-->

HIV/AIDS Merebak, Konsekuensi Penerapan Sistem Sekulerisme


Apabila ada pertanyaan, penyakit apa yang paling mengerikan di dunia? Kemungkinan besar jawabannya adalah AIDS. Apabila seseorang telah terdiagnosa HIV/AIDS, maka masyarakat akan memandang negatif kepadanya dan mengklaim bahwa hidupnya hanya menunggu kematian dengan cara yang mengenaskan. Memang begitulah faktanya. Penyakit mengerikan yang berasal dari perilaku  seks menyimpang ini, hingga saat ini, belum ditemukan obatnya.

Mirisnya, HIV/AIDS yang sangat ditakuti umat manusia ini kini semakin merebak diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Baru-baru ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam mencatat jumlah kenaikan kasus HIV/AIDS di Kota Batam mencapai 446 orang pada 2022. Yang mencengangkan, dari temuan Dinkes itu disebutkan, kasus kenaikan didominasi penyimpangan perilaku pasangan sejenis. Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmardjadi mengatakan, frekuensi peningkatan kasus HIV/AIDS karena pasangan sejenis bukan hanya terjadi di Batam, tapi juga Indonesia secara nasional bahkan di negara lain (liputan6.com, 02/12/2022).

Senada dengan Batam, Dinkes Kota Lhokseumawe, Aceh, mencatat sebanyak 88 warga di daerah itu positif HIV/AIDS yang penularannya didominasi karena perilaku seks bebas. "Jadi total kasus positif HIV/AIDS di Kota Lhokseumawe mencapai 88 kasus. Rata-rata penularannya akibat seks bebas," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Safwaliza di Lhokseumawe, Jumat (2/12/2022). Safwaliza mengatakan, terjadi peningkatan delapan kasus pada 2022. Sedangkan kasus positif HIV/AIDS di Kota Lhokseumawe pada 2021 sebanyak 80 kasus. Selain seks bebas, kata Safwaliza, penularan virus HIV/AIDS  juga disebabkan oleh homoseks (Republika.co.id, 02/12/2022).

Secara akumulatif, di Indonesia terdapat sekitar 543.100 orang hidup dengan HIV dengan estimasi 27 ribu kasus infeksi baru pada 2021. Sekitar 40 persen kasus infeksi baru terjadi pada perempuan, sedangkan lebih dari 51 persennya terjadi pada kelompok remaja (15-24 tahun), dan 12 persen infeksi baru pada anak (sindonews.com, 28/11/2022).

Fakta ini sungguh sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Bahkan daerah yang kental nilai agamanya seperti Aceh, tidak luput dari paparan HIV/AIDS. Hal ini memberi kita gambaran bagaimana rusaknya moral masyarakat Indonesia saat ini.

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV bisa berkembang biak dan menggandakan diri dalam sel tubuh manusia. HIV tidak akan menular melalui kontak biasa, seperti bersalaman, terkena keringat, atau alir liur orang yang terinfeksi. Sulit untuk mengetahui jika seseorang mengidap HIV hanya dari penampilan fisiknya saja. Bahkan orang bisa hidup sehat bertahun-tahun tanpa menyadari jika ia memiliki HIV.

Ilmu kedokteran dunia mengakui, bahwa AIDS diakibatkan oleh perilaku negatif yang dilakukan oleh individu. Mulai dari seks bebas, narkoba (penggunaan jarum suntik), perilaku suka gonta-ganti pasangan hingga seks menyimpang seperti homoseksual. Meskipun ada juga para ibu yang tidak bersalah harus tertular HIV dari suaminya yang berperilaku negatif. Kemudian si ibu bisa menularkan kepada bayinya tanpa ia sadari.

Salah satu perilaku negatif yang beresiko tinggi menularkan HIV/AIDS adalah homoseksual. Pasalnya, penularan HIV lewat seks anal lebih besar 18% dibandingkan lewat penetrasi vagina. Dimana kita ketahui, seks anal menjadi pilihan yang umum bagi pasangan pria homoseks. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa jaringan dan lubrikan alamiah pada anus dan vagina sangat berbeda. Vagina memiliki banyak lapisan yang bisa menahan infeksi virus, sementara anus hanya memiliki satu lapisan tipis saja.

Sayangnya, Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) justru sedang marak dipropagandakan di seluruh dunia. Mengatasnamakan kebebasan berpendapat dan Hak Asasi Manusia (HAM), kaum homoseksual terus berusaha mendapat pengakuan dan legalitas. Inilah akibat dari sistem kehidupan sekuler. Dimana nilai-nilai agama telah ditinggalkan. Indonesia, yang mayoritas berpenduduk muslim pun menerapkan sistem ini. Padahal Islam adalah agama yang lengkap, yang mengatur seluruh kehidupan manusia agar selamat dunia akhirat. Maka mustahil bagi seorang muslim memisahkan kehidupannya dari aturan Islam. 

Apabila kita renungkan, semua perilaku yang menyebabkan infeksi HIV adalah perilaku yang dilarang dalam Islam. Islam melarang keras perzinahan. Pelakunya diganjar hukuman yang sangat berat, yaitu hukuman rajam (dilempari batu hingga mati) jika pelakunya sudah menikah, dan dicambuk jika pelakunya belum menikah. Demikian pula homoseksual, Islam melaknat keras perilaku ini. Bahkan besarnya kemurkaan Allah terhadap umat nabi Luth yang melakukan hubungan sesama jenis ini diabadikan dalam Al Qur'an. Disebutkan bahwa Allah SWT mengazab mereka dengan tanah longsor, gempa besar dan hujan batu. Merebaknya HIV/AIDS juga bisa dikatakan azab bagi manusia yang menentang aturan Allah. 

Berkaca dari ini, seharusnya kita menyadari bahwa aturan Allah adalah aturan yang membawa keselamatan dan kebaikan bagi seluruh umat manusia. Dengan menerapkan aturan Allah secara menyeluruh maka hidup umat manusia akan penuh dengan keberkahan. Sebaliknya, mengacuhkan aturan dan peringatan Allah akan mengundang murka dan azab dariNya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al A'raf ayat 96,

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al A'raf : 96)

Penulis : Dinda Kusuma Wardani T