-->

Omicron Siluman Bukti Kegagalan Penanganan Pandemi

Oleh : Dewi Tisnawati, S. Sos. I (Pemerhati Sosial)

Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 mencatat Subvarian BA.2 Omicron atau varian Siluman mulai terdeteksi di Sulawesi Tenggara (Sultra). Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Omicron Siluman lebih cepat menular dibandingkan varian sebelumnya atau BA.1 pada sel epitel manusia.

“Tingkat penularannya jauh lebih tinggi dari BA.1. Doubling time-nya itu 3 sampai 5 kali dari BA.1. Untuk tingkat keparahan dan rawat inap sama seperti BA.1, hanya 15 sampai 20 persen dari kasus. Tapi ini tetap menjadi perhatian,” katanya, Kamis (17/3/2022).

Berbicara masalah pandemi Covid 19 yang tidak kunjung usai, tidak lepas dari cara penanganan sejak awal. Abainya pemerintah dalam penangan Covid 19 secara serius sejak munculnya, mengakibatkan varian baru bermunculan. Masyarakat pun saat ini longgar terhadap protokol kesehatan. 

Menyandarkan berakhirnya pandemic kepada cakupan vaksinasi atau herd immunity jelas bukan solusi atas pandemic. Jika muncul varian baru, bukan hal mustahil, bakal menuai penyebaran yang semakin massif. Apalagi jika masyarakat pun sudah tidak perhatian mengenai terhadap protokol kesehatan. 

Sikap gegabah yang diambil dengan mengalihkan pandemic menjadi endemic tentu harus didukung dengan berbagai perangkat. Termasuk kesiapan sarpras yang ada di lapangan. Sementara, semua itu mustahil akan dilakukan dalam sistem kapitalis demokrasi saat ini. Sebab, semua aktivitas dilakukan dengan asas manfaat. 

Berbeda halnya dengan sistem Islam, yang menjadikan aturan Allah dalam mengurus negara. Islam telah mengajarkan dan mampu memberikan pengalaman bagaimana mengatasi kasus pandemic di masa pemerintahan Islam. Dalam hal ini, pendekatan dilakukan secara komprehensif, yaitu dari sisi negara dan dari sisi rakyat.

Dari sisi Negara

Negara dan pemimpin harus memainkan peran yang paling penting dan mengacu pada syariah Islam, diantaranya ;
Pertama, menentukan tes dan tracing dengan cepat, pusat wabah harus segera ditentukan dengan cepat dan menjaga secara ketat agar wabah tidak meluas. Begitu tes menunjukkan positif, harus segera dilakukan tracing. Dalam dua pekan, harus dipastikan dia kemana saja dan bertemu dengan siapa saja. Orang-orang yang berinteraksi harus segera dilakukan tes. Begitu seterusnya. Orang yang terbukti positif harus segera diisolasi dan diobati.

Kedua, pusat wabah harus segera ditentukan dengan cepat dan menjaga secara ketat agar wabah tidak meluas. Saat wabah menyebar, daerah terkena wabah harus segera diisolasi agar wabah tidak menyebar ke tempat lain. Hal ini telah disampaikan oleh Rasulullah saw: “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu.” (HR al-Bukhari).

Ketiga, menjamin semua kebutuhan dasar masyarakat di daerah yang diisolasi. Negara harus benar-benar hadir secara riil. Saat terjadi isolasi, pasti masyarakat tidak bisa mencari nafkah, dan pada giliriannya dapat berdampak pada kelaparan sehingga dapat menyebabkan kematian rakyat. Oleh karena itu, saat negara melakukan isolasi atau karantina, kebutuhan rakyat harus ditanggung oleh negara. 

Keempat, merawat, mengobati dan melayani orang-orang yang sakit di daerah wabah. Masyarakat yang sakit harus segera diobati dengan pengobatan yang berkualitas. Dalam kasus virus Corona, yang belum ada obatnya, daya tahan tubuh pasien harus diperkuat sehingga pasien dapat melewati masa-masa genting. 

Kelima, menjaga wilayah lain yang tidak masuk zona tetap produktif. Negara harus memiliki peta yang jelas, mana daerah merah, kuning dan hijau. Pada daerah yang diisolasi, seluruh aktivitas harus diminimalkan sampai batas serendah-rendahnya. Daerah lain yang tidak terkena wabah dijaga bahkan ditingkatkan produktivitasnya sehingga dapat menopang daerah lain yang terkena wabah.

Keenam, memperkuat dan meningkatkan sistem kesehatan: fasilitas, obatan-obatan, SDM, dan lain. Kesehatan adalah kebutuhan pokok masyarakat yang harus disediakan oleh negara dengan kualitas yang sebaik-baiknya dan diberikan secara gratis kepada masyarakat.

Dari sisi rakyat

Pertama, mentaati segala protap dengan dasar ketakwaan kepada Allah. Masyarakat yang taat bukan hanya akan terhindar dari wabah sehingga mata rantai wabah segera berakhir, tetapi mereka juga mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT karena taat kepada pemimpin Islam. 

Kedua, sabar dan ikhtiar, tidak putus asa bagi yang ditimpa musibah. Rasul saw. bersabda, “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman. Semua keadaannya (membawa) kebaikan dan ini hanya ada pada seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur. Iu adalah kebaikan bagidirinya. Jika dia ditimpa kesusahan, dia bersabar. Itu adalah kebaikan bagi dirinya.” (HR al-Muslim).

Ketiga, masyarakat saling membantu dengan dorongan keimanan. Islam mengajarkan masyarakat untuk saling membantu, apalagi pada saat wabah. Beberapa orang yang seharusnya mengisolasi diri, tetapi miskin dan negara tidak menjangkau, maka masyarakat di sekitarnya harus membantunya. 

Demikianlah Islam dalam mengatasi pandemi. Jika saja pemerintah melakulan hal di atas dalam mengatasi pandemi covid 19 sejak awal, maka in sya Allah tidak akan banyak varian baru covid 19 yang bermunculan, seperti Omicron siluman saat ini. Semu itu hanya bisa dilakukan jika pemerintah mau menerapkan sistem Islam. 

Wallahu'alam.