cahaya kedamaian. Peradaban dunia tertunduk dalam sistem Islam yang disebut khilafah Islamiyyah. Sehingga sejarah  tidak memungkiri bahwa benar Islam hidup dalam kejayaan. Ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz memimpin kala itu. Rakyat hidup dalam kesejahteraan. Mereka hidup dalam lindungan  kehangatan.

Pernah tercatat sejarah ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz memimpin. Tidak ada satupun rakyat yang menderita, tidak ada satupun rakyat kemiskinan, kelaparan bahkan penderitaan dalam membeli harga sembako. Semua rakyat hidup makmur dan penuh kebahagiaan.

Ketika penyerahan zakat diberikan kepada rakyat yang tercatat. Maka mereka mengelak dan menyuruh memberikan kepada yang lain. Sehingga semua mengelak untuk diberikan zakat. Sebab mereka tidak berhak lagi dalam menerima zakat akibat kehidupan mereka yang sudah sejahtera dan berkecukupan. Baitul Mal negara harus habis dalam pemberian zakat sebelum datang lagi waktu penyerahan kembali. 

Baitul Mal zakat hanya boleh dihabiskan dalam masalah zakat saja dan juga tidak boleh menumpuk harus habis tahun itu. Sungguh luar biasa jika pimpinan diberikan kepada yang ahlinya maka beres sudah semua pekerjaan. Tanpa ada sisa yang perlu di khawatirkan. Sebab mereka kala itu menjadikan hukum Allah dalam mengatur seluruh aturan. 

Tidakah kita rindu kembalinya Islam memimpin peradaban dunia dengan cahaya cinta yang penuh kenyamanan mata dan jiwa. Tunggu apalagi sudah seharusnya kita kembalikan lagi kehidupan Islam yang pernah redup hidup kembali menjadi pemersatu cinta yang Haqiqi. Allahuakbar

Wallahu a’lam  bishsawab