Gen Z di Persimpangan Jalan Peradaban
Oleh : Asri Prasasti, SE.I
Seiring dengan kemajuan teknologi digital tak jarang membuat Gen Z berada di persimpangan jalan. Bagaimana tidak, sering kali mereka merasa dihadapkan pada tekanan sosial yang kuat. Kebanyakan dari mereka, terbiasa impulsif dalam mengambil keputusan dan haus akan validasi digital. Tidak jarang pula, mereka terperangkap dalam jebakan ekonomi instan. Sehingga pinjol dan judol menjadi pilihan yang menggiurkan.
Sebagaimana dilansir dalam harian digital bahwa "Bagi Gen Z yang lahir dan tumbuh di tengah derasnya arus internet, urusan keuangan kini tak lagi rumit. Hanya dengan beberapa klik di ponsel, mereka bisa meminjam uang, membeli barang, atau bahkan membayar gaya hidup. Tak perlu datang ke bank, tak perlu jaminan. Semua serba cepat, mudah, dan instan." (www.money.kompas.com 16/10/2025)
Tanpa disadari bahwa gaya hidup mereka lekat dengan gaya hidup glamour dan hedon. Mulai tampilan yang serba branded sampai skincare yang digunakan distandarkan pada standar medsos. Di sisi lain perhatian terhadap lingkungan dan sesama makhluk Allah, mereka jauh dari standar peduli.
Hal ini merupakan bukti, bahwa mereka terkungkung dalam kehidupan yang serba pragmatis, matrealistis dan individualis. Namun di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa dengan kemajuan tekhnologi digital mereka dapat mengembangkan potensi secara pesat. Untuk itu mereka membutuhkan filter yang kuat agar mereka memiliki arah hidup yang jelas dan terarah.
Akar masalahnya pada asas sekulerisme yang melingkupi Gen Z. Sehingga kehidupan mereka terjauhkan dari sendi agama. Sedangkan kemajuan tekhnologi merupakan bentuk _madania_(bentuk fisik yang boleh digunakan) sehingga baik dan buruknya tergantung seseorang yang menggunakannya. Dari sinilah bahwa kemajuan tekhnologi digital bisa dilihat dan digunakan untuk hal hal yang positif supaya teraih tujuan hidup yang diridhai Allah SWT.
Untuk itu para Gen Z harus diarahkan pada _mafahim_,_maqayyis_,_& qona'ah_ yang benar supaya mereka dapat meniti jalan yang benar.
Mafahim (pemahaman): seseorang akan berperilaku sesuai pemahamannya. Untuk itu, bagi seorang muslim tentunya harus memiliki aqidah yang kuat sehingga aktivitasnya berlandaskan tauhid yang lurus.
Maqayyis (standart), perlu kiranya setiap muslim menggunakan standar Syara' dalam berkehidupan. Bukan menggunakan standar TikTok atau standar sosmed yang penuh kamuflase. Karena setiap aktivitas/ perilaku senantiasa ada hukumnya. Mulai aktivitas yang hukumnya Wajib, summah, mubah, makruh ataukah haram. Untuk itu setiap muslim perlu mengetahui, memilih maupun memilah dalam standar perbuatan.
Qana'ah (Kepasrahan), perlu kiranya bagi setiap muslim harus pasrah dalam menerima aturan dan takdir dari Allah SWT. Karena Allah Maha Tahu hal yang terbaik bagi hambanya.
Selain itu, dalam mengoptimalkan potensi Gen Z perlu perbaikan dalam 3 pilar. Yakni, membangun kesadaran individu, kontrol masyarakat dan peran negara. Untuk itu tiga elemen tersebut harus bersinergi secara komprehensif. Tentu semua itu tidak akan tergapai tanpa sistem yang menerapkan Islam secara menyeluruh. Untuk itu, perlu kiranya Islam diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu'alam bish showab

Posting Komentar