-->

Darurat Keamanan, Sistem Sekuler Kapitalis Menyengsarakan Manusia

Oleh : Septiyani (Aktivis Kampus) 

Seorang wanita pedagang sayur bernama Eka Susanti (45 Tahun) ditemukan tewas di rumahnya di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Tanjung Raja, Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan (Sumsel), diyakini korban pembunuhan.

Korban ditemukan dalam keadaan berdarah-darah. Proses olah TKP ini juga disaksikan keluarga dan warga yang penasaran dengan peristiwa kematian korban. Pada Selasa petang, keluarga berusaha menghubungi korban melalui telepon, namun tak ada respon. 

Keesokannya, suami, sepupu dan bibi korban mendatangi rumah korban dan mendobrak pintu. Tiga orang ini kaget menemukan korban dalam keadaan sudah meninggal dunia. Ada luka di perut dan paha. Diduga kuat, korban dibunuh pelaku pencurian karena uang di dalam tas selempang miliknya raib. (Sripoku.com, 18 Agustus 2022)

Disatu sisi citra Kepolisian kembali tercoreng, setelah salah satu anggotanya menjadi dalang pembobolan ATM di Lubuklinggau. Pelaku, Bripda M Kurniadi (26 tahun) oknum polisi pembobol ATM di Lubulinggau saat ini masih tercatat polisi aktif di Polres Kabupaten Empat Lawang.

Oknum polisi pembobol ATM di Lubuklinggau ini ditangkap Satreskrim Polres Lubuklinggau. Ketagihan judi slot, menjadi alasan oknum polisi tersebut berbuat nekat. Polisi berpangkat Brigadir dua ini ditangkap karena menjadi dalang kasus pembobolan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Pengadilan Agama Lubuklinggau Sumsel. (Tribunsumsel, 15 Agustus 2022)

Jika ditilik, semua ini menunjukkan buruknya keamanan di sistem sekuler kapitalis ini. Pemisahkan agama dari kehidupan, telah membuat manusia tidak paham jati dirinya sebagai seorang hamba Allah. Agama tidak lagi menjadi pedoman, agama hanyalah ritual individu bukan publik. 

Demokrasi yang menjunjung tinggi nilai kebebasan, nyatanya telah membuat mereka bertingkah laku serba bebas. Termasuk bebas saat ingin memenuhi keinginannya, baik dengan cara haram ataukah halal. 

Di saat ingin mendapatkan uang dengan cara instan, maka merampok dan mebobol atm bisa dijadikan solusi. Tak perduli akan pandangan agama, halal ataukah haram. Semuanya bebas ia lakukan demi memenuhi hawa nafsunya. 

Hukuman yang ada pun ibarat tombak, menghujam ke bawah dan tumpul ke atas. Bagi mereka orang miskin hukumannya akan lama, sedangkan bagi mereka orang kaya hukumannya bisa dibeli sehingga waktunya sebentar. Maka wajar para pelaku tidak akan jera dan akan terus mengulangi tindakan kriminalitasnya saat keluar penjara. 

Permasalahannya ialah kemiskinan yang ada di sistem kapitalis, juga semakin mempersulit mencari pekerjaan. Semua kebutuhan mahal dan dikomersilkan.  Alhasil dengan iman yang minim, hukumannya yang tidak membuat jera ditambah dengan tuntutan ekonomi yang sulit, maka wajar makin maraknya angka kriminalitas termasuk perampokan dan pembobolan atm. 

Polisi yang merupakan aparat penegak hukum pun berbuat kriminalitas dengan membobol atm. Lantas bagaimana dengan rakyat biasa. Kemana rakyat harus berlindung saat sekelas pedagang sayur keliling yang penghasilannya tidak seberapa pun dirampok, karena sulitnya ia memenuhi kebutuhan hidup. Membuat segala cara dilakukan termasuk merampok uang pedagang sayur tersebut. 

Maka diperlukan hukuman yang membuat jera pelakunya. Dan islam adalah agama yang memiliki aturan konkrit yang bisa membuat kasus kriminalitas ini berhenti. Islam telah mengatur segala hal dalam kehidupan termasuk dalam mengatasi darurat keamanan ini.

Islam sangat tegas dalam menindak perampokan/pembobolan atm. Islam memandang bahwa perampokan masuk kedalam uqubat hudud, dimana sanksinya telah ditetapkan oleh Allah.

Sebagaimana firman Allah swt :
Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di bumi hanyalah dibunuh atau disalib atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu kehinaan bagi mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar (QS. Al-Ma'idah :33)

Mengenai tata cara pelaksanaan sanksinya,  seperti yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas  Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpisah dengan Abu Barzah al-Aslamiy kemudian datanglah sekelompok orang ignin masuk Islam tetapi mereka membunuh sahabat beliau SAW, lalu Jibril turun untuk menjelaskan had bagi mereka. 

"Sesungguhnya barangsiapa yang membunuh dan merampas harta benda, ia akan dibunuh dan disalib. Barangsiapa membunuh tapi tidak merampas harta benda, maka ia dibunuh. Dan barangsiapa merampas harta benda tapi tidak membunuh dipotong tangan dan kakinya secara bersilangan"

Dengan demikian sanksi bagi mereka berbeda-beda, sesuai dengan tindakan yang mereka lakukan. Dan yang pasti telah memenuhi syarat perampokan yaitu pertama terjadi di luar kota bisa di pedesaan, pegunungan, dataran luas, tanah luas dan lain-lain. Bisa juga terjadi di dalam kereta api, pesawat terbang atau mobil di luar kota. Sebab perampokan hanya terjadi di tempat yang jauh dari datangnya pertolongan ataupun bantuan dalam waktu yang cepat. 

Kedua mereka membawa persenjataan untuk membunuh seperti pedang, senapan, golok atau pisau yang bisa membunuh atau alat-alat lain yang bisa dipakai untuk membunuh. Ketiga mereka datang secara terang-terangan, mengambil harta benda dengan cara paksa dan menetap di tempat-tempat mereka. 

Jika tiga syarat ini terpenuhi maka mereka disebut quthai ath-thariq atau perampok dan mereka dikenai had. Tetapi jika salah satu syarat dari syarat-syarat diatas tidak terpenuhi mereka tidak disebut sebagai perampok dan tidak ada had bagi mereka. 

Sanksi dalam Islam memiliki efek yang kuat jika diterapkan, yaitu sebagai zawajir (pencegah) berarti dapat mencegah manusia dari tindak kejahatan. Juga sebagai jawabir (penebus dosa) dikarenakan uqubat dapat menembus sanksi akhirat. Sanksi akhirat bagi seorang muslim akan gugur oleh sanksi yang dijatuhkan negara ketika di dunia. Efek ini akan terasa jika uqubat dilakukan oleh negara bukan individu muslim apalagi kelompok islam 

Dan semua ini hanya bisa terjadi pada negara islam, Khilafah yang akan menerapkan syariat islam secara kaffah dalam setiap lini kehidupan. Bukan negara kapitalis yang menjadikan agama hanya sebagai agama ritual individu semata.