-->

Penembakan Massal di Negara Penjunjung Tinggi HAM

Oleh : Bunda Hanif

Penembakan massal kembali terjadi di Amerika Serikat (AS). Pelakunya adalah seorang remaja berusia 18 tahun, memberondong 13 warga dengan senapan serbu di salah satu toko di Buffalo, New York. Akibat tembakan tersebut, 10 warga tewas dan 3 lainnya terluka. Para korban adalah warga kulit hitam yang tinggal di wilayah tersebut. (Muslimahnews.com, 18/05/2022)

Amerika serikat merupakan negara paling rasis di dunia. Ideologi rasis ini berakar pada keyakinan bahwa AS seharusnya dimiliki oleh orang kulit putih. Akibatnya sering kali terjadi penembakan terhadap warga kulit hitam. 

Penembakan yang terjadi di Buffalo adalah yang terbaru setelah sebelumnya seringkali terjadi penembakan massal di AS dalam beberapa bulan terakhir. Hampir setiap tahunnya terjadi penembakan massal sehingga AS dikenal sebagai negara paling brutal dan paling rasis. 

Pada tahun 2019, seorang pria menembak lima orang rekan kerjanya di sebuah pabrik di Illinois. Di tahun yang sama pula, seorang pria menembak mati 22 orang di Toko Walmart di El Paso, Texas. Kemudian pada tahun 2020 seorang pria bersenjata menembak lima rekan kerjanya sebelum akhirnya ia bunuh diri. Dan pada Maret 2021, seorang pria menembak mati 8 orang termasuk 6 wanita keturunan Asia di day spa di sekitar Atlanta. 

Selain yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi penembakan lainnya yang dilakukan di tempat publik secara brutal dan melanggar hak hidup orang lain. Padahal AS adalah negara yang menjunjung tinggi HAM. Namun pada kenyataannya, toleransi mereka dalam menghargai ras dan nyawa orang lain sangat rendah. Perbuatan mereka justru melanggar HAM. 

AS dikenal sebagai negara yang mengizinkan kepemilikan senjata api secara legal kepada rakyatnya. Sejak 1971, AS telah memberikan izin legal kepemilikan senjata api bagi warganya dan juga orang asing. Dari sinilah malapetaka ini bermula, ditambah lagi dengan adanya nilai-nilai kebebasan yang dijunjung tinggi oleh AS. 

Pemicu rasisme di AS dikarenakan adanya prinsip kebebasan. Mereka merasa berhak menghina dan melecehkan warga kulit hitam. Mereka juga memendam kebencian terhadap Asia yang dianggap sebagai biang kerok penyebaran Covid-19. Selain itu pembunuhan oleh pelaku berkulit putih atas warga kulit hitam, seperti yang dialami oleh George Floyd, memperlihatkan kejahatan berbasis ras yang terjadi di sana. 

AS itu ibarat tong kosong nyaring bunyinya, walaupun mereka sering kali menyuarakan HAM, namun pada kenyataannya hanyalah sekedar teori, minim aksi. Supremasi warga kulit putih terhadap warga kulit hitam tidak pernah berhenti. Inilah yang menyebabkan banyaknya kasus pembunuhan terhadap warga kulit hitam. Demokrasi yang mereka junjung tinggi telah gagal mencegah rasisme di AS. Mengaku sebagai pencetus HAM, justru malah jadi pelanggar HAM. Bahkan gagal menjamin keselamatan warganya. 

Akibat kebebasan yang kebablasan

Kebebasan di AS menjadi hal yang wajib dilindungi. Saking bebasnya, fenomena zina, hamil di luar nikah, kumpul kebo, elgibitiqi, bunuh diri, tingginya kriminalitas, suburnya rasisme terjadi setiap harinya. Inilah contoh nyata sistem kehidupan masyarakat yang bermasalah. 

Sistem sekulerisme mempengaruhi perasaan dan pemikiran mereka. Agama tidak menjadi tolok ukur dalam perbuatan dan tidak boleh mengatur kehidupan mereka. Aturan manusialah yang dijadikan standar perbuatan mereka. Di sinilah kita bisa melihat bahwa ideologi kapitalisme sekulerisme tidak layak untuk di terapkan. Ideologi ini telah melahirkan masyarakat yang tidak beradab seperti yang terjadi di AS. Sehingga sangatlah tidak pantas jika dijadikan kiblat dan percontohan dalam menmbangun masyarakat. 

Akibat kebebasan yang kebablasan akhirnya membawa banyak malapetaka. Aturan yang mereka buat justru menyebabkan kerusakan pada masyarakatnya. Jaminan keamanan dan hak hidup saja suatu hal yang mustahil didapatkan. Sehingga AS di kenal sebagai negara yang paling tidak aman dan paling tinggi angka kriminalitasnya. 

Sistem Islamlah yang Terbaik

Islam telah membeikan panduan dalam membangun masyarakat. Yang pertama harus dilakukan adalah membentuk ketakwaan individu melalui pembinaan. Setiap muslim harus memiliki kepribadian Islam, yaitu pola pikir dan sikapnya sesuai tuntunan Islam. 

Kedua, membentuk ketakwaan masyarakat. Islam akan mengatur tata pergaulan dan sistem sosial di masyarakat. Masyarakat dibiasakan beramar makruf nahi munkar dalam kehidupan masyarakat. 

Ketiga, dakwah negara. Peran negara sangat penting dalam membentuk sistem. Jika sistemnya baik, maka masyarakatnya akan baik, begitu juga sebaliknya. Negara akan menerapkan syariat Islam secara kaffah mulai dari sistem pendidikan, ekonomi, sosial, politik dan pemerintahan. 

Islam adalah satu-satunya agama yang tidak mengenal perbedaan golongan, suku, atau ras. Yang membedakan manusia satu dengan lainnya adalah ketakwaannya. Islam memperlakukan manusia sama. Tatkala Islam menaungi suatu negeri, ia akan menjadi perekat kuat bangsa-bangsa. Islam pernah menjadi mercusuar dunia selama 13 abad. Kekuasaannya meliputi dua pertiga dunia. Membentang dari Asia hingga Afrika melintasi batas negara dan bangsa-bangsa. 

Yang tidak boleh kita lupakan adalah bagaimana Rasulullah SAW melepaskan ikatan kebangsaan dan kesukuan yang berlaku saat itu menjadi ikatan ukhuwah islamiah yang berasaskan akidah Islam. Beliau juga telah mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar. Dan mempersaudarakan Bilal, mantan budak yang hitam legam dengan Abu Ruwaihah. 

Rasulullah berhasil mempersatukan umat manusia dan membentuk mayarakat Islam yang khas. Tidak ada fanatisme kesukuan dan meruntuhkan semua perbedaan. Karena di dalam Islam, semua manusia adalah sama, yang membedakannya adalah ketakwaannya. Seperti Sabda Rasulullah SAW kepada Abu Dzar, “ Lihatlah engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa.” (HR Ahmad)

Hanya Islamlah satu-satunya ideologi yang bisa mempersatukan umat manusia. Dan ini sudah diukir dalam lembaran sejarah peradaban  Islam. Khilafah telah menampilkan diri sebagai negara yang menerapkan keberagaman yang adil, baik bagi muslim maupun non muslim, Semoga segera terwujud kembali peradaban Islam di bawah naungan Khilafah ala minhajjin nubuwwah.

Wallahu ‘alam bisshowab