-->

TAK CUKUP HANYA SPEAK UP UNTUK MENYELESAIKAN KDRT

Oleh: Susi Ummu musa (Aktivis dakwah Sumut)

Tepatnya di penghujung September lalu masyarakat Indonesia diguncang masalah KDRT yang dialami oleh penyanyi dangdut terkenal Lesti kejora yang diduga mengalami tindakan KDRT yang dilakukan oleh suaminya sendiri,dan dari kasus ini akhirnya menjadi berita nasional yang cukup mendapat sorotan dari berbagai media dan pemerintah, sebenarnya kasus KDRT ini sudah banyak terjadi menimpa perempuan dan anak namun masih banyak juga korban KDRT memilih untuk bungkam karena ada beberapa faktor internal.

Seperti yang terjadi saat ini kasus KDRT muncul dipermukaan dan menjadi buah bibir ditengah masyarakat yang pada akhirnya menteri PPPA angkat bicara sebagaimana yang dikutip dari JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengajak masyarakat berani angkat bicara apabila menjadi korban atau sebagai saksi pelecehan seksual ke perempuan dan anak.

"Pada kesempatan ini, kami sampaikan tidak pernah berhenti dari tahun 2020 untuk mengkampanyekan dare to speak up, akan menjadi penting bahwa tidak hanya korban yang melaporkan, tetapi yang mendengar, melihat juga harus melaporkan," kata Bintang dalam kampanye bertajuk Ayo Stop Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan dan Anak saat di Car Free Day di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Minggu (25/9/2022).

Kampanye speak up untuk masalah KDRT ini dianggap menjadi jalan bagi siapapun yang mengalami untuk segera melaporkan jika terjadi oleh siapapun. Tapi apakah ini menjadi solusi  kedepannya dan menghentikan Kasus yang serupa?

Tentu kita sangat berharap bahwa  kasus KDRT tidak akan pernah terjadi atau bahkan berulang  dan dialami siapa pun.

Maka dari itu tentu kita perlu mengetahui apa pemicu tindakan KDRT ini bisa terjadi.

Tidak mungkin kasus KDRT ini bisa mencuat jika tidak ada penyebabnya yang paling mendasar.

Tentu hal ini tidak terlepas dari sebuah sistem kehidupan yang diterapkan saat ini pastilah segala bentuk problematika akan selalu berkaitan erat keadaan nya.

Kita bisa melihat bahwa pemisahan agama dari kehidupan melahirkan sebuah peradaban yang berujung kacau,dilihat dari faktor ekonomi, status sosial,gaya hidup atau hedonisme, sistem pendidikan rusak yang menjurus pada kepribadian yang jauh dari aturan Islam, tak hanya itu maraknya perselingkuhan pun menjadi penyebab KDRT bisa terjadi.

Kondisi semacam ini yang menarik para pelaku KDRT semakin banyak terjadi,dan tidak adanya efek jera yang dilakukan oleh pemerintah akhirnya fungsi sistem yang seharusnya memberikan sanksi tapi mandul dan tidak berfungsi secara efektif.

Seharusnya pemerintah memberikan support sistem dalam hal periayahan pada rakyat agar terciptalah sebuah keluarga yang sakinah mawadah warahmah sehingga masalah KDRT tidak terjadi ditengah tengah kita.

Hanya khilafah lah yang mampu mengatasi problematika kehidupan manusia, sistem yang bersandar pada Al-Qur'an dan Sunnah menjadi kan setiap warga negara patuh dan tunduk pada hukum Syara',

Tata aturan terkait pola kehidupan semua berkolaborasi untuk kemaslahatan umat manusia, maka tidak akan ada lagi kasus KDRT yang terjadi karena keamanan dan ketentraman selalu meliputi kehidupan setiap insan.

Wallahu a'lam bissawwab